Ibu Ini Melahirkan di Usia 54 Tahun, Begini Kisahnya
Eleanore Armstrong-Perlman menjadi orang tua pada usia 54 setelah melahirkan putra kembar melalui operasi cesar. Usia 54 tahun tentu bukan usia yang muda.
Bukan karena Eleanore dan suaminya Morris Perlman yang punya masalah kesuburan. Tapi karena keduanya memang sempat memutuskan untuk hanya hidup berdua tanpa momongan.
Suami Tidak Ingin Punya Anak
Sejak dulu, Eleanor dan Morris memang tidak pernah berpikir untuk punya anak. Bukan tanpa alasan.
Dikutip dari Dailymail.co.uk, Morris punya pengalaman traumatis ketika Nazi menguasai Krakow, Polandia, daerah asal Morris.
Di sana, dia sempat disembunyikan oleh keluarga Katolik setelah ibunya didorong keluar dari bus dan meninggal.
Sementara ayahnya diasingkan ke Auschwitz, camp Nazi di Polandia. “Dia tidak bisa menghadapinya,” cerita Eleanore.
Sebelum menikah, Morris sudah mengatakan bahwa dirinya tidak mau punya anak. Eleanor menyetujuinya dan akhirnya mereka menikah pada 1974.
Ketika itu, Eleanor berusia 25 tahun dan bekerja sebagai pekerja sosial sementara morris berusia 30 tahun dan bekerja sebagai dosen di London School of Economics.
“Sangat terlambat kalau saya harus meninggalkan dia. Dia satu-satunya orang yang ingin saya nikahi. Saya mencintainya seumur hidup saya,” ungkap Eleanore.
Di Akhir 30-an Merasa Kehidupannya Terlalu Sepi
Ketika itu, Eleanore juga memang belum ada keinginan untuk punya anak. Memasuki usia 30-an akhir, Eleanore mulai merasa kesepian.
Eleanore mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Dia mulai merasa hidupnya sempurna tapi ada yang kurang.
“Saya hanya ingin keluarga. Harusnya saya mengatakannya lebih awal. Tapi saya terlalu gengsi,” ucapnya.
Perlahan, Eleanore mulai mengingatkan lagi dirinya bahwa suaminya tidak ingin punya anak karena alasan yang sangat logis.
Eleanore juga tidak ingin mencurangi suaminya dengan melepas kontrasepsi. Jadi, Eleanore lebih memilih untuk diam dan fokus berkarir.
Pada usia 40-an awal, karir Eleanore semakin sukses. Tapi, dari lubuk hatinya yang terdalam, dia merasa hidupnya hampa.
Dia merasa ada yang salah dengan dirinya. Eleanore pun akhirnya memutuskan untuk berbicara pada Morris soal keinginannya untuk memiliki keluarga.
Ketika Eleanore mengatakan hal tersebut, Morris sedikit kaget. Morris mengira istrinya itu bahagia dengan pernikahan mereka.
“Memang benar ketika menikah dulu saya tidak ingin punya anak. Tapi saya berubah. Saya mau punya anak denganmu,” kata Eleanore menirukan suaminya.
Baca Juga: 5 Mitos Tentang Bayi Tabung, Ini Kata Ahli!
Mulai Program Bayi Tabung Pada Usia 45 Tahun
Ketika itu, Eleanore berusia 44 tahun dan bersiap untuk masuk masa menopause dalam 12 tahun lagi. Tapi Morris tidak patah arang.
Mereka kemudian berkonsultasi ke klinik kesuburan. Kebetulan, belum lama bayi hasil bayi tabung pertama lahir.
Mereka kemudian mendatangi Prof. Robert Winston yang merupakan pionir program bayi tabung di Hammersmith Hospital.
Prof. Winston ternyata menilai Eleanore terlalu tua dan dia tidak mau membantu. “Hati saya hancur,” cerita Elelanore.
Mereka kemudian mencari dokter lainnya. Dokter tersebut bersedia untuk melakukan program bayi tabung kepada Eleanore dan Morris.
Sayangnya, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. “Betul-betul kerja keras. Sudah seperti naik roller coaster. Menghitung telur, minum obat, dan yang lainnya,” ungkapnya.
Sempat Putus Asa Setelah Berkali-kali Gagal
Setelah tiga kali mengikuti program, mereka menyerah. Pada 1991, ketika Eleanore berusia 48 tahun dan Morris 54 tahun, keduanya memutuskan untuk mulai tinggal di Bath, sebuah kota kecil di Inggris.
Di sana, keduanya membangun rumah pensiun dengan kebun yang luas.
“Di hari kerja, kami berada di London dan akhir pekan kami berkebun di Bath,” ujar Eleanore.
Saat berusia 52 tahun, Eleanore tidak sengaja bertemu dengan seorang teman yang mengadopsi seorang anak perempuan dari Tiongkok.
Eleanore kemudian menggendong bayi menggemaskan itu dan keinginan untuk punya anak sendiri jadi semakin kuat.
Dia kemudian menemui Profesor Craft yang baru saja berhasil memberikan anak untuk ibu berusia 52 tahun.
Profesor Craft menyarankan Eleanore untuk tidak menggunakan sel telurnya sendiri.
“Di usia sekarang, jangan sia-siakan waktu,” kata Eleanore meniru Profesor Craft. Eleanore dan Morris kemudian mengikuti proses bayi tabung tersebut.
“Tapi saya tidak diberi tahu siapa yang menyumbangkan sel telur. Yang saya tahu, dia adalah orang Inggris, pandai berolahraga, dan telah memiliki tiga anak,” jelas Eleanore.
Program bayi tabung pertama Eleanore berakhir dengan keguguran. Tapi, dia tidak patah semangat. Berhasil hamil adalah sebuah prestasi yang jadi harapan baru.
Pada program kedua, Eleanore kembali menggunakan donor yang sama. Beberapa minggu setelahnya, Eleanore melakukan USG dan mendapat kabar bahwa dirinya hamil kembar tiga.
“Kami terkejut sekali. Namun, beberapa hari kemudian, saya mengalami pendarahan. Tapi ketiga di USG, masih ada dua embrio yang selamat,” cerita Eleanore.
Semua orang terkejut dengan kabar kehamilan Eleanore. Maklum saja, ketika itu, usianya sudah menginjak 53 tahun.
Kendati sudah berusia lanjut, Eleanore tidak kesulitan selama hamil. Dia tidak mengalami mual muntah dan masih tetap bisa bekerja. Dia hanya merasa lebih lelah dibandingkan biasanya.
Di usia kandungan 37 minggu, Eleanore menjalani operasi cesar. Si kembar pun lahir. Benjamin lahir dengan berat 1,5 kilogram dan kembarannya 1,8 kilogram. “Kami sangat bahagia melihat Si Kembar,” kata Eleanore.
Baca Juga: Kenapa Harus ke Psikolog Saat Program Bayi Tabung?
Jadi Ibu di Usia 54 Tahun
Keesokan harinya, Eleanore menjadi headline surat kabar setempat karena melahirkan anak dari program bayi tabung di usia 54 tahun.
Eleanore mendapat banyak hadiah, mulai dari uang, bunga, hingga banyak teddy bear. Di rumah, mereka menutup gorden karena paparazzi berkeliaran di sekitar kediaman mereka.
Eleanore dan Morris memulai perjalanan mereka sebagai orang tua di usia lanjut. Dua minggu setelah ulang tahun ke-3 si kembar, Morris meninggal dunia akibat kanker paru-paru.
Sejak saat itu hingga sekarang, Eleanore harus membesarkan si kembar seorang diri.
Eleanore mulai mencari komunitas single parent untuk bisa menguatkan dirinya. Mereka terkadang berwisata bersama dan kini dia bisa hidup tenang.
“Saya pikir, saya tidak akan punya anak hingga usia 70 tahun. Tapi kini saya punya dua anak yang sangat membanggakan,” kata Eleanore.
(AND)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.