23 April 2024

Kisah Sunan Kalijaga, Wali Songo yang Dakwah Lewat Wayang

Menggunakan kesenian sebagai media dakwahnya

Sunan Kalijaga menjadi salah satu Wali Songo yang mengajarkan agama Islam melalui kesenian. Maka dari itu, Moms perlu mengetahui kisah Sunan Kalijaga.

Jenis seni yang populer digunakan oleh Sunan Kalijaga adalah wayang.

Sunan Kalijaga terlahir pada tahun 1450 Masehi di Tuban. Beliau wafat di Kadilangu, Demak pada tahun 1513 Masehi.

Ayahnya seorang bangsawan bernama Raden Ahmad Sahuri yang merupakan Adipati Tuban VIII.

Sedangkan ibunya adalah puteri dari Raden Kidang Telangkas yakni Dewi Nawangarum.

Beliau sangat berperan penting dalam penyebaran agama Islam, tak hanya di kawasan Jawa Tengah, tapi juga Jawa Barat.

Hal ini diperkuat dengan keikutsertaannya dalam pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak.

Penasaran akan kisah Sunan Kalijaga selama hidupnya? Simak artikel ini hingga akhir, ya Moms!

Baca Juga: Mengenal 9 Wali Songo, Para Tokoh Penyebaran Ajaran Islam di Pulau Jawa

Nama Asli Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga
Foto: Sunan Kalijaga (Wikimedia.org)

Sunan Kalijaga memiliki nama asli Pangeran Santi Kusumo, karena beliau merupakan anak adipati Tuban, maka ia pun memiliki gelar sebagai Raden Mas Syahid.

Penyematan nama Sunan Kalijaga ini ada alasannya.

Jadi pada saat beliau menjadi murid Sunan Bonang, Sunan Bonang mencoba mengetes kegigihannya.

Caranya dengan menyuruh Sunan Kalijaga untuk menjaga tongkat Sunan Bonang yang sengaja ditancapkan di pinggir kali.

Sunan Kalijaga pun menjaga tongkat tersebut selama berhari-hari tanpa meninggalkan tempatnya hingga Sunan Bonang datang kembali mengambil tongkatnya.

Dari sinilah Sunan Bonang memberikan nama Sunan Kalijaga karena telah menjaga tongkat yang ditancapkan di pinggir kali.

Ada juga yang mengatakan kalau nama Sunan Kalijaga ini didapat karena di awal-awal masa berdakwahnya.

Saat itu, beliau memilih lokasi di Desa Kalijaga dengan mayoritas penduduknya yang merupakan orang Indramayu dan Pamanukan.

Berhubung tempat berdakwah pertamanya ini adalah Desa Kalijaga, maka nama Kalijaga pun disematkan kepada beliau.

Selain julukan sebagai Sunan Kalijaga, beliau juga menyandang banyak nama karena mahir dalam mendalang.

Beberapa julukan yang didapat adalah Ki Dalang Sida Brangti, Ki Dalang Bengkok, Ki Dalang Kumendung, dan Ki Unehan.

Tapi ada satu nama yang akan mengingatkan Sunan Kalijaga akan sejarah kelam kehidupannya, yakni nama Lokajaya.

Sunan Kalijaga mendapatkan nama tersebut karena dulunya beliau ini gemar merampok dan membunuh orang.

Baca Juga: Kisah Sunan Bonang yang Berdakwah dengan Gamelan

Kisah Sunan Kalijaga

Di masa mudanya, Sunan Kalijaga memang merupakan seorang berandalan yang kerap melakukan kejahatan seperti merampok hingga membunuh orang.

Perilaku yang dimilikinya ini sebenarnya berjalan bukan tanpa alasan.

Hal ini terjadi karena beliau merasa tidak terima dengan pemerintahan yang ada di Tuban.

Di masa itu rakyat jelata kelaparan karena mengalami kemarau panjang, tetapi pemerintah Tuban justru menarik pajak dan upeti dari mereka.

Oleh karena itu, sebagai bentuk protes, Sunan Kalijaga memutuskan untuk merampok harta para bangsawan dan pejabat.

Harta rampasan tersebut tak semerta-merta dinikmati oleh Sunan Kalijaga, tetapi beliau akan membagikannya kepada rakyat jelata.

Baca Juga: Mengenal Sunan Gresik, Wali Songo Pertama di Tanah Jawa

1. Pernah Merampok Sunan Bonang

Sunan Bonang
Foto: Sunan Bonang (Wikimedia.org)

Perilaku tidak terpujinya ini pun berhenti setelah beliau bertemu Sunan Bonang.

Pertemuan keduanya ini bisa dikatakan merupakan pertemuan yang tidak menyenangkan.

Ini karena waktu itu Sunan Kalijaga berniat untuk merampok Sunan Bonang yang sedang lewat di daerah Tuban.

Setelah Sunan Kalijaga bercerita mengenai alasannya merampok, Sunan Bonang justru memarahinya dan melarangnya untuk melakukan hal tersebut lagi.

Meski Sunan Bonang mengerti maksud dari niat Sunan Kalijaga, ia melarang keras untuk Sunan Kalijaga merampok.

Karena menurut Sunan Bonang, sedekah kepada orang dengan cara merampok orang lain sama saja dengan membersihkan pakaian dengan air kencing.

Setelah bertemu dengan Sunan Bonang, akhirnya Sunan Kalijaga bertobat dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Beliau pun memutusukan untuk menjadi murid dari Sunan Bonan.

Baca Juga: 7+ Tradisi Islam di Nusantara, Beda Daerah Beda juga Tradisinya, Unik!

2. Berdakwah dengan Menggunakan Wayang

Wayang dalam Budaya Jawa
Foto: Wayang dalam Budaya Jawa (Djarumfoundation.org)

Setelah berguru pada Sunan Bonang, Sunan Kalijaga memutuskan untuk berdakwah ke beberapa daerah di Jawa.

Uniknya, Sunan Kalijaga memilih wayang sebagai media dakwahnya.

Sunan Kalijaga sangat dikenal oleh masyarakat sebagai pendalang yang handal.

Beliau bisa mendalang dengan sangat baik. Saat beliau mendalang tersebut, disisipkanlah unsur-unsur serta ajaran Islami.

Jadi secara tidak langsung, masyarakat mengetahui tentang ajaran Islam melalui pertunjukan wayang yang digelar oleh Sunan Kalijaga.

Masyarakat Jawa yang pada masa itu sangat menyukai wayang akhirnya mulai berbondong-bondong untuk datang menonton pertunjukan wayang dari Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga berhasil menarik banyak penonton karena tiket masuknya ini gratis alias tidak dipungut biaya sepeser pun.

Hal ini membuat semua kalangan masyarakat, terutama kalangan bawah pun bisa menikmati pertunjukan wayang sebagai hiburan tanpa perlu membayar.

Namun, meski gratis Sunan Kalijaga memberikan syarat khusus bagi masyarakat yang hendak menonton pertunjukan wayang tersebut.

Sunan Kalijaga meminta para penonton untuk mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tiket masuk.

Baca Juga: Cerita Sejarah Sunan Kudus dengan Toleransi Beragama yang Tinggi

3. Memadukan Naskah Kuno dengan Ajaran Islam

Tentu tidak mudah bagi masyarakat Jawa yang pada saat itu menganut animisme untuk menerima ajaran Islam.

Oleh karena itu, supaya masyarakat Jawa bisa menerima ajaran agama Islam, Sunan Kalijaga memadukan naskah kuno dengan ajaran Islam dalam pertunjukannya.

Naskah kuno yang dipentaskan seperti lakon Dewa Ruci, Layang Kalimasada, Lakon Petruk menjadi Raja, dan lain sebagainya.

Kemudian di dalam naskah tersebut kerap disisipkan ajaran-ajaran kebaikan dari Islam.

Selain itu, Sunan Kalijaga juga menambahkan karakter-karakter baru yang hingga saat ini masih sangat populer seperti Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng.

Baca Juga: 10 Tradisi Jawa Tengah yang Hingga Kini Masih Dilestarikan

4. Menggunakan Kesenian Lain dalam Berdakwah

Tdak hanya menggunakan wayang dalam berdakwah, tapi Sunan Kalijaga juga menggunakan jenis kesenian lainnya seperti tembang.

Beberapa tembang ternama yang masih sering dinyanyikan oleh masyarakat Jawa adalah ilir-ilir.

Dalam lagu ilir-ilir tersiratkan makna jika seseorang bisa bangkit dari keterpurukan.

Bahkan Sunan Kalijaga juga menyisipkan pesan bahwa setiap orang dapat berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan, mengumpulkan amalan kebaikan sebanyak mungkin, dan lain sebagainya.

Selain membuat tembang, Sunan Kalijaga juga bekerjasama dengan seniman dalam membuat topeng, pakaian untuk pementasan kesenian, dan lainnya.

Ternyata, seluruh teknik dakwah Sunan Kalijaga ini dipengaruhi dari ajaran Sunan Bonang yang juga menggunakan seni dalam berdakwah.

Baca Juga: Cerita Sejarah Sunan Giri yang Berdakwah dengan Permainan Anak-Anak

Itulah sekilas cerita sejarah tentang Sunan Kalijaga yang perlu Moms ketahui.

Ajarkan juga pada Si Kecil tentang sosok Sunan Kalijaga ini, ya Moms.

Menurut Moms, apakah cara berdakwah seperti Sunan Kalijaga masih bisa kita jumpai saat ini?

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kalijaga
  • https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/29/100000569/sunan-kalijaga-berdakwah-lewat-wayang?page=all
  • https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210421143315-20-632847/jalan-hidup-sunan-kalijaga-berandal-tobat-yang-menjadi-wali

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.