25 November 2024

7 Penyebab Melahirkan dengan Metode Induksi Persalinan

Ketahui juga prosedurnya

Moms pasti sering mendengar tentang induksi persalinan. Induksi memang digunakan untuk mempercepat kelahiran.

Namun, hal ini tidak bisa sembarang dilakukan karena induksi tidak dapat dilakukan oleh semua ibu hamil.

Induksi persalinan hanya boleh dilakukan bila ada indikasi khusus yang mengganggu proses normal kehamilan.

Jika Moms sedang hamil, penting memahami mengapa dan bagaimana induksi persalinan dilakukan sehingga Moms dapat mempersiapkan diri.

Ternyata metode ini juga memiliki syarat serta risikonya, lho Moms. Yuk kita simak penjelasannya di bawah ini.

Pengertian Induksi

Persalinan Induksi
Foto: Persalinan Induksi (Freepik)

Induksi adalah stimulasi kontraksi rahim selama kehamilan sebelum persalinan dimulai dengan sendirinya untuk mencapai kelahiran pervaginam.

Dokter biasanya merekomendasikan induksi persalinan karena berbagai alasan, terutama jika ada kekhawatiran terhadap kesehatan ibu atau kesehatan bayi.

Salah satu faktor terpenting dalam memprediksi kemungkinan keberhasilan metode ini adalah seberapa lunak dan distensi serviks (pematangan serviks).

Dalam beberapa kasus, metode ini dilakukan untuk alasan nonmedis, seperti tinggal jauh dari rumah sakit.

Ini disebut induksi elektif. Induksi elektif tidak boleh terjadi sebelum 39 minggu kehamilan.

Penyebab Ibu Hamil Melahirkan dengan Metode Induksi Persalinan

Induksi
Foto: Induksi (Freepik)

Untuk menentukan Moms perlu melakukan induksi persalinan atau tidak, dokter akan mengevaluasi beberapa faktor.

Dokter akan mengecek kesehatan Moms, kesehatan bayi di dalam kandungan, usia kehamilan, berat, posisi bayi, dan status serviks Moms.

Berikut ini syarat induksi persalinan yang harus dilakukan sebagai berikut:

1. Usia Kehamilan

Syarat melakukan metode ini yang pertama adalah usia kehamilan melewati 1 hingga 2 minggu dari perkiraan. Pada umumnya, waktu perkiraan kelahiran bayi berada di antara usia kehamilan 38–42 minggu.

Melansir An International Journal of Obstetrics and Gynaecology, induksi dilakukan ketika usia kehamilan sudah lebih dari 42 minggu.

Usia kehamilan tersebut memiliki beragam risiko, seperti bayi lahir dalam keadaan meninggal.

Dokter biasanya langsung merekomendasikan ibu hamil untuk melakukan metode ini dengan infus prostaglandi atau oksitosin vagina demi keselamatan ibu dan janin.

2. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban setiap saat sebelum persalinan dimulai. Setelah ketuban pecah, biasanya segera disusul kontraksi.

Jika tidak ada kontraksi dalam waktu 6 sampai 12 jam, hal itu meningkatkan risiko masalah seperti:

  • Infeksi intra-amniotik (infeksi selaput yang mengandung janin) dan infeksi pada janin
  • Janin berada dalam posisi abnormal
  • Pelepasan dini plasenta (plasenta abruption)
  • Infeksi rahim dapat menyebabkan demam, keputihan yang berat atau berbau busuk, atau sakit perut.

3. Tekanan Darah Tinggi

Dokter akan merekomendasikan melakukan metode ini, jika Moms memiliki kompilasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi.

Tekanan darah tinggi selama kehamilan meningkatkan risiko preeklamsia, kelahiran prematur, solusio plasenta, dan kelahiran sesar.

4. Memiliki Infeksi Rahim

Chorioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terjadi sebelum atau selama persalinan. Kondisi tersebut terjadi ketika bakteri menginfeksi korion, amnion, dan cairan ketuban di sekitar janin.

Melansir Clinics in Perinatology, induksi menjadi pilihan bagi ibu hamil yang memiliki chorioamnionitis.

Sebab, metode tersebut bisa menghindari risiko kesehatan bayi, seperti terlahir dalam keadaan meninggal, prematur, sepsis neonatal, penyakit paru-paru kronis, cedera otak yang menyebabkan cerebral palsy, dan cacat perkembangan saraf lainnya.

5. Janin Berhenti Berkembang

Pembatasan pertumbuhan janin pada akhir kehamilan dikaitkan dengan peningkatan morbiditas perinatal seperti:

  • Gawat janin
  • Hipoglikemia
  • Kejang
  • Masalah perilaku
  • Palsi serebral
  • Penyakit kardiovaskular
  • Kematian perinatal.

Dokter kandungan sering menginduksi persalinan dalam kasus hambatan pertumbuhan intrauterin karena takut janin prematur dan kemudian lahir meninggal.

6. Jumlah Air Ketuban Tidak Cukup

Cairan ketuban sangat penting. Ini membantu janin berkembang dengan baik. Tidak memiliki cukup cairan ketuban adalah suatu kondisi yang disebut sebagai oligohidramnion.

Salah satu penyebab potensial adalah kebocoran cairan ketuban yang terus menerus karena selaput ketuban telah pecah.

Jika air ketuban tidak cukup beragam nutrisi, hormon, dan sel yang berfungsi untuk mendukung perkembangan janin.

7. Plasenta Terlepas

Plasenta adalah organ yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan. Solusio plasenta terjadi ketika plasenta terpisah dari dinding bagian dalam rahim sebelum kelahiran.

Solusio plasenta dapat membuat bayi kekurangan oksigen dan nutrisi dan menyebabkan pendarahan hebat pada ibu. Dalam beberapa kasus, induksi persalinan diperlukan.

8. Obesitas

Obesitas pada ibu hamil dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi terkait kehamilan untuk ibu dan bayi.

Hal ini dikaitkan dengan peningkatan kebutuhan untuk induksi persalinan, maupun tingkat operasi caesar yang lebih tinggi.

Metode Induksi Persalinan

Induksi
Foto: Induksi (Babycenter.com)

Jika Moms membutuhkan induksi, dokter atau perawat biasanya melakukan beberapa metode sebagai berikut.

1. Pematangan Serviks

Umumnya serviks akan terbuka dengan sendirinya setelah Moms siap untuk melahirkan.

Namun, jika serviks tidak menunjukkan tanda-tanda dilatasi dan penipisan (pelunakan, pembukaan, penipisan) untuk memungkinkan bayi keluar dari rahim dan memasuki jalan lahir, dokter akan melakukan pematangan.

Dokter akan menerapkan bentuk topikal dari hormon prostaglandin (baik gel atau supositoria vagina) ke leher rahim. Serviks Moms akan diperiksa setelah beberapa jam.

Seringkali cara ini akan cukup untuk memulai persalinan dan kontraksi. Namun, jika prostaglandin melakukan tugasnya untuk mematangkan serviks tetapi kontraksi belum dimulai, prosesnya berlanjut ke langkah-langkah berikut.

2. Pengupasan Membran

Jika kantong air (kantung ketuban) masih utuh, dokter mungkin memulai persalinan dengan menggesekkan jarinya melintasi selaput halus yang menghubungkan kantung ketuban.

Hal ini menyebabkan rahim melepaskan prostaglandin, sama seperti jika persalinan dimulai secara alami yang pada gilirannya akan menyebabkan serviks melunak dan kontraksi dimulai.

Proses ini tidak selalu bebas rasa sakit, dan meskipun tidak dimaksudkan untuk memecah air ketuban.

3. Pecahnya Membran

Jika serviks sudah mulai melebar dan menipis dengan sendirinya tetapi air ketuban belum pecah, dokter akan memulai kontraksi dengan memecahkan selaput secara artifisial.

Dengan kata lain, dokter akan memecahkan kantong air yang mengelilingi bayi secara manual menggunakan alat yang terlihat, seperti kait rajutan panjang dengan ujung yang tajam.

Mungkin terasa tidak nyaman, tetapi seharusnya tidak menyakitkan.

4. Pitosin

Jika baik gel prostaglandin maupun pengelupasan atau pecahnya membran tidak menyebabkan kontraksi teratur dalam beberapa jam, dokter akan perlahan-lahan memberi Moms obat Pitocin (bentuk sintetis dari hormon oksitosin yang terjadi secara alami) melalui infus untuk menambah kontraksi.

Ketika Pitocin digunakan, kontraksi yang biasanya dimulai sekitar 30 menit kemudian akan lebih kuat, lebih teratur dan lebih sering daripada yang dimulai secara alami.

Durasi Proses Induksi

Durasi proses induksi persalinan bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk kondisi tubuh ibu dan metode induksi yang digunakan.

Secara umum, waktu yang diperlukan untuk melahirkan setelah induksi dapat berlangsung dari beberapa jam hingga 2-3 hari.

Ibu yang pernah melahirkan sebelumnya biasanya merespons induksi lebih cepat dibandingkan ibu yang baru pertama kali hamil.

Jika kondisi serviks sudah lunak, proses ini bisa berlangsung lebih cepat, bahkan dalam hitungan jam.

Jika serviks masih keras dan panjang, proses induksi dapat memakan waktu lebih lama, hingga 1-2 hari.

Dalam kasus di mana serviks belum matang, induksi mungkin memerlukan waktu tambahan untuk mencapai pembukaan yang cukup.

Hal yang Bisa Dilakukan saat Proses Induksi

Induksi
Foto: Induksi (Healthline.com)

Waktu induksi tidak bisa diperkirakan, ada yang sebentar, ada pula yang memerlukan waktu yang lama.

Bagi Moms yang mungkin harus menjalani proses induksi lama, pasti bosan dong jika tidak ada kegiatan yang dilakukan.

Agar Moms tidak bosan, beberapa cara di bawah ini bisa ditiru. Apa saja? Yuk Moms disimak.

1. Menonton Film Favorit

Menjelang persalinan apalagi kelahiran anak pertama, biasa orang tua akan menjadi sedikit panik dan khawatir.

Apalagi jika tidak ada tanda persalinan meskipun sudah diinduksi.

Nah agar Moms bisa lebih tenang dan tidak khawatir lagi, menonton film favorit sambil melakukan proses induksi adalah salah satu kegiatan seru yang bisa dilakukan.

Agar lebih seru, jangan lupa ajak Dads nonton bersama juga. Pasti proses induksi hingga melahirkan akan berjalan dengan tenang dan lancar.

2. Jalan-jalan di Sekitar Rumah Sakit

Kegiatan seru sambil menunggu proses induksi selanjutnya adalah berjalan-jalan di sekitar rumah sakit.

Selain seru, cara ini juga bisa membantu mempercepat pembukaan persalinan lho Moms.

Tidak perlu terlalu lama. Cukup luangkan waktu 15-30 menit saja untuk jalan-jalan sebentar.

Ajak Dads sekalian untuk menjaga Moms kalau-kalau ada keadaan darurat ya.

3. Mengonsumsi Makanan Favorit

Nah, selanjutnya daripada hanya bengong saja tanpa aktivitas yang berarti selama menjalani proses induksi, mengonsumsi makanan favorit Moms pasti akan menyenangkan.

Cobalah minta tolong pada Dads untuk membelikan makanan favorit Moms.

Selain membuat Moms bahagia, cara ini akan memberikan energi saat persalinan nanti.

4. Olahraga Ringan

Olahraga ringan juga bisa Moms lakukan sambil menunggu pembukaan untuk proses persalinan.

Bahkan bisa dibilang cara ini sangat disarankan untuk para Moms.

Lakukan olahraga ringan, seperti jalan kaki, naik turun tangga, atau jongkok dan berdiri sesekali.

“Olahraga seperti berjalan kaki, jogging, atau menuruni tangga dapat membantu bayi turun ke panggul bawah karena efek gravitasi,” ungkap Dr. Lynn Simpson, dokter kandungan di New York.

Risiko Induksi

Induksi
Foto: Induksi (Freepik.com/valuavitaly)

Induksi persalinan sama seperti tindakan medis lainnya, yaitu memiliki risiko. Dengan beberapa metode, rahim dapat dirangsang secara berlebihan, menyebabkannya berkontraksi terlalu sering.

Terlalu banyak kontraksi dapat menyebabkan beberapa risiko jika menjalani intervensi medis ini, seperti:

1. Induksi gagal

Sekitar 75 persen ibu yang baru pertama kali diinduksi akan berhasil melahirkan pervaginam.

Ini berarti bahwa sekitar 25 persen dari wanita ini, yang sering memulai dengan serviks yang belum matang, mungkin memerlukan operasi caesar. Dokter akan mendikusikan perlunya operasi caesar.

2. Detak jantung rendah

Obat-obatan yang digunakan untuk menginduksi persalinan oksitosin atau prostaglandin, dapat menyebabkan kontraksi abnormal atau berlebihan, yang dapat mengurangi suplai oksigen bayi di dalam rahim dan menurunkan detak jantung bayi.

3. Infeksi

Beberapa metode ini, seperti memecahkan selaput ketuban dapat meningkatkan risiko infeksi bagi ibu dan bayi di dalam rahim.

4. Ruptur uteri

Ini adalah komplikasi yang jarang namun serius di mana rahim dirobek sepanjang garis bekas luka dari operasi caesar sebelumnya atau operasi rahim besar.

Operasi caesar darurat diperlukan untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. Rahim Moms mungkin perlu diangkat.

5. Perdarahan setelah Melahirkan

Induksi persalinan meningkatkan risiko otot rahim Moms tidak akan berkontraksi dengan baik setelah melahirkan (atonia uteri), yang dapat menyebabkan pendarahan serius setelah melahirkan.

Melakukan induksi persalinan adalah keputusan yang serius. Moms dapat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk membuat pilihan terbaik ya!

  • https://obgyn.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1471-0528.1997.tb12022.x#:~:text=In%20cases%20where%20the%20pregnancy,42%20weeks%20(294%20days).
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3008318/
  • https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/labor-and-delivery/in-depth/inducing-labor/art-20047557
  • https://www.acog.org/womens-health/faqs/labor-induction
  • https://www.healthline.com/health/pregnancy/inducing-labor
  • https://www.healthline.com/health/pregnancy/how-to-prepare-for-labor-induction

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.