Mengenal Muhasabah, Introspeksi Diri Sendiri Menurut Islam
Apakah Moms pernah mendengar istilah muhasabah?
Tidak ada satu pun manusia yang lepas dari dosa, alangkah baiknya untuk selalu berintrospeksi.
Dalam Islam, intropeksi diri sendiri inilah disebut dengan nama muhasabah.
Secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), muhasabah merupakan introspeksi diri.
Muhasabah biasanya dilakukan malam hari sebelum beristirahat, yaitu dengan mengoreksi segala sikap, kelemahan, perbuatan, dan kesalahan diri di sepanjang hari tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar kesalahan tersebut tidak terulang di kemudian hari dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dalil Pelaksanaan Muhasabah
Ada beberapa dalil sebagai landasan syar’i dalam pelaksanaannya.
Dilansir NU Online, berikut beberapa penjelasan terkait muhasabah, yakni:
- Surat Al-Hasyr
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.
Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18).
- Ungkapan Umar RA melalui Imam Al-Ghazali
“Hendaklah kalian lakukan muhasabah atas diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah perbuatan kalian sebelum ia kelak ditimbang.” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin).
- Hadis Nabi
'Seorang sahabat menemui Rasulullah SAW untuk meminta wejangan kepadanya. ‘Wahai Rasulullah, berilah aku wejangan,’. ‘Apakah kau meminta wejanganku?’.
‘Benar,’. jawabnya dengan bahagia. ‘Bila kau bermaksud untuk melakukan sesuatu, pikirkanlah dampaknya. Jika ia baik, lakukanlah. Tetapi jika itu buruk, tahanlah’." (Imam Al-Ghazali).
- Al-Ghazali
“Orang yang (bijak) berakal hendaknya mengalokasikan seperempat waktunya untuk bermuhasabah.” (Imam Al-Ghazali).
- Surat An-Nur
“Bertobatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.” (QS An-Nur: 31).
- Surat Al-A’raf
“Sungguh, orang-orang yang bertakwa bila ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, lalu ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya." (QS Al-A’raf: 201).
- Rasulullah SAW, dikutip Al-Ghazali
Beliau bersabda: “Sungguh, aku meminta ampun dan bertobat kepada Allah sebanyak 100 kali dalam sehari.” (Imam Al-Ghazali).
- Umar bin Khatab RA
Bila malam tiba, ia memukul kedua kakinya dengan mutiara sebagai muhasabah.
Kepada dirinya sendiri, Umar bin Khatab RA mengatakan sebagai bentuk muhasabah, “Apa saja yang kau lakukan hari ini?”
Keutamaan Muhasabah Diri
Karena merupakan hal yang penting, muhasabah sebaiknya dilakukan setiap hari.
Sebab ternyata, muhasabah juga mengandung berbagai keutamaan.
Salah satunya seperti terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh School of Education and Modern Languages, UUM College of Arts and Sciences, Universiti Utara Malaysia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa muhasabah dapat diidentifikasi sebagai salah satu alternatif upaya untuk mengembangkan nilai-nilai akhlak yang baik.
Hal ini akan berkaitan juga dengan adanya kemungkinan bagi pengembangan diri dan pengembangan moral.
Ini juga seiring dengan perkataan Imam Al-Ghazali yang mengaitkan muhasabah dan tobat.
Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena tobat adalah peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan atau sikap diri sendiri yang dilakukan dengan rasa penyesalan.
1. Menjadi Sifat Hamba Allah yang Bertakwa
Orang yang bertakwa adalah mereka yang membawa sebaik-baik bekal untuk akhirat nanti.
Namun dalam perjalanannya tidak selalu mendapatkan jalan yang mulus.
Bisa saja orang tersebut merasa lelah dan lemah, bahkan bosan.
Muhasabah akan membantu menghadapi berbagai rintangan yang dihadapi.
Maimun bin Mahran rahimahullah berkata: “Tidaklah seorang hamba menjadi bertaqwa sampai dia melakukan muhasabah atas dirinya lebih keras daripada seorang teman kerja yang pelit yang membuat perhitungan dengan temannya.”
2. Hasil dari Muhasabah adalah Tobat
Banyak di antara manusia yang melakukan kemaksiatan, namun Allah SWT masih memberikan nikmat kepadanya.
Dia tidak menyadari bahwa hal tersebut adalah bentuk istidraj atau penangguhan menuju kebinasaan dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.” (QS Al-A’raf: 182).
Orang-orang yang memahami ayat ini akan merasa takut atas peringatan Allah SWT, sehingga senantiasa mengintrospeksi diri.
Jangan sampai bahwa nikmat yang telah diberikan merupakan bentuk istidraj.
Muhasabah yang benar mengantarkan kepada tobat yang akan diawali dengan penyesalan.
Rasulullah SAW bersabda: “Menyesal adalah tobat.” (HR Ibnu Majah, Ahmaddan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahiih al-Jaami’ ash-Shaghir).
3. Menambah Energi untuk Beribadah
Muhasabah akan menjadi energi tambahan yang dibutuhkan saat mengerjakan seluruh perintah Allah SWT.
Dalam kitab Imam Bukhari, dibuka dengan perkataan Abu az-Zinad, “Sesungguhnya mayoritas sunah dan kebenaran bertentangan dengan pendapat pribadi.” (HR Bukhari).
Imam Bukhari mengatakan bahwa manusia sering menolak kebenaran hanya karena bertentangan dengan pendapat pribadi.
Contohnya saja saat Rasulullah SAW berdakwah namun mendapat banyak tolakan karena tidak sejalan dengan keinginan pribadi suatu kaum.
Karena itulah muhasabah diri perlu dilakukan agar tidak terjebak ke dalam kemaksiatan dan kesesatan.
Ini juga menjadi momen mengisi energi diri, mengingat apa yang dilakukan untuk mencari kebaikan di dalamnya.
Serta, manfaatnya untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih dicintai oleh Allah SWT.
Manfaat Muhasabah
Berikut berbagai manfaat muhasabah diri:
1. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Melalui muhasabah, individu dapat mengevaluasi amal ibadah yang telah dilakukan.
Hal ini mendorong seseorang untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ibadahnya di masa depan, serta menghindari kesalahan yang sama.
2. Meringankan Hisab di Hari Kiamat
Muhasabah membantu seseorang untuk mengoreksi diri sebelum dihadapkan pada hisab (perhitungan) di akhirat.
Dengan melakukan introspeksi, individu dapat memperbaiki kesalahan dan mengurangi beban hisab di hari kiamat.
3. Mengetahui Kekurangan Diri
Melalui proses ini, seseorang dapat lebih menyadari kekurangan dan kelemahan dalam dirinya.
Kesadaran ini penting untuk mendorong perbaikan diri dan menghindari rasa puas yang berlebihan atas amal yang telah dilakukan.
4. Mengobati Hati yang Sakit
Muhasabah juga berfungsi sebagai terapi bagi hati yang terluka atau merasa bersalah.
Dengan merenungkan tindakan dan perasaan, individu dapat menemukan cara untuk menerima dan memperbaiki kesalahan yang telah dibuat.
5. Mencegah Sifat Sombong
Dengan terus-menerus melakukan muhasabah, seseorang akan lebih rendah hati dan tidak merasa sombong terhadap amal baik yang telah dilakukan. Ini karena mereka selalu mengingat kesalahan dan kekurangan diri.
Cara Muhasabah Diri yang Dianjurkan
Bagi orang yang ingin bermuhasabah, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Hal ini juga mendapat contoh dari para sahabat Rasul. Cara tersebut di antaranya adalah:
1. Tidak Menutup Diri dari Masukan Orang Lain
Terkadang, seseorang melakukan kesalahan yang tidak disadari. Oleh karena itu, memiliki teman yang saleh amat dibutuhkan.
Sebab bisa saling mengingatkan agar senantiasa bermuhasabah dan mengevaluasi diri dan menghindari segala larangan Allah SWT.
Dalam suatu riwayat, Imam Bukhari menceritakan usul Umar RA kepada Abu Bakar RA dalam mengumpulkan Al-Qur'an.
Saat itu, Abu Bakar menolak usul itu, tapi Umar terus mendesak dan mengatakan bahwa itu adalah kebaikan.
Akhirnya, Abu Bakr menerima usul itu dan berkata:
“Umar senantiasa membujukku untuk mengevaluasi pendapatku dalam permasalahan itu hingga Allah melapangkan hatiku dan akupun berpendapat sebagaimana pendapat Umar.” (HR. Bukhari)
Dalam kisah tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kedudukan tinggi pun saat diingatkan tidak boleh merasa jemawa.
Jika ada suatu pendapat yang baik dan maslahat meski datang dari orang yang di bawahnya tetap dilaksanakan.
2. Bersahabat dengan Orang Saleh
Salah satu rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada orang muslim adalah dengan dikelilingi oleh sahabat yang saleh.
Mereka akan menasihati dan mengingatkan kekeliruan yang telah dilakukan semata-mata agar bisa bersama dalam kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karenanya, ingatkanlah aku ketika diriku lupa.” (HR Bukhari).
Karena itu, betapa pentingnya sosok sahabat yang saleh sebagai media untuk saling mengingatkan dan menasihati.
Selain dapat melakukan muhasabah diri sendiri, sahabat tentu akan memberi dukungan saat diperlukan.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi diri seorang pemimpin/pejabat, maka Allah akan memberinya seorang pendamping/pembantu yang jujur yang akan mengingatkan jika dirinya lalai dan akan membantu jika dirinya ingat.” (HR Abu Dawud).
3. Menyendiri
Salah satu bentuk evaluasi dan introspeksi diri yang berguna adalah dengan menyendiri saat bermuhasabah.
Umar bin Khaththab berkata: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal saleh) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak).” (HR Tirmidzi).
Selain itu, dari Maimun bin Mihran, beliau berkata: “Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya.” (HR Tirmidzi).
Itulah hal-hal yang berkaitan dengan muhasabah diri dalam Islam.
Semoga bermanfaat dan mudah dipahami ya, Moms!
- https://umroh.com/blog/cara-muhasabah-diri/
- https://www.researchgate.net/publication/296880437_Hisba_Reflection_in_Islamic_Spiritual_Education
- https://muslim.or.id/27695-mengapa-perlu-muhasabah-diri.html
- https://kbbi.web.id/muhasabah
- https://islam.nu.or.id/post/read/125643/keutamaan-muhasabah-atau-introspeksi-diri
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.