Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Bugis, Penuh Makna!
Berbagai suku di Indonesia memiliki acara adatnya tersendiri yang sudah dilaksanakan turun temurun. Begitu pula dengan masyarakat Sulawesi Selatan yang masih menjaga ritual pernikahan adat Bugis.
Daerah Sulawesi Selatan mayoritas dihuni oleh masyarakat suku Bugis yang hingga saat ini masih melestarikan budaya asli mereka.
Beberapa acara adat yang masih bisa ditemui jika kita mengunjungi Makassar adalah tradisi pindah rumah, Massallo Kawali, Angngaru, Tarian Maggiri, dan masih banyak lagi.
Setiap acara adat pasti memiliki berbagai macam ritual yang tidak boleh dilewatkan.
Begitu pula dengan pernikahan adat Bugis yang berisi ritual-ritual sakral selama prosesi pernikahan berlangsung.
Ritual ini biasanya menunjukkan rasa syukur, meminta restu dari Tuhan agar acara berlangsung dengan lancar, serta bentuk hormat kepada orang tua.
Pernikahan adat Bugis terkenal sebagai acara yang mahal karena mahar yang harus diberikan adalah emas.
Selain itu, proses adat yang dimiliki oleh suku Bugis pun cukup panjang dan meriah karena melibatkan seluruh orang dari keluarga kedua pengantin.
Baca Juga: 12 Pernikahan Adat dari Berbagai Suku di Indonesia!
Sejarah Pernikahan Adat Bugis
Pernikahan adat Bugis memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan makna.
Suku Bugis berasal dari etnis Deutro Melayu (Melayu muda) yang datang ke Nusantara sekitar tahun 500 SM dari Yunan (China Selatan).
Mereka kemudian merantau ke berbagai wilayah dan negara untuk meninggalkan pemerintahan yang sewenang-wenang dan demi kepentingan ekonomi.
Pernikahan adat Bugis dimulai dengan ritual "Mappasau Botting", yang berarti merawat pengantin, di mana calon pengantin wanita diberikan perawatan secara privat sebelum hari pernikahannya.
Ritual ini dilakukan untuk mengeluarkan keringat yang tidak baik dari tubuh calon pengantin perempuan dan untuk mengharumkan rumah tangga.
Prosesi pernikahan adat Bugis juga melibatkan ritual "Mappanre Temme", "Mappacci", "Mappasili", dan "Mammanu'manu'", yang semuanya memiliki makna dan tujuan yang spesifik dalam upacara pernikahan.
Dalam pernikahan adat Bugis, mayoritas suku Bugis yang beragama Islam melakukan ritual khatam Al-Qur'an dan memohon do'a kepada Allah SWT agar pernikahan dapat berjalan lancar.
Proses pernikahan adat Bugis juga melibatkan berbagai ritual yang menunjukkan rasa syukur, meminta restu dari Tuhan, serta bentuk hormat kepada orang tua.
Dengan demikian, pernikahan adat Bugis menjadi upacara yang sakral dan berisi makna mendalam, serta menjadi bagian integral dari budaya dan tradisi suku Bugis.
Prosesi Pernikahan Adat Bugis
Rangkaian pernikahan adat Bugis terdiri dari beberapa prosesi. Masing-masing prosesi memiliki pakemnya tersendiri.
Setiap prosesi yang sakral ini juga memiliki makna yang mendalam.
Beginilah Moms, rangkaian acara pernikahan adat Bugis yang penuh dengan makna dan nilai suku.
1. Mammanu-Manu dan Madduta
Proses Mammanu-Manu pada pernikahan adat Bugis sebenarnya dilakukan sebelum acara pernikahan. Proses ini disebut juga dengan "masa penjajakan."
Jika seorang pria sudah mantap untuk memilih wanita yang akan ia nikahi, akan ada sebuah kegiatan rahasia yang dilakukan seorang perempuan dari pihak pria untuk mengetahui apakah wanita yang ia pilih sudah dipinang atau belum.
Apabila belum, maka pihak pria bisa mendatangi orangtua mempelai wanita untuk meminta izin agar bisa menikahi anaknya.
Proses ini sudah berbeda dengan Mammanu-Manu dan disebut dengan Madduta.
Proses ini juga bisa digunakan untuk membahas perihal besarnya uang panai atau mahar, apabila keluarga pihak wanita menerima lamaran pihak pria.
2. Mappetuada
Setelah proses peminangan diterima, maka ritual selanjutnya dari pernikahan adat Bugis adalah Mappetuada.
Mappetuada adalah sebuah acara untuk mengumumkan kabar baik dari kedua pasangan, yaitu mengenai tanggal kesepakatan untuk melangsungkan pernikahan, mahar, dan keperluan pernikahan lainnya.
Dalam Mappetuada juga, pinangan diresmikan dengan pihak pria mengirimkan hantaran berupa perhiasan untuk pihak perempuan.
Baca Juga: Pernikahan Adat Sunda, dari Prosesi Hingga Baju Pengantin
3. Mappasau Botting dan Cemme Pasih
Mappasau Botting adalah proses pernikahan adat Bugis setelah undangan pernikahan disebarkan. Proses ini sendiri artinya adalah merawat pengantin.
Dilakukan sebagai ritual awal upacara pernikahan, proses ini berlangsung selama tiga hari sebelum hari pernikahan tiba.
Selama tiga hari, pengantin akan dirawat secara tradisional dengan mandi uap dan menggunakan bedak hitam yang terbuat dari asam jawa dan jeruk nipis.
Terakhir akan ditutup dengan Cemme Passih yang merupakan mandi tolak bala.
Proses ini ditujukan untuk meminta perlindungan Tuhan dari segala mara bahaya ketika menjalani proses pernikahan hingga menjalani bahtera rumah tangga.
4. Mappanre Temme dan Mappaci
Mayoritas suku Bugis adalah pemeluk agama Islam, oleh karena itu di dalam proses pernikahan adat Bugis ada ritual khatam Al-Qur'an.
Dalam proses ini juga memohon doa kepada Allah SWT agar pernikahan dapat berjalan lancar yang disebut dengan Mappanre Temme.
Proses ini biasanya dilakukan di rumah dengan memberikan suguhan berbagai macam kue-kue tradisional Bugis.
Setelah ritual ini, kemudian ada ritual yang disebut dengan Mappaci.
Mapacci adalah proses memberikan daun pacar ke calon mempelai sebagai bentuk doa restu.
Biasanya jumlah orang yang diundang untuk memberikan daun pacar tersebut tergantung status sosial calon mempelai.
Orang-orang yang dipanggil untuk mengikuti Mappaci biasanya merupakan pasangan yang pernikahannya bahagia dan kedudukan sosialnya baik.
Semua itu dimaksudkan agar calon mempelai kelak bisa mengikuti jejak pasangan tersebut.
Perlengkapan Mapacci berupa sarung tujuh susun sesuai derajat keningratan, daun pisang, daun pacar yang ditumbuk halus, rokok, dan jagung kering.
Baca Juga: 14 Prosesi Pernikahan Adat Batak Toba, Mulai dari Persiapan!
5. Mappasili
Setiap acara pernikahan adat di Indonesia, tidak akan lengkap tanpa adanya prosesi siraman. Dalam acara pernikahan adat Bugis, prosesi ini disebut dengan mappasili.
Tujuan dari Mapapasili adalah untuk membersihkan calon pengantin sekaligus tolak bala.
Air siraman yang digunakan Mappasili diambil dari tujuh mata air dan berisi tujuh macam bunga serta koin.
Selesai Mappasili, koin di dalam air siraman akan diambil dan diberikan ke keluarga yang belum menikah.
Tujuannya adalah agar dimudahkan mencari jodoh dan bisa segera menyusul pasangan pengantin.
6. Mappasikarawa
Selesai akad nikah, proses pernikahan adat bugis selanjutnya adalah Mappasikarawa.
Pada proses ini, mempelai pria akan dibimbing untuk masuk ke kamar pengantin dan bertemu dengan istrinya secara resmi.
Namun sebelum memasuki kamar, akan ada ritual ketuk pintu.
Ketuk pintu ini dimaksudkan untuk meminta izin ke pihak keluarga mempelai wanita agar diperbolehkan masuk. Setelah memasuki kamar, kemudian dilakukan ritual Mappasikarawa.
Mappasikarawa adalah bentuk sentuhan pertama dari suami ke istrinya.
Biasanya sentuhan tersebut diutamakan ke pundak, karena melambangkan hubungan sejajar antara suami dan istri di dalam rumah tangga.
Selain itu juga dilakukan sentuhan ke ubun-ubun, dada atau perut.
Terakhir adalah pemakaian sarung yang kemudian dijahit. Ini menandakan agar pasangan yang baru menikah terus bersatu dalam pernikahan tersebut.
Setelah ritual Mappasikarawa selesai, dilanjut dengan sungkem kepada orang tua dan juga keluarga yang dituakan dari mempelai wanita.
7. Mapparola
Acara terakhir dari proses pernikahan adat Bugis adalah Mapparola, yang merupakan kunjungan mempelai wanita ke rumah orang tua mempelai pria.
Mempelai wanita juga membawa seserahan yang berisi perlengkapan pribadi serta kue-kue tradisional untuk mempelai pria.
Kunjungan ini merupakan momen penting bagi masyarakat Bugis karena kunjungan tersebut menandakan kalau mempelai wanita diterima dengan baik di keluarga mempelai pria.
Di Mapparola inilah, mempelai kembali sungkem kepada orangtua dan kerabat yang dituakan dari mempelai pria.
Setelah acara Marola atau Mapparola selesai, kedua mempelai akan kembali ke rumah mempelai wanita.
Baca Juga: Ketahui Pernikahan Adat Jawa yang Penuh Doa dan Makna
Mahar Pernikahan Adat Bugis
Mahar dalam pernikahan adat Bugis memiliki makna yang sangat penting dan sakral.
Mahar ini berfungsi sebagai lambang strata sosial yang sangat dijunjung tinggi keberadaannya.
Sehingga seorang laki-laki yang ingin menikahi seorang perempuan harus memberikan mahar sesuai status sosial dan kebangsawanan.
Mahar juga memiliki makna sebagai simbol keikhlasan dan keberanian dalam menikahi seorang perempuan.
Mahar ini biasanya berupa uang yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan, dan kesetimbangan dalam pernikahan.
Dalam pernikahan adat Bugis, jumlah mahar ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk status sosial dan kebangsawanan calon pengantin perempuan.
Mahar ini biasanya disepakati bersama oleh kedua belah pihak, dan berapa jumlahnya serta bentuknya harus disepakati bersama dan diucapkan tatkala melaksanakan ijab kabul pernikahan.
Baca Juga: Ini Hukum Akad Nikah Bahasa Arab dan Bacaan Ijab Qabulnya
Beragam Pilihan Baju Bodo untuk Pernikahan
Setiap daerah dan suku di Indonesia memiliki baju adat yang menjadi kekhasannya. Di Makassar, suku Bugis punya baju Bodo sebagai baju kebesaran yang digunakan mempelai wanita.
Baju Bodo berbentuk segi empat dengan lengan pendek, biasanya dilengkapi perhiasan seperti kalung, gelang, dan hiasan kepala saat dikenakan.
Ini dia beragam baju Bodo yang termasuk salah satu baju daerah tertua di Indonesia.
1. Warna Emas yang Membuat Penampilan Tampak Elegan dan Mewah
Warna emas yang senada dengan perhiasan dapat menjadi pilihan baju Bodo untuk acara pernikahan adat Bugis.
Warna ini akan terlihat elegan juga memberikan kesan mewah sepasang pengantin.
2. Tampak Fresh dengan Warna Baby Pink
Siapa bilang warna baby pink akan terlalu ramai dan terkesan girly? Justru warna ini memberikan kesan fresh dan awet muda, lho!
3. Dua Warna Juga Bisa Jadi Pilihan Menarik!
Tidak harus sama, asalkan senada, baju Bodo dua warna yang berbeda antara mempelai pria dan perempuan ini juga bisa jadi pilihan.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Sinamot, Tradisi Uang Mahar dalam Pernikahan Adat Batak
Nah, itu tadi Moms prosesi pernikahan adat Bugis dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Terlihat prosesnya yang cukup sakral dan patut dilestarikan hingga kini, ya!
- https://www.bridestory.com/id/blog/12-rangkaian-prosesi-pernikahan-adat-bugis-yang-penuh-makna-mendalam
- https://journals.inaba.ac.id/index.php/jdcs/article/view/184
- https://jurnal.ugm.ac.id/v3/pswk/article/download/767/245/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.