Penyakit Polio: Gejala, Penyebab, dan Pencegahan dengan Vaksinasi
Imuni polio adalah nama umum untuk penyakit polio.
Istilah tersebut diambil dari bahasa Yunani, yang berarti peradangan tulang belakang.
Zaman dahulu, orang-orang menyebut penyakit ini sebagai kelumpuhan pada anak-anak.
Sebagian besar penderita penyakit polio atau poliomielitis adalah balita, terutama yang belum menjalani imunisasi polio.
Namun, penyakit polio dapat dialami oleh siapa saja tanpa batasan usia.
Selain kelumpuhan permanen, polio juga dapat menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan sehingga penderitanya kesulitan bernapas.
Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai penyakit polio, mulai dari penyebab hingga cara mengatasinya!
Baca Juga: Kekurangan Kalsium Saat Hamil, Waspada Risiko Osteoporosis!
Sejarah Kehadiran Penyakit Polio
Polio adalah virus sangat menular yang dapat menyebabkan kelumpuhan akibat peradangan pada sumsum tulang belakang dan batang otak.
Penyakit ini paling sering menyerang anak di bawah usia 5 tahun.
Kasus polio memuncak di Amerika Serikat pada tahun 1952, dengan temuan 57.623 kasus.
Sejak Undang-Undang Bantuan Vaksinasi Polio, Amerika Serikat telah bebas polio sejak 1979.
Banyak juga negara lain telah mendapat sertifikasi bebas polio, lho.
Meski begitu, virus ini masih aktif di negara-negara yang belum memulai kampanye imunisasi.
Menurut World Health Organization (WHO), satu kasus polio yang dikonfirmasi membuat anak-anak di beberapa negara ikut berisiko.
Afghanistan telah memulai kampanye imunisasinya untuk awal Oktober dan November pada tahun 2016.
Hari Imunisasi Nasional dan Subnasional direncanakan dan berlangsung untuk negara-negara di Afrika Barat.
Menurut situs Kemenkes, Indonesia pada tahun 2018 melaporkan 1 kasus cDVPV1 di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua.
Kasus mulai sakit dimulai pada tanggal 26 November 2018, dan kelumpuhan terjadi pada tanggal 27 November 2018.
Pemerintah Indonesia di kala itu telah melakukan berbagai kegiatan penanggulangan, yang dimulai dengan melakukan investigasi di tempat kasus.
Provinsi Papua telah melakukan pelaksanaan Outbreak Respond Immunization (ORI) tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.
Hingga saat ini, belum ditemukan lagi kasus penyakit polio tambahan di Indonesia.
Baca Juga: Kenali Hemiplegia, Kondisi Lumpuh di Salah Satu Sisi Tubuh
Pengertian Penyakit Polio
Melansir Neurohospitalist Journal, polio adalah sebuah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat.
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang sangat mudah menyebar dari satu manusia ke manusia lainnya.
Virus penyebab polio dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kerusakan pada sistem saraf motorik.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kelumpuhan pada otot, baik yang bersifat sementara maupun permanen.
Pada kasus parah, penyakit polio atau poliomielitis dapat memengaruhi kemampuan bernapas dan menelan pada anak.
Penyakit ini sangat mudah menyebar, terutama pada anak-anak dibawah usia 5 tahun.
Bahayanya lagi, polio tidak dapat disembuhkan sepenuhnya.
Cara paling baik yang bisa dilakukan agar tidak sampai terserang virus penyebab polio adalah dengan mendapatkan vaksinasi.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan, Moms?
Baca Juga: Cari Tahu Kapan Waktu yang Tepat dan Manfaat Lari Sore untuk Kesehatan
Penyebab Penyakit Polio
Penyakit polio disebabkan oleh virus dengan nama serupa, yaitu poliovirus.
Virus tersebut masuk melalui rongga mulut atau hidung, kemudian menyebar di dalam tubuh melalui aliran darah.
Penyebaran virus penyakit polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja penderita.
Selain itu, penyebaran bisa melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus polio.
Selain itu, virus ini juga dapat menyebar melalui percikan air liur ketika penderita batuk atau bersin, namun lebih jarang terjadi.
Ada beberapa orang yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit ini adalah:
- Ibu hamil dengan HIV positif
- Orang yang tinggal di daerah terpentin dengan sulitnya akses air mengalir yang bersih terutama untuk MCK
- Anak-anak yang tidak divaksinasi
Bagi orang-orang yang tidak pernah divaksinasi, risiko tertular penyakit ini akan semakin tinggi, apabila:
- Bekerja dengan spesimen virus
- Bepergian ke daerah yang baru saja terjadi wabah polio
- Tinggal atau merawat pengidap polio
- Sudah menjalani operasi tonsilektomi
- Terpapar batuk dan bersin dari penderita
- Kurang memiliki akses air bersih
- Sanitasi yang buruk
- Minum air yang terkontaminasi virus
Penyebab dari poliovirus ini juga bisa membuat penderitanya mengalami gejala yang berbeda-beda.
Baca Juga: Dinilai Jorok, Ternyata Makan dengan Tangan Memiliki Segudang Manfaat, lho!
Gejala dan Jenis Penyakit Polio
Pada 95% kasus polio yang terjadi tidak ada yang menunjukkan gejala.
Namun, beberapa kasus gejala penyakit poliomielitis tergantung pada jenis yang dideritanya.
1. Polio Paralitik
Melansir Oxford University Press, polio paralitik adalah tipe polio yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada sumsum tulang belakang atau kelumpuhan tulang belakang batang otak.
Jenis paralitik dapat menyebabkan kelumpuhan (paralysis) pada beberapa bagian, yaitu:
- Saraf tulang belakang (spinal)
- Batang otak (bulbar)
- Saraf tulang belakang dan batang otak (bulbospinal)
Gejala dari polio paralitik, yaitu:
- Hilangnya refleks
- Kejang parah
- Nyeri otot
- kelumpuhan mendadak seperti di pinggul atau pergelangan kaki.
Selain itu, dalam beberapa kasus polio paralitik, virus ini bisa menyerang otot yang membantu sistem pernapasan sehingga menyebabkan kematian.
Baca Juga: Memiliki Dampak Negatif, Ini Penyebab Anak Kecanduan Gadget
2. Polio Non-Paralitik
Polio ini disebut dengan polio abortif atau polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan.
Namun, polio ini bisa menyebabkan gangguan penyakit ringan seperti flu yang menyerupai penyakit virus lainnya.
Gejala dari polio non-paralitik, yaitu:
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Mudah lelah
- Sakit kepala
- Nyeri punggung
Polio non paralitik ini juga sering kali salah diartikan dengan penyakit flu pada umumnya.
3. Sindrom Pasca Polio
Sindrom ini merupakan sekelompok tanda atau gejala yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada seseorang setelah beberapa tahun mengalami serangan polio.
Biasanya, kelumpuhan ini akan datang 15-35 tahun kemudian.
Beberapa gejala umum dari sindrom pasca polio, yaitu:
- Kelemahan sendi
- Sulit bernapas
- Sulit menelan
- Depresi
- Mudah lelah
Diperlukan pengobatan jangka panjang untuk meredakan gejala dari sindrom penyakit pasca polio ini.
Baca Juga: 5 Doa Setelah Azan dan Maknanya, Insya Allah Dilimpahkan Berkah serta Pahala, Yuk Amalkan!
Cara Mendiagnosis Penyakit Polio
Penyedia layanan kesehatan yang mencurigai pasien menderita polio harus segera merawat pasien di rumah sakit.
Dalam mendiagnosis penyakit polio, diperlukan pemeriksaan fisik, mengambil riwayat medis terperinci.
Diagnosis termasuk mengetahui riwayat vaksinasi dan riwayat perjalanan terakhir.
Setelah itu, diperlukan pemeriksaan sampel (tinja, usap tenggorokan, darah, urin, dan cairan tulang belakang) untuk diteliti lebih lanjut.
Sebagian pasien membutuhkan pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk melihat gambar sumsum tulang belakang.
Poliovirus paling mungkin dideteksi pada spesimen tinja yang terinfeksi.
Baca Juga: 12 Manfaat Buah Ceri untuk Kesehatan, Termasuk Menjaga Kesehatan Jantung!
Komplikasi Penyakit Polio
Polio, terutama yang berjenis paralitik dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi, seperti:
- Kecacatan
- Kelainan bentuk tungkai dan pinggul
- Kelumpuhan, baik sementara atau permanen
Dalam kondisi ini, alat bantu berjalan diperlukan untuk membantu penderita beraktivitas sehari-hari.
Pada kondisi yang lebih serius, virus polio yang menyerang otot saluran pernapasan dapat mengakibatkan kelumpuhan otot pernapasan hingga menyebabkan kematian.
Baca Juga: Kenali Gejala dan Cara Mencegah Polio Pada Anak
Cara Mengatasi Penyakit Polio
Penyakit polio merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan secara total.
Pengobatan yang diberikan juga umumnya fokus mengurangi gejala yang ditimbulkan, seperti:
- Obat pereda nyeri, yang digunakan untuk meredakan nyeri, sakit kepala, dan demam. Contoh obat ini adalah ibuprofen.
- Obat antibiotik, digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang bisa menyertai polio, misalnya infeksi saluran kemih. Contoh antibiotik yang bisa diberikan adalah ceftriaxone.
- Obat pelemas otot (antispasmodik), digunakan untuk meredakan ketegangan pada otot. Contoh obat ini adalah tolterodine dan scopolamine.
Selain pemberian obat, kompres hangat juga dapat digunakan untuk meredakan ketegangan otot.
Jika pasien mengalami gangguan pernapasan, dokter akan memasang alat ventilator.
Selain itu, operasi juga akan dilakukan untuk memperbaiki kelainan bentuk lengan atau tungkai.
Baca Juga: Ini Manfaat Penggunaan Kelambu Bayi dan Rekomendasi Produknya
Cara Mencegah Penyakit Polio
Bagaimana cara mencegah penyakit polio?
Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan melakukan imunisasi polio.
Imunisasi polio dapat diberikan saat anak berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6-18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4-6 tahun.
Jenis imunisasi yang diberikan terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Inactivated Polio Vaccine (IPV)
Imunisasi ini terdiri dari serangkaian suntikan, yaitu saat anak berusia 2 bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 4-6 tahun.
Vaksin IPV dibuat dari virus polio tidak aktif, tapi sangat aman dan efektif dan tidak dapat menyebabkan polio.
2. Oral Polio Vaccine (OPV)
Imunisasi OPV menjadi pilihan di banyak negara karena biaya yang lebih murah, kemudahan pemberian, dan efeknya yang sangat baik.
Namun, saat Si Kecil hendak diberikan vaksin ini, ia harus berada pada kondisi yang sehat.
Jika tidak, imunisasi ini sangat membahayakan bahkan mampu melumpuhkan orang yang divaksin.
Baca Juga: Sering Batuk Sampai Muntah? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!
Efek Samping Vaksin Polio
Setiap obat pasti memiliki risiko efek samping.
Hal ini pun berlaku pada vaksin polio.
Efek samping yang biasa terjadi setelah pemberian vaksin polio adalah rasa nyeri dan kemerahan pada area suntikan.
Beberapa kasus mungkin mengalami alergi setelah vaksinasi, dengan gejala berupa:
- Demam
- Pusing
- Sesak napas
- Tubuh terasa lemas
- Muncul ruam
- Jantung berdebar
Moms tidak perlu khawatir, karena risiko terjadinya efek samping parah akibat vaksin polio cukup jarang ditemukan.
Namun, apabila terjadi, jangan tunda untuk segera periksa ke dokter, ya!
Baca Juga: Si Kecil Memiliki Teman Khayalan? Pahami Dampak Baik dan Buruknya, Moms!
Itu dia penjelasan lengkap mengenai penyakit polio atau poliomielitis.
Meski penyakit ini sudah jarang terjadi, tidak ada salahnya untuk tetap waspada dengan mendapatkan vaksin tepat pada waktunya.
Yuk, gunakan tools Imunisasi dari Orami Apps berikut ini agar jadwal vaksin anak Moms dan Dads terpantau secara tepat.
Jangan lupa imunisasi lengkap sesuai dengan usia Si Kecil, ya!
- https://www.healthline.com/health/poliomyelitis#timeline
- https://infeksiemerging.kemkes.go.id/warta-infem/wabah-polio-di-filipina-indonesia-terus-waspada
- https://www.jstor.org/stable/4452583
- https://www.who.int/health-topics/poliomyelitis
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/polio/symptoms-causes/syc-20376512
- https://www.healthline.com/health/poliomyelitis
- https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15655-polio
- https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-imunisasi-bagian-ii
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.