Begini Cara Mengobati Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Bayi
Berdasarkan konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dijelaskan bahwa Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering pada anak selain infeksi saluran nafas atas dan diare.
Dikutip dari Raising Children, ISK sangat umum terjadi pada bayi dan balita. Sekitar 4 persen bayi akan mengalami ISK dalam 12 bulan pertama. Pada usia ini, anak laki-laki mendapatkan lebih banyak ISK daripada anak perempuan.
Karena itulah, Moms perlu waspada jika Si Kecil mengalami gejala-gejala ISK. Sayangnya, penyakit ini punya gejala-gejala yang sulit diidentifikasi Moms, terutama pada bayi. Gejala ISK yang paling sering muncul pada bayi adalah demam tanpa sebab yang jelas.
Menurut Jurnal Paediatrics & Child Health, bayi dari usia dua hingga 36 bulan dengan demam lebih dari 39 derajat Celsius dan tidak ada sumber lain untuk demam pada riwayat atau pemeriksaan fisik bisa jadi terkena ISK dan harus mengumpulkan urin untuk diperiksa.
Sekitar 5 persen bayi dan batita yang mengalami demam tanpa gejala tertentu menderita infeksi saluran kemih. Kurang tampaknya gejala-gejala lain sebagai pertanda bayi mengalami ISK menjadi penyebab kenapa banyak terjadi kasus ISK pada bayi yang tidak terdeteksi.
Hal inilah yang menjadi alasan kenapa banyak kasus bayi yang mengalami ISK tidak mendapatkan pengobatan.
Baca Juga: 3 Penyebab Infeksi Saluran Kemih Pada Balita, Kenali di Sini!
Mendeteksi Infeksi Saluran Kemih pada Bayi
foto: freepik.com
infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri pada kandung kemih dan terkadang pada ginjal. Infeksi kandung kemih terjadi ketika bakteri naik uretra ke kandung kemih. Biasanya uretra terlindungi.
Tapi jika uretra teriritasi oleh mandi busa atau sampo, bakteri dapat tumbuh di sana. Selain itu, Menyeka secara sembarangan setelah buang air besar juga dapat menyebabkan iritasi.
Moms tidak perlu terlalu khawatir jika Si Kecil menunjukkan gejala-gejala Infeksi Saluran Kemih. Jika Moms melihat gejala-gejala ISK muncul pada si Kecil, langsung buatlah janji untuk menemui dokter.
Infeksi Saluran Kemih pada bayi bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, Infeksi Saluran Kemih pada bayi yang tidak terdeteksi sehingga tidak ada penangangan, bisa menjadi masalah serius. Infeksi kandung kemih perlu segera diobati agar infeksi tidak menyebar ke ginjal. Infeksi ginjal disebut pielonefritis.
Mendiagnosis Infeksi Saluran Kemih pada bayi
foto: unsplash.com
Saat Moms memeriksakan Si Kecil ke dokter, dokter akan menanyakan gejala-gejala yang dialami bayi. Jika dokter melihat kemungkinan bayi menderita infeksi saluran kemih, dokter akan meminta Moms untuk melakukan sebuah tes di laboratorium yang disebut kultur urin.
Tes kultur urin diperlukan bagi dokter untuk memverifikasi apakah bayi benar-benar mengalami ISK. Selain itu, tes ini digunakan dokter untuk mengidentifikasi bakteri penyebab ISK sehingga dokter dapat membuat resep antibiotik yang tepat.
Untuk melakukan kultur urin, dibutuhkan sampel urin bayi yang dicurigai menderita Infeksi Saluran Kemih. Sampel urin yang dibutuhkan harus steril dan tidak terkontaminasi bakteri lainnya sehingga hasil tes urin bisa lebih valid.
Baca Juga: Mencegah Infeksi Saluran Kemih pada Balita, Simak Caranya di Sini
Bagi anak yang sudah bisa buang air kecil sendiri, mengambil sampel urin bisa dilakukan lebih mudah, yaitu dengan meminta anak untuk pipis dan mengambil sampel urin dengan cangkir. Akan tetapi, untuk bayi yang masih menggunakan diaper dan belum bisa mengontrol buang air kecil, pengambilan sampel lebih sulit dilakukan.
Salah satu cara mengambil sampel urin dari bayi yaitu dengan menempatkan kantong plastik steril (urine bag collector) dengan perekat. Hal ini dilakukan setelah area sekitar alat vital bayi dibersihkan untuk mengurangi resiko terkontaminasi bakteri di kulit.
Akan tetapi, cara ini masih tidak bisa menghindarkan sampel urin dari kontaminasi. Kultur urin yang dilakukan dengan urin jenis ini tidak selalu memiliki hasil yang akurat.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan kateter. Setelah area di sekitar alat vital bayi dibersihkan, kateter dipasang langsung menuju uretra.
Dengan demikian, sampel urin didapatkan langsung dari kandung kemih. Sampel urin yang didapatkan dengan cara ini memiliki hasil tes yang jauh lebih akurat.
Hasil tes urin bayi akan menjadi penentu apakah bayi mengalami Infeksi Saluran Kemih. Jika tes urin bayi menunjukkan hasil positif bahwa bayi menderita ISK, maka langkah selanjutnya adalah pengobatan.
Mengobati Infeksi Saluran Kemih pada Bayi
foto: freepik.com
Kultur Urin merupakan tes yang digunakan untuk mendiagnosa Infeksi Saluran Kemih. Tapi selain itu, Kultur Urin juga digunakan untuk mendeteksi bakteri yang menyebabkan Infeksi.
Identifikasi bakteri penyebab akan digunakan dokter untuk menentukan antibiotik mana yang dapat digunakan untuk memusnahkan bakteri ini.
Untuk bayi di bawah usia tiga bulan, antibiotik biasanya perlu diberikan langsung ke dalam pembuluh darah melalui infus untuk mengobati infeksi saluran kemih (ISK). Ini berarti bayi perlu dirawat di rumah sakit.
Bayi yang berusia lebih dari tiga bulan bisa dirawat di rumah dengan antibiotik melalui mulut. Resep antibiotik yang diberikan untuk bayi biasanya dalam bentuk cairan.
Obat ini dapat diberikan pada Si Kecil antara 1 hingga 4 dosis sehari selama 2 minggu berturut-turut. Akan tetapi itu semua juga bisa tergantung pada jenis obat yang diresepkan.
Baca Juga: Infeksi Saluran Kemih Pada Anak Bisa Dicegah, Begini Caranya!
Moms masih harus terus memberikan resep antibiotik sampai habis, meskipun Si Kecil sudah terlihat membaik dalam beberapa hari. Hal ini dilakukan agar bakteri penyebab ISK benar-benar sudah hilang semua.
Jika konsumsi obat tidak dilakukan, bakteri yang menyebabkan infeksi mungkin tidak semuanya hilang dan infeksi bisa kembali lagi sehingga bayi bisa kembali terinfeksi.
Nah Moms, karena disebabkan oleh bakteri, ISK harus diobati dengan antibiotik. Namun, Moms tentu tidak boleh sembarangan menggunakan antibiotik. Selalu konsultasikan dengan dokter ahli ya!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.