4 Tips Penerapan Responsive Feeding, Rahasia Sukses Memberi MPASI untuk Bayi
Responsive feeding adalah proses mengenali tanda-tanda lapar dan kenyang yang ditunjukkan oleh bayi.
Metode ini juga meliputi bagaimana Moms menanggapinya dengan tepat, seperti kapan harus memberi makan atau berhenti menyusui anak.
Ini merupakan proses yang bersifat interaktif dan aktif dalam hubungan Moms dan bayi.
Moms secara aktif memerhatikan Si Kecil saat makan, membaca isyarat yang ditunjukkan, dan memberikan feedback.
Pada waktu yang sama, buah hati akan berkomunikasi dengan Moms melalui minat yang ditunjukkan untuk makan atau sebaliknya.
Mari kenali lebih lanjut tentang responsive feeding melalui artikel di bawah ini!
Baca Juga: 5 Tips Mempersiapkan MPASI Terbaik untuk Si Kecil
Mengapa Responsive Feeding Penting bagi Bayi?
Saat memulai MPASI, ada banyak hal yang harus diperhatikan Moms, salah satunya adalah pemberian makanan kepada bayi.
Mengutip WHO, pemberian makan kepada bayi harus mengikuti kaidah responsive feeding.
Responsive feeding artinya memberikan MPASI pada anak dengan memerhatikan 5W1H yaitu:
- What
- When
- Where
- Why
- Who
- How
Responsive feeding juga memungkinkan bayi makan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan fisiologisnya sendiri dan dapat mencegah terjadinya overfeeding alias makan berlebihan.
Dalam responsive feeding, Moms akan mengenali tanda-tanda overfeeding dan melakukan tindakan berdasarkan isyarat awal rasa lapar dan kekenyangan di akhir sesi makan.
Metodel ini juga mengajarkan bahwa makanan diberikan saat bayi lapar, bukan memaksa bayi untuk makan.
Baca Juga: 5 Ide Menu MPASI Agar Anak Tumbuh Tinggi, Yuk Dicoba!
Tips Sukses Penerapan Responsive Feeding
Mengenalkan hal baru pada Si Kecil memang tak selalu mudah ya, Moms. Begitu pula dengan responsive feeding yang juga melibatkan Moms dalam prosesnya.
Namun tak usah bimbang, kini Moms bisa megikuti tips di bawah ini. Melansir Harvard Medical School, ini dia tips-tips responsive feeding pada bayi:
1. Mengenali Isyarat Si Kecil
Langkah pertama melakukan responsive feeding adalah mengenali isyarat lapar dan kenyang dari Si Kecil.
Melansir penelitian yang dikutip Healthy Children, sebagian besar orang tua cukup pandai dalam mengenali tanda-tanda lapar yang ditunjukkan bayinya.
Namun, sedikit orang tua yang tahu atau mengenali tanda kenyang.
Bahkan, kebanyakan orang tua akan terus menyuapi buah hatinya padahal si anak sudah memberikan isyarat kenyang.
Beberapa orang tua juga cenderung memaksakan buah hatinya untuk menghabiskan makanannya.
Padahal, dengan memaksakan bayi makan yang tidak sesuai keinginan dan kebutuhannya sama saja dengan mengabaikan naluri alaminya untuk makan atau berhenti makan.
Dalam jangka panjang, pemberian makan berlebih pada bayi dapat meningkatkan risiko masalah makan berlebihan dan obesitas.
2. Harus Sabar
Moms atau pengasuh harus sabar dan tidak memaksa dalam proses pemberian MPASI menggunakan responsive feeding.
Moms perlu cermat dalam memerhatikan tanda lapar atau kenyang pada anak. Serta perlu menghindari gangguan pengalih perhatian.
Baca Juga: Begini Cara Membuat dan Menyimpan Kaldu untuk MPASI
3. Menentukan Jadwal Makan Anak
Pada responsive feeding, Moms yang menentukan kapan Si Kecil makan, apa yang dimakan, dan di mana ia akan makan.
Lalu bagaimana dengan Si Kecil?
Padahal, yang akan menentukan berapa banyak makanan yang dimakan dan mau tidaknya adalah dirinya sendiri.
Caranya bisa dimulai dengan berbagai cara, seperti:
- Memberikan finger food
- Membiasakan bayi minum dari cangkir atau gelas sejak berusia 6-8 bulan
- Membiarkan bayi memegang sendiri tempat minumnya
Salah satu manfaat responsive feeding ini adalah mencegah anak makan berlebihan.
Mencegahnya mengalami obesitas dengan tetap memberikan nutrisi dan gizi yang ia butuhkan untuk tumbuh kembangnya.
4. Tidak Memaksa dan Mencekoki
Pernah lihat video viral ibu memberi makan anaknya dengan cara disuapi sambil tiduran, kemudian makanannya dituang ke mulutnya? Duh, kejam sekali, ya Moms!
Walaupun memang bukan proses yang mudah, tapi jangan pernah memaksa anak untuk makan, ya Moms.
Jika ia belum mau makan, tunggu hingga jam makan berikutnya agar ia lapar dan jangan berikan camilan atau susu sebagai pengganti makan.
Jika Si Kecil dipaksa untuk makan, hal ini bisa berakibat trauma makan yang efeknya bisa panjang ke tumbuh kembangnya hingga dewasa nanti, Moms.
Baca Juga: Saatnya Berhenti Menyuapi Si Kecil, Ini Manfaat Anak Makan Sendiri
Apabila Moms masih bingung dalam membuat menu MPASI Si Kecil, bisa coba tools Resep MPASI dari Orami App.
Di sini, Moms bisa menemukan informasi terkait saran penyajian, feeding rules, hingga berbagai rekomendasi MPASI bergizi.
Tanda Bayi Lapar dan Kenyang
Berikut ini merupakan beberapa tanda umum yang ditunjukkan bayi saat merasa lapar dan kenyang.
Dengan mengetahui tanda-tanda ini, Moms juga bisa mengoptimalkan metode responsive feeding, lho.
1. Lapar
Biasanya tanda bayi lapar sangat mudah dikenali, umumnya mereka akan melakukan:
- Merengek, berkeringat atau mudah menangis.
- Memasukkan tangan, jari atau jempol ke dalam mulut.
- Bagi bayi yang masih menyusu juga akan menunjukkan tanda-tanda rooting.
2. Kenyang
Moms, bayi jarang sekali bisa menunjukkan ia kenyang. Nah, Moms bisa berhenti menyuapinya bila ia menunjukkan tanda:
- Menggeser atau menjauhkan sesuatu yang berhubungan dengan makanannya (peralatan makan, botol susu, dan lain-lain).
- Berpaling dari sendok yang coba Moms suapkan.
- Membuang atau menumpahkan makanannya.
- Menggelengkan kepala untuk mengisyaratkan tidak mau.
Setiap bayi memiliki isyarat sendiri untuk menunjukkan rasa lapar dan kenyang. Karenanya, Moms harus mengenali isyarat tersebut sejak dini.
Responsive feeding mendorong Moms dan Si Kecil untuk terhubung pada waktu makan, sementara si kecil belajar mengatur nafsu makannya sendiri.
Responsive feeding memang lebih dikenal berjalan sukses untuk bayi yang masih menyusu eksklusif.
Tetapi saat bayi mulai makan MPASI, responsive feeding akan mengajarinya untuk memutuskan apakah ia akan makan dari apa yang Moms tawarkan dan berapa banyak ia makan.
Moms dan pengasuh memiliki peran untuk memutuskan makanan apa yang akan ditawarkan dan kapan makanan tersebut akan ditawarkan pada anak.
Sementara Si Kecil fokus pada kebutuhan makan sesuai seleranya.
Baca Juga: 11 Manfaat Buah Naga untuk Bayi sebagai MPASI, Luar Biasa!
Nah, demikian Moms informasi seputar responsive feeding yang bisa mencegah Si Kecil dari overfeeding yang berujung obesitas. Selamat mencoba!
- https://thenourishedchild.com/responsive-feeding/
- https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Is-Your-Baby-Hungry-or-Full-Responsive-Feeding-Explained.aspx
- https://www.health.harvard.edu/blog/why-parents-should-use-responsive-feeding-with-their-babies-2017100312524
- https://ihcw.aap.org/Documents/Early
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.