09 Juni 2024

5 Klasifikasi Iklim di Dunia serta Penjelasan Lengkapnya

Perkaya ilmu pengetahuan anak di rumah, yuk!
5 Klasifikasi Iklim di Dunia serta Penjelasan Lengkapnya

Foto: Freepik.com/wirestock

Untuk menjelajahi keragaman iklim di berbagai wilayah di seluruh dunia, ilmuwan dan peneliti telah mengembangkan berbagai sistem klasifikasi iklim.

Iklim adalah elemen kunci dalam kehidupan kita, dan pemahaman tentang variasi iklim di seluruh dunia sangat penting dalam berbagai aspek, mulai dari pertanian hingga ilmu lingkungan.

Oleh karenanya, mari pelajari klasifikasi iklim melalui artikel Orami di bawah ini.

Baca Juga: 5 Penyakit Musim Pancaroba yang Sering Muncul, Waspada Moms!

Tujuan Klasifikasi Iklim

Klasifikasi iklim adalah sistem yang digunakan untuk mengelompokkan berbagai tipe iklim di dunia berdasarkan parameter seperti suhu, curah hujan, dan faktor lainnya.

Tujuan umumnya adalah untuk memahami dan mengkarakterisasi iklim suatu wilayah secara sistematis.

Sistem klasifikasi ini membantu ilmuwan, peneliti, dan perencana dalam studi iklim, pertanian, hidrologi, dan perencanaan lingkungan.

Tujuan dari adanya klasifikasi iklim adalah untuk:

  1. Mengidentifikasi dan Mengelompokkan Iklim: Membantu mengelompokkan berbagai jenis iklim berdasarkan karakteristik suhu dan curah hujan.
  2. Perencanaan dan Pengelolaan Sumber Daya: Membantu dalam perencanaan pertanian, manajemen air, dan konservasi lingkungan.
  3. Penelitian dan Pendidikan: Menyediakan kerangka kerja untuk studi ilmiah dan pendidikan mengenai iklim dan dampaknya.
  4. Pemahaman Lingkungan: Memahami variasi iklim dan hubungannya dengan ekosistem, vegetasi, dan pola cuaca global.

Baca Juga: 7 Perbedaan Cuaca dan Iklim: Jenis, Ilmu, dan Dampaknya

Klasifikasi Iklim

Memegang Globe
Foto: Memegang Globe (Freepik.com/jcomp)

Ada beragam klasifikasi iklim yang umumnya digunakan oleh berbagai wilayah di seluruh dunia, berikut di antaranya:

1. Klasifikasi Iklim Matahari

Sistem klasifikasi iklim matahari memusatkan perhatian pada jumlah panas dan sinar matahari yang diterima oleh wilayah tertentu.

Tipe iklim matahari dibagi menjadi empat jenis utama, yaitu tropis, subtropis, sedang, dan dingin. Ini penjelasan selengkapnya.

  • Iklim Tropis

Ini adalah jenis iklim yang terletak dekat dengan garis khatulistiwa, di antara 23,5° LU (Lintang Utara) dan 23,5° LS (Lintang Selatan).

Iklim tropis memiliki ciri-ciri suhu yang tinggi, berkisar antara 20°C hingga 30°C.

Beberapa negara dengan iklim tropis termasuk Indonesia, Malaysia, India, dan Hong Kong.

  • Iklim Subtropis

Iklim subtropis terletak di antara 23,5° hingga 40° Lintang Utara dan Lintang Selatan.

Iklim ini memiliki empat musim: musim semi, panas, dingin, dan gugur.

Contoh wilayah dengan iklim subtropis termasuk Asia Tengah, Asia Timur, dan Amerika Serikat.

  • Iklim Sedang

Iklim sedang berada di antara 40° hingga 60° Lintang Utara dan Lintang Selatan.

Iklim ini ditandai oleh perubahan tekanan udara dan arah angin yang sering berubah serta kemungkinan terjadinya badai tiba-tiba.

Negara-negara seperti Swiss, Jerman, dan Perancis memiliki iklim sedang.

  • Iklim Dingin

Iklim dingin terletak di wilayah Kutub Utara dan Kutub Selatan dan terbagi menjadi dua bagian: iklim tundra dan iklim es.

Beberapa negara yang memiliki iklim dingin termasuk Amerika Utara dan wilayah utara Kanada.

Baca Juga: Iklim Benua Asia dan Pengaruhnya terhadap Indonesia

2. Klasifikasi Iklim Koppen

Ilustrasi Iklim Kutub
Foto: Ilustrasi Iklim Kutub (Freepik.com/jannoon028)

Sistem klasifikasi iklim ini pertama kali dikenalkan oleh ahli iklim Jerman-Rusia, bernama Wladimir Köppen (1846–1940), pada tahun 1884.

Melansir Wikipedia, klasifikasi iklim Köppen membagi iklim menjadi lima kelompok iklim utama, di mana setiap kelompok dibagi berdasarkan pola curah hujan musiman dan suhu.

Kelima kelompok utama tersebut adalah A (tropis), B (arid), C (temperat), D (kontinental), dan E (polar). Ini penjelasan klasifikasi iklim berdasarkan pandangan Köppen.

  • Iklim Tropis atau Megatermal (A): Iklim tropis atau megatermal ditandai oleh suhu yang hangat dan konstan sepanjang tahun.
  • Iklim Kering atau Arid (B): Iklim kering atau arid memiliki tingkat curah hujan yang rendah.
  • Iklim Temperat atau Mesothermal (C): Iklim temperat atau mesothermal menjaga suhu tahunan yang lembut.
  • Iklim Kontinental atau Mikrothermal (D): Iklim kontinental atau mikrothermal memiliki musim panas yang panas dan musim dingin yang dingin, biasanya terjadi di bagian dalam benua.
  • Iklim Kutub atau Alpine (E): Iklim kutub atau alpine memiliki suhu dingin yang konsisten sepanjang tahun.

3. Klasifikasi Iklim Junghuhn

Iklim ini pertama kali dipelajari oleh Franz Wilhelm Junghuhn.

Sistem klasifikasi iklim Junghuhn mengelompokkan iklim berdasarkan ketinggian tempat tersebut.

Tipe iklim dalam klasifikasi Junghuhn terbagi menjadi 4 bagian, yaitu zona panas, zona sedang, zona sejuk, dan zona dingin. Berikut penjelasannya.

  • Zona Panas

Zona panas terletak pada ketinggian antara 0-600 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 22°C-26,3°C.

Beberapa tanaman yang dapat ditanam di wilayah dengan iklim ini termasuk padi, jagung, dan kopi.

  • Zona Sedang

Zona sedang berada di ketinggian antara 600-1500 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 17,1°C-22°C.

Beberapa tanaman yang dapat ditanam di wilayah dengan iklim ini termasuk teh, kopi, dan tembakau.

  • Zona Sejuk

Zona sejuk berada di ketinggian antara 1500-2500 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 11,1°C-17,1°C.

Beberapa tanaman yang dapat ditanam di wilayah dengan iklim ini termasuk kopi dan teh.

  • Zona Dingin

Zona dingin berada di ketinggian lebih dari 2500 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 6,2°C-11,1°C.

Karena sangat dingin, tidak ada tanaman yang dapat tumbuh di wilayah ini, hanya lumut yang dapat bertahan.

Baca Juga: Mengenal Iklim Indonesia: Karakteristik, Jenis, dan Dampak

4. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

Sabana di Kenya
Foto: Sabana di Kenya (Freepik.com/byrdyak)

Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson didasarkan pada perbandingan antara jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah dalam setahun, yang disimbolkan dengan Q.

Suatu bulan dianggap kering jika curah hujannya kurang dari 60 mm setiap bulannya.

Sedangkan bulan dianggap basah jika curah hujannya lebih dari 100 mm setiap bulannya.

Schmidt-Ferguson pun membagi jenis iklim ini dengan mengelompokkannya ke dalam delapan huruf yang berbeda, di antaranya:

  • A adalah iklim sangat basah (Q < 14,3) dengan vegetasi berupa hutan hujan tropis.
  • B adalah iklim basah (14,3 ≤ Q < 33,3) juga dengan vegetasi berupa hutan hujan tropis.
  • C adalah iklim agak basah (33,3 ≤ Q < 60,0) dengan vegetasi yang cenderung dari hutan hujan tropis menuju hutan gugur.
  • D adalah iklim sedang (60,0 ≤ Q < 100,0) dan biasanya memiliki vegetasi berupa hutan gugur atau hutan musim.
  • E adalah iklim agak kering (100,0 ≤ Q < 167,0) dengan vegetasi peralihan dari hutan musim ke padang sabana.
  • F adalah iklim kering (167,0 ≤ Q < 300,0) dengan vegetasi berupa padang sabana.
  • G adalah iklim sangat kering (300,0 ≤ Q < 700,0) dengan vegetasi padang ilalang.
  • H adalah iklim luar biasa kering (Q ≥ 700,0) dengan vegetasi yang sama dengan iklim G.

5. Klasifikasi Iklim Oldeman

Mengutip dari Jurnal Universitas Negeri Makassar, sistem iklim Oldeman dilakukan dengan mengklasifikasikannya melalui perhitungan curah hujan.

Sistem klasifikasi iklim Oldeman ini mirip dengan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson yang didasarkan pada jumlah curah hujan bulanan atau bulan yang basah.

Namun berbeda dengan Schmidt-Ferguson, menurut Oldeman bulan dianggap basah jika curah hujannya lebih dari 200 milimeter, bulan dianggap lembab jika curah hujannya antara 100 hingga 200 milimeter, dan bulan dianggap kering jika curah hujannya kurang dari 100 milimeter.

Berdasarkan perhitungan ini, Oldeman membagi iklim menjadi lima tipe iklim, yakni:

  • Iklim A: Bulan basah lebih dari 9 bulan berturut-turut.
  • Iklim B: Bulan basah 7-9 bulan berturut-turut.
  • Iklim C: Bulan basah 5-6 bulan berturut-turut.
  • Iklim D: Bulan basah 3-4 bulan berturut-turut.
  • Iklim E: Kurang dari 3 bulan basah berturut-turut.

6. Klasifikasi Iklim Thornthwaite

Melansir Oxford Reference, klasifikasi iklim Thornthwaite adalah sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan iklim berdasarkan indeks evapotranspirasi potensial (ETP).

Evapotranspirasi potensial (ETP) adalah jumlah maksimum air yang bisa menguap dari permukaan tanah dan transpirasi melalui tanaman jika ketersediaan air tidak terbatas.

ETP diukur dalam kondisi optimal di mana kelembaban tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sepanjang waktu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ETP meliputi suhu, kelembapan, kecepatan angin, dan radiasi matahari.

ETP penting dalam studi hidrologi dan pertanian karena membantu dalam perencanaan irigasi dan pengelolaan sumber daya air.

Sistem klasifikasi iklim Thornthwaite ini memperhitungkan suhu dan presipitasi untuk menentukan kebutuhan air tanaman dan menggambarkan tingkat kelembaban suatu wilayah.

Thornthwaite membagi iklim menjadi beberapa kategori seperti arid (kering), semi-arid, sub-humid, dan humid (lembab).

Sistem ini membantu dalam studi hidrologi, pertanian, dan pengelolaan sumber daya air karena memberikan gambaran yang lebih rinci tentang kebutuhan air dan distribusi iklim di berbagai wilayah.

Baca Juga: Ciri-Ciri Dataran Tinggi, Kondisi Iklim, dan Contohnya

Itu dia berbagai pembagian klasifikasi iklim yang perlu dipahami. Yuk, ajarkan juga pada Si Kecil agar ilmu pengetahuannya bertambah, Moms.

  • https://earthhow.com/koppen-climate-classification/
  • https://ojs.unm.ac.id/icmstea/article/view/3566
  • https://www.oxfordreference.com/display/10.1093/oi/authority.20110803104427715#

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.