10 Penyakit Menular Seksual, Termasuk Sifilis dan Herpes!
Sexually Transmitted Diseases (STD) atau penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui kontak seksual.
Kebanyakan penyakit menular seksual menyerang pria dan wanita. Namun, dalam banyak kasus, masalah kesehatan yang ditimbulkan lebih parah pada wanita.
Hal ini terutama pada wanita hamil yang menderita penyakit menular seksual. Kondisi ini bisa menyebabkan masalah kesehatan serius bagi bayi dalam kandungan.
Melansir dari US National Library of Medicine, penyebab umum penyakit menular seksual adalah bakteri, parasit, dan virus.
Terkadang, infeksi ini dapat ditularkan secara nonseksual, seperti dari ibu ke bayi selama kehamilan atau persalinan, hingga melalui transfusi darah serta jarum suntik yang dipakai bersamaan.
Umumnya, penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri atau parasit bisa disembuhkan dengan antibiotik.
Sementara itu, penyakit menular seksual akibat virus masih belum ada obatnya. Namun, obat-obatan yang diresepkan bisa membantu mengurangi gejalanya.
Sebenarnya penggunaan kondom lateks dapat melindungi tubuh dari penyakit menular seksual, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan risiko tertular penyakit tersebut.
Mari kita simak penjelasan lebih lanjut mengenai penyakit menular seksual pada artikel ini, Moms!
Baca Juga: Ceftriaxone, Antibiotik Atasi Infeksi Bakteri dan Menular Seksual
Jenis Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual terdapat dalam beberapa jenis.
Melansir dari Centers of Disease Control and Prevention, gejala penyakit menular seksual tergantung dari jenis yang dialami.
Berikut ini jenis-jenis penyakit menular seksual (PMS) yang paling umum menyerang.
1. Klamidia
Klamidia adalah jenis penyakit menular seksual yang paling umum terjadi. Namun, banyak orang tidak mengalami gejala apapun ketika menderita kondisi ini.
Gejala klamidia bisa berupa rasa sakit saat berhubungan seks atau buang air kecil, dan sakit perut bagian bawah.
Jika tak diobati, klamidia bisa menyebabkan infeksi pada saluran kencing, kelenjar prostat atau testis, penyakit radang panggul, hingga infertilitas.
Apabila wanita hamil yang menderita klamidia, penyakit ini bisa menular ke bayinya. Setelah lahir, bayi berisiko mengalami pneumonia, infeksi mata, hingga kebutaan.
2. HPV (Human Papillomavirus)
Human Papillomavirus (HPV) adalah virus yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak intim kulit-ke-kulit atau seksual.
Gejala HPV yang paling umum adalah kutil pada alat kelamin, mulut, atau tenggorokan.
Beberapa jenis infeksi HPV dapat menyebabkan kanker, termasuk kanker mulut, serviks, vulva, penis, dan dubur.
Menurut National Cancer Institute, sebagian besar kasus kanker terkait HPV di Amerika Serikat disebabkan oleh HPV 16 dan HPV 18.
Kedua jenis HPV ini menyumbang 70 persen dari semua kasus kanker serviks.
Baca Juga: Herpes pada Bayi: Penyebab, Cara Mengatasi, dan Pencegahannya
3. Sifilis
Sifilis adalah infeksi bakteri lain yang sering tidak diperhatikan pada gejala tahap awal.
Gejala pertama yang muncul adalah luka bulat kecil atau juga dikenal sebagai chancre.
Penyakit ini bisa berkembang di area alat kelamin, dubur, atau mulut. Penyakit ini memang tidak menyakitkan, tapi bersifat sangat menular.
Gejala-gejala sifilis pun meliputi ruam, kelelahan, demam, sakit kepala, nyeri sendi, penurunan berat badan, dan rambut rontok.
Jika tidak diobati, sifilis bisa menyebabkan kehilangan penglihatan, pendengaran, ingatan, kejiwaan, dan infeksi pada otak atau sumsum tulang belakang.
Apabila sifilis didiagnosis lebih awal, penyakit ini bisa diatasi dengan mengonsumsi antibiotik. Namun, infeksi sifilis pada bayi baru lahir dapat berakibat fatal.
Karena itu, semua wanita hamil perlu rutin melakukan skrining kesehatan.
4. HIV
HIV adalah penyakit yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko tertular virus atau bakteri lain dari kanker tertentu.
Jika tidak diobati, penyakit ini bisa menyebabkan HIV tahap 3 yang dikenal sebagai AIDS.
Pada tahap awal atau akut, gejala HIV sering dikira gejala flu, meliputi:
- Demam
- Tubuh panas dingin
- Sakit dan nyeri di seluruh tubuh
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
Gejala-gejala awal ini biasanya hilang dalam satu bulan atau lebih.
Sejak saat itu, seseorang dapat mengidap HIV tanpa mengalami gejala serius atau persisten selama bertahun-tahun.
5. Gonore
Gonore atau kencing nanah termasuk salah satu penyakit menular seksual yang banyak dialami. Gonore ditandai dengan berbagai gejala sebagai berikut.
- Keluar cairan berwarna kuning, krem, atau hijau dari penis atau vagina.
- Sakit saat berhubungan seks atau saat buang air kecil.
- Sering buang air kecil.
- Gatal di sekitar alat kelamin.
Gonore juga bisa menyebabkan infeksi pada saluran kencing, kelenjar prostat atau testis, penyakit radang panggul, hingga menyebabkan infertilitas.
Seorang ibu yang menularkan gonore ke bayi baru lahir dapat menyebabkan masalah kesehatan serius pada bayi.
Baca Juga: Chancroid, Infeksi Menular Seksual yang Menyebabkan Luka pada Alat Kelamin
6. Kutu Kemaluan
Kutu kemaluan adalah serangga kecil yang berkembang di rambut kemaluan. Seperti kutu kepala dan kutu tubuh, kutu kemaluan juga memakan darah manusia.
Adapun gejala umum kutu kemaluan, yaitu sebagai berikut.
- Gatal di sekitar alat kelamin atau anus.
- Benjolan merah muda atau merah kecil di sekitar alat kelamin atau anus.
- Demam ringan.
- Tubuh terasa lemas tak berenergi.
Jika tidak diobati, kutu kemaluan dapat menyebar ke orang lain melalui kontak kulit-ke-kulit atau pakaian, tempat tidur, atau handuk yang digunakan bersama-sama.
7. Trikomoniasis
Trikomoniasis disebabkan oleh organisme protozoa kecil yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak alat genital.
Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, kurang dari sepertiga orang dengan penyakit ini mengalami gejala, sebagai berikut.
- Gatal di sekitar vagina atau penis.
- Sakit atau tidak nyaman saat buang air kecil atau berhubungan intim.
- Sering buang air kecil.
8. Herpes
Herpes adalah nama singkat untuk virus herpes simpleks (HSV). Ada dua strain utama virus, HSV-1 dan HSV-2, keduanya dapat ditularkan secara seksual.
HSV-1 terutama menyebabkan herpes oral atau yang sering disebut dengan luka dingin.
Penyakit ini dapat ditularkan dari mulut ke alat kelamin pasangan melalui seks oral. Ketika ini terjadi, HSV-1 dapat menyebabkan herpes genital.
HSV-2 terutama menyebabkan herpes genital. Gejala herpes yang paling umum adalah luka lepuh.
Dalam kasus herpes genital, luka ini berkembang di atau sekitar alat kelamin.
Baca Juga: Kenali Gejala Gonore pada Pria, Jangan Terlambat Diobati!
9. Chancroid
Nama chancroid mungkin masoh terdengar asing bagi sebagian orang.
Melansir dari International Journal of Dermatology, chancroid adalah bakteri yang menyebabkan luka terbuka pada atau di sekitar alat kelamin.
Ini adalah jenis penyakit menular, yang berarti ditularkan melalui kontak seksual.
Pada pria, penyakit ini ditandai gejala benjolan kecil berwarna merah pada alat kelamin mereka yang dapat berubah menjadi luka terbuka dalam waktu sekitar satu hari.
Sementara pada wanita, terdapat empat atau lebih benjolan merah di labia, antara labia dan anus, atau di paha. Labia adalah lipatan kulit yang menutupi alat kelamin wanita.
10. Granuloma Inguinale
Penyakit menular seksual ini menyebabkan lesi di daerah anus dan genital. Lesi ini bisa kambuh bahkan setelah perawatan.
Umumnya, gejala pertama yang muncul yaitu jerawat atau benjolan di kulit. Noda ini kecil dan biasanya tidak menyakitkan, jadi Moms mungkin tidak menyadari pada awal kemunculannya.
Infeksi sering dimulai di daerah genital. Luka dubur atau mulut hanya terjadi pada sebagian kecil kasus dan hanya jika kontak seksual melibatkan area ini.
Baca Juga: Waspadai Penyakit Klamidia, Rentan Mengganggu Kesuburan!
Faktor Risiko Penyakit Menular Seksual
Siapa pun yang aktif secara seksual berisiko terkena penyakit menular seksual (PMS) atau infeksi menular seksual (IMS).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Tidak Menggunakan Kondom
Penetrasi vagina atau anal oleh pasangan yang terinfeksi dan tidak memakai kondom lateks dapat meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual.
Penggunaan kondom yang tidak tepat atau tidak konsisten juga dapat meningkatkan risiko mengalami penyakit tersebut.
2. Melakukan Kontak Seksual dengan Banyak Pasangan
Semakin sering berganti pasangan, risiko tertular penyakit kelamin juga makin tinggi.
3. Memiliki Riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS)
Pernah mengalami salah satu penyakit menular seksual memudahkan PMS jenis lainnya untuk menyerang tubuh.
4. Penyalahgunaan Alkohol atau Penggunaan Obat-obatan Rekreasional
Penyalahgunaan zat dapat meningkatkan risiko perilaku seks tidak sehat.
5. Menggunakan Jarum Suntik dengan Penderita PMS
Berbagi jarum suntik dapat menyebarkan banyak infeksi serius, termasuk HIV, hepatitis B, dan hepatitis C.
6. Berusia Muda
Setengah dari penyakit menular seksual terjadi pada orang berusia antara 15 dan 24 tahun.
7. Pria yang Meminta Resep Obat untuk Mengobati Disfungsi Ereksi
Pria yang meminta resep dokter untuk obat-obatan, seperti sildenafil (Viagra, Revatio), tadalafil (Cialis, Adcirca), dan vardenafil (Levitra) memiliki tingkat penyakit menular seksual yang lebih tinggi.
Baca Juga: Kondom Wanita (Diafragma): Ketahui Cara Pakai, Kelebihan, dan Kekurangannya
Cara Mencegah Penyakit Menular Seksual
Di bawah ini beberapa cara untuk menghindari atau mengurangi risiko penyakit menular seksual (PMS).
1. Tidak Berganti-ganti Pasangan
Cara ampuh mencegah penyakit menular seksual adalah dengan tetap berada dalam hubungan monogami jangka panjang.
Artinya, Moms dan pasangan hanya berhubungan seks satu sama lain tanpa berganti-ganti supaya risiko infeksi tidak meningkat.
Dengan begitu, Moms dapat melakukan seks dengan aman tanpa takut terkena penyakit menular seksual.
2. Melakukan Tes Penyakit Menular Seksual
Sebelum melakukan seks atau menikah, dianjurkan untuk melakukan tes penyakit menular seksual.
Sebelum melakukan tes, ada baiknya untuk menghindari hubungan seks melalui vaginal dan anal dengan pasangan baru sampai diuji untuk PMS.
Seks oral masih diperbolehkan tetapi gunakan kondom lateks atau bendungan gigi untuk mencegah kontak langsung (kulit ke kulit) antara selaput lendir mulut dan alat kelamin.
3. Melakukan Vaksinasi
Mendapatkan vaksinasi dini sebelum hubungan seksual juga efektif dalam mencegah jenis penyakit menular seksual tertentu.
Vaksin tersedia untuk mencegah human papillomavirus (HPV), hepatitis A, dan hepatitis B.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan vaksin HPV untuk anak perempuan dan laki-laki usia 11 dan 12 tahun.
Jika tidak sepenuhnya divaksinasi pada usia 11 dan 12 tahun, CDC merekomendasikan vaksinasi untuk laki-laki dan perempuan sampai usia 26 tahun.
Vaksin hepatitis B biasanya diberikan kepada bayi baru lahir dan vaksin hepatitis A direkomendasikan untuk anak usia 1 tahun.
Kedua vaksin tersebut direkomendasikan untuk orang yang belum kebal terhadap penyakit ini.
Selain itu, vaksin juga dianjurkan bagi mereka yang berisiko tinggi terinfeksi.
Sebagai contoh, mereka yang berhubungan dengan sesama jenis dan pengguna narkoba terutama yang menggunakan jarum suntik sebagai alat.
4. Menggunakan Kondom
Gunakan kondom lateks setiap tindakan seks, baik oral, vagina atau anal. Jangan pernah menggunakan pelumas berbahan dasar minyak, seperti petroleum jelly, dengan kondom lateks atau bendungan gigi.
Kondom yang terbuat dari membran alami tidak dianjurkan karena tidak efektif dalam mencegah IMS.
Meski kondom mengurangi risiko terkena sebagian besar penyakit menular seksual, perlindungannya tidak maksimal untuk PMS yang menyebabkan luka genital terbuka, seperti HPV atau herpes.
5. Pertimbangkan Sunat pada Laki-laki
Cara mencegah PMS yang bisa dicoba adalah melakukan sunat untuk laki-laki.
Berdasarkan penelitian di Journal of AIDS, sunat pada pria dapat membantu mengurangi risiko pria tertular HIV dari wanita yang terinfeksi (penularan heteroseksual) sebanyak 60%.
Sunat pada pria juga dapat membantu mencegah penularan HPV genital dan herpes genital.
Nah, itu dia Moms penjelasan mengenai penyakit menular seksual. Jika Moms atau Dads memiliki gejala di atas, sebaiknya langsung periksa ke dokter, ya!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4233247/
- https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1365-4632.2007.03435.x
- https://medlineplus.gov/sexuallytransmitteddiseases.html
- https://www.who.int/lymphatic_filariasis/epidemiology/scabies/en/
- https://www.healthline.com/health/sexually-transmitted-diseases#outlook
- https://www.cdc.gov/std/default.htm
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.