Mengenal Ragam Rumah Adat Bangka Belitung dan Filosofinya
Pernah melihat rupa rumah adat Bangka Belitung yang memiliki sisi unik dan filosofi yang menarik?
Selain keindahan lautnya yang menawan, Bangka Belitung, provinsi yang terletak di sebelah timur Pulau Sumatera, memiliki kekayaan budaya yang wajib dieksplor.
Dulunya provinsi yang terdiri dari Pulau Bangka dan pulau Belitung ini merupakan bagian Sumatera Selatan.
Sehingga ciri dan karakteristik arsitektur pada rumah adatnya hampir sama dengan dengan Sumatera Selatan dan daerah-daerah di Pulau Sumatera lainnya.
Selain itu, rumah ini juga mendapat pengaruh dari arsitektur rumah Melayu. Sebagai informasi, suku Melayu merupakan suku mayoritas yang menghuni Bangka Belitung.
Ada beberapa macam ragam arsitektur rumah adat di Bangka Belitung, yaitu arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang, dan Melayu Bubung Limas.
Rumah Melayu Awal berupa rumah kayu, beratap miring, memiliki beranda depan serta banyak bukaan yang berfungsi sebagai ventilasi udara.
Sementara pada Melayu Bubung Panjang, biasanya ada tambahan bangunan di samping rumah.
Sedangkan Melayu Bubung Limas, mendapat pengaruh dari Palembang, Sumatera Selatan.
Di beberapa rumah adat Bangka Belitung, juga kadang ditemukan arsitektur Tionghoa dan kolonial.
Baca Juga: 7 Rumah Adat Jawa Barat Beserta Artinya
Ragam Rumah Adat Bangka Belitung dan Filosofinya
Ada 3 jenis rumah adat Bangka Belitung, yaitu rumah panggung atau sering disebut rumah panggong, rumah limas dan rumah rakit.
Bangka Belitung terdiri atas wilayah daratan dan perairan, sehingga memengaruhi masyarakat dalam membangun tempat tinggal.
Untuk masyarakat di wilayah daratan, umumnya mendirikan rumah limas.
Sementara masyarakat Bangka Belitung di wilayah pesisir dan perairan, mendirikan rumah panggung dan rumah rakit.
Untuk mengenal lebih jauh tentang rumah adat Bangka Belitung, mari simak ulasannya berikut ini!
Baca Juga: 6 Makanan Khas Bangka Belitung yang Dijamin Menggugah Selera!
1. Rumah Panggung
Rumah adat Bangka Belitung berupa rumah panggung mengadopsi arsitektur Melayu Awal, dengan ditopang bebeberapa tiang dan satu tiang berukuran besar.
Rumah panggung terbuat dari bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, rotan, dedaunan, akar pohon dan alang-alang.
Bentuk atapnya tinggi dan sedikit miring, atau berakulturasi dengan desain atap rumah Tionghoa, sebagaimana kita tahu di Bangka Belitung juga terdapat etnis Tionghoa.
Di bagian dinding, terdapat banyak bukaan atau jendela, untuk membuat udara di dalam ruangan tetap sejuk.
Ini karena Bangka Belitung memiliki cuaca yang cukup panas.
Tiang dan lantai rumah terbuat dari kayu, dinding terbuat dari bambu atau kulit kayu, sedangkan atap terbuat dari daun rumbia dan ijuk.
Umumnya, rumah panggung khas Bangka Belitung terdiri atas empat bagian ruangan, yaitu:
- Ruang depan yang berfungsi untuk menjamu tamu.
- Ruang induk atau ruang utama, menjadi tempat keluarga untuk berkumpul.
- Loss merupakan penghubung antara ruang keluarga dan kamar-kamar penghuninya.
- Ruangan di bagian belakang yang difungsikan sebagai tempat memasak, makan, kamar mandi dan tempat penyimpanan.
Namun, tidak semua rumah panggung memiliki pembagian ruangan seperti ini.
Ada juga yang hanya terdiri dari dua ruangan, berupa ruang induk dan ruang depan, sementara aktivitas mencuci dan mandi dilakukan di sungai.
Filosofi Rumah Panggung
Rumah panggung khas Bangka Belitung tidak boleh diwarnai atau diberi cat, melainkan harus mempertahakan warna dari material yang digunakan dalam membuatnya.
Tujuannya agar orang-orang Bangka Belitung berada dalam kesetaraan yang sama, tidak dibedakan berdasarkan tampilan rumah.
Rumah tanpa cat juga melambangkan kesederhanaan yang merupakan bagian penting dalam persatuan.
Baca Juga: Mengulik Sejarah Monas, Destinasi Wisata Ikonik di Jakarta
2. Rumah Limas
Rumah adat Bangka Belitung yang satu ini mengadopsi rumah adat Sumatera Selatan yang bernama rumah limas.
Disebut rumah limas karena atapnya berbentuk limas.
Ciri khas bangunannya luas dan bertingkat-tingkat atau dikenal dengan sebutan bengkilas.
Bahan utama rumah adalah kayu, dengan tiang menggunakan kayu ulin yang cukup kuat.
Dinding, pintu dan lantai menggunakan kayu tembesu, yang banyak ditemukan di Sumatera Selatan.
Rumah limas terdiri atas beberapa lantai yang dibagi menjadi beberapa ruangan atau dikenal dengan sebutan kekijing.
Berikut pembagian lantai dan ruangan pada rumah limas:
- Kekijing pertama disebut pagar tenggalung, berupa ruangan tanpa pagar pembatas untuk menerima tamu.
- Kekijing kedua disebut jogan, tempat khusus berkumpulnya para laki-laki.
- Kekijing ketiga merupakan tempat untuk menerima handai tolan yang sudah agak tua.
- Kekijing keempat adalah tempat untuk undangan yang lebih dekat kekerabatannya dan lebih dihormati, seperti datuk.
- Kekijing kelima disebut gegajah karena merupakan ruangan terluas.
Di dalam gegajah masih dibagi menjadi 3 ruangan lagi yaitu:
- Pembatas antar ruangan (pangkeng)
- Tempat keluarga inti (amben tetuo)
- Balai musyawarah (danamben)
Filosofi Rumah Limas
Rumah limas terdiri atas lima tingkatan, yang merupakan jenjang kehidupan masyarakat, yakni usia, jenis, bakat, pangkat dan martabat.
Selain itu, rumah ini juga merupakan penanda garis keturunan seseorang.
Tingkat pertama untuk golongan kiagus, tingkat kedua untuk kemas dan massagus, serta tingkat ketiga untuk raden.
Pada bagian atap terdapat ornamen tanduk dengan melati yang menggambarkan mahkota bermakna kerukunan dan keagungan.
Baca Juga: 4 Jenis Rumah Adat Betawi dan Makna Filosofisnya
3. Rumah Rakit
Bangka Belitung merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari Pulau Bangka, Pulau Belitung dan beberapa pulau kecil lainnya.
Selain itu sekitar 40% wilayahnya terdiri atas perairan, sehingga masyarakat beradaptasi dengan membuat rumah di atas air atau dikenal dengan rumah rakit.
Rumah rakit juga mendapat pengaruh dari rumah tradisional khas Palembang.
Zaman dulu Kesultanan Palembang melarang warga asing yaitu warga Tionghoa membangun tempat tinggal di atas daratan.
Alhasil, mereka mendirikan rumah di sepanjang sungai Musi.
Disebut rumah rakit karena dibangun di atas rangkaian balok kayu atau bambu.
Di keempat sudutnya dipasang tiang dari kayu agar rumah tidak berpindah-pindah. Sebagai pengaman, dipasang tali dari rotan untuk mengikat rumah pada tebing sungai.
Bentuknya bujur sangkar dan berukuran kecil. Atapnya terbuat dari daun yang dianyam dan hanya memiliki 2 pintu yaitu menuju ke pinggir sungai dan ke tengah sungai.
Untuk menuju ke daratan digunakan jembatan. Salah satu keistimewaan rumah ini adalah dibangun sedemikian rupa sehingga tetap kokoh walaupun banjir menerjang.
Rumah rakit sangat sederhana, terdiri dari dua ruangan saja.
Satu ruangan untuk kamar tidur dan ruangan lain untuk kegiatan sehari-hari. Sementara itu, dapur berada di luar rumah.
Bobotnya pun ringan sehingga mudah mengapung di atas air.
Filofosi Rumah Rakit
Mendirikan rumah rakit tidak boleh sembarangan.
Melainkan perlu ada musyawarah dengan keluarga, dalam hal ini suami dan istri, dengan orang tua dan para tetangga.
Tujuannya, untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
Baca Juga: Susunan Acara Akad Nikah dan Resepsi dari Awal hingga Akhir
Demikian sisi unik rumah adat Bangka Belitung serta filosofi dibalik bangunannya. Menarik bukan, Moms?
Semisal Moms dan Si Kecil jalan-jalan ke provinsi yang dikenal sebagai Negeri Laskar Pelangi ini, jangan lupa untuk mengunjungi tempat-tempat wisata rumah adatnya, ya.
Pengalaman ini bisa jadi materi pelajaran Sejarah dan Geografi untuk Si Kecil, lho!
- https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/rumah-adat-belitung-kebanggaan-masyarakat-negeri-laskar-pelangi/
- https://dimensi.petra.ac.id
- https://budi.kemdikbud.go.id
- https://arsip-indonesia.org/nl/zoeken?mivast=50000&mizig=190&miadt=50000&miaet=14&micode=ORGANISASI&minr=1032316&milang=nl&misort=pla%7Casc&miview=ldt
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.