20 Agustus 2024

Serba-serbi Perang Bali: Tahun Kejadian dan Kronologinya!

Simak penjelasannya di sini, yuk Moms!
Serba-serbi Perang Bali: Tahun Kejadian dan Kronologinya!

Foto: balisaja.com

Di balik pesona keindahannya, Bali pernah mengalami masa-masa kelam akibat perang Bali dan konflik yang terjadi antara kerajaan-kerajaan lokal dengan Belanda.

Sejarah perang Bali bukan hanya tentang pertempuran fisik, tetapi juga tentang perjuangan mempertahankan kehormatan, tradisi, dan identitas budaya.

Pada abad ke-19, ketika kolonialisme Eropa mencapai puncaknya di Nusantara, Bali menjadi salah satu target ekspansi kekuasaan Belanda.

Lalu, bagaimana terjadinya perang Bali? Serta tahun berapa kejadian perang di Pulau Dewata ini?

Baca Juga: 13 Urutan Gunung Tertinggi di Bali, Pendaki Wajib Pelajari!

Perang Bali I

Ilustrasi Perang
Foto: Ilustrasi Perang

Perang Bali I terjadi pada tahun 1846, dimana Belanda melancarkan serangan militer ke Buleleng, Bali.

Ini merupakan bagian dari upaya Belanda untuk mengendalikan wilayah Nusantara.

Meski Bali dan Belanda sebelumnya telah mencapai kesepakatan pada tahun 1841 dan 1843, namun kerajaan di Bali, khususnya Buleleng, sering melanggar perjanjian tersebut.

Salah satu sengketa besar adalah tradisi "Tawan Karang" di Bali, dimana kapal yang karam di pantai menjadi milik raja setempat.

Belanda tidak setuju dengan tradisi ini dan menganggapnya melanggar hukum internasional.

Dalam ekspedisi ini, Belanda mengirim armada besar ke Bali, dan setelah memberi ultimatum yang diabaikan oleh raja Bali, pasukan Belanda mendarat dan berhadapan dengan ribuan prajurit Bali.

Meskipun mendapat perlawanan sengit, Belanda berhasil menaklukkan Singaraja, ibu kota Buleleng.

Setelah perang, kerajaan-kerajaan di Bali menyerah dan sepakat untuk bekerja sama dengan Belanda.

Namun, ketenangan ini tidak bertahan lama, dan konflik kembali memanas, mengarah pada perang Bali berikutnya.

Baca Juga: 25 Tempat Wisata Bali Terkini, Banyak Pantai Cantik!

Perang Bali II

Ilustrasi Perang
Foto: Ilustrasi Perang (Goodnewsfromindonesia.id)

Perang Bali II atau perang Jagaraga pada tahun 1848 menampilkan konflik antara Belanda dan Bali, di mana Belanda berupaya menantang hak tawan karang oleh raja-raja Bali.

Meskipun pasukan Belanda berjumlah 2.400 prajurit dengan persenjataan canggih, mereka tidak berhasil mengalahkan 16.000 prajurit Bali yang dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik di Jagaraga.

Belanda menderita kerugian besar dan dipaksa untuk mundur.

Tak lama setelah kegagalan tersebut, Belanda kembali dengan serangan baru pada tahun 1849, kali ini dengan pasukan yang lebih besar, sekitar 5.000 serdadu.

Mereka berhasil menaklukkan benteng Jagaraga, menjadikan semua kerajaan di Bali berada di bawah kendali Belanda.

Ekspedisi ini menjadi titik balik dominasi Belanda di Bali.

Selain pertempuran militer, perang ini juga menandai benturan antara tradisi dan ambisi kolonial.

Baca Juga: Sejarah Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Kronologinya

Meskipun Belanda datang dengan persenjataan modern, mereka menghadapi perlawanan gigih dari orang Bali yang berjuang dengan keberanian dan dedikasi untuk tanah dan budaya mereka.

Perang Bali III

Perang Bali III, yang juga disebut perang Kusamba, merupakan percobaan Belanda untuk menguasai Bali setelah dua percobaan sebelumnya gagal.

Seluruh konflik ini bermula dari tindakan penduduk Bali yang merampas dua kapal Belanda yang terdampar, suatu praktik tradisional di Bali yang dikenal sebagai Tawan Karang.

Tawan Karang, yakni hak penduduk Bali untuk merampas kapal yang karam, telah menjadi bagian dari tradisi mereka selama bertahun-tahun.

Namun, ketika kapal Belanda menjadi korban praktik ini pada tahun 1841 dan protes mereka diabaikan oleh penguasa Bali, ketegangan antara kedua pihak meningkat.

Pada 24 Mei 1849, pasukan Belanda di bawah komando Mayor Jendral A.V. Michiels memulai serangan ke Goa Lawah dan kemudian menuju Kusamba.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari pasukan Klungkung.

Meski pasukan Belanda berhasil menguasai Kusamba pada sore hari, situasi berbalik ketika Klungkung melancarkan serangan balasan tengah malam, memanfaatkan kelelahan dan keterkejutan pasukan Belanda.

Dalam serangan tersebut, Mayor Jendral Michiels terluka parah oleh tembakan dan akhirnya meninggal dunia.


Keesokan harinya, 25 Mei, pasukan Belanda kembali lesu dan demoralisasi, banyak di antaranya terjangkit penyakit.

Letkol van Swieten memutuskan untuk mundur kembali ke Padangbai.

Sepanjang perjalanan, banyak tentara Belanda yang jatuh sakit dan beberapa di antaranya meninggal.

Ketika Belanda meninggalkan Kusamba, pasukan Klungkung kembali menduduki desa tersebut.

Dalam pertempuran ini, Belanda mengalami kerugian signifikan, termasuk kehilangan beberapa perwira senior, sedangkan Klungkung kehilangan sekitar 800 prajurit dengan 1000 lainnya terluka.

Belanda, yang tidak setuju dengan praktik tersebut, merasa bahwa Klungkung telah melanggar perjanjian yang telah disepakati dan memutuskan untuk melakukan tindakan militer.

Pelanggaran kesepakatan tersebut akhirnya mendorong Belanda untuk mengintervensi dan melancarkan ekspedisi militer ke Bali.

Baca Juga: 8 Lagu Daerah Bali Paling Populer, Yuk Ajarkan pada Si Kecil!

Dampak dari Perang Bali

Dari penjelasan yang diberikan sebelumnya tentang perang Bali, beberapa dampak signifikan dari konflik tersebut meliputi:

1. Kerugian Nyawa

Baik pihak Belanda maupun pihak Klungkung mengalami kerugian nyawa yang signifikan.

Mayor Jendral Michiels, pemimpin pasukan Belanda, tewas, bersama dengan banyak tentara lainnya.

Klungkung sendiri kehilangan sekitar 800 laskar dan 1000 lainnya mengalami luka-luka.

2. Dampak Psikologis

Kerugian dan trauma perang tentu memberikan dampak psikologis bagi mereka yang terlibat langsung dalam pertempuran dan bagi masyarakat yang terdampak oleh konflik tersebut.

3. Kerusakan Infrastruktur

Perang, terutama dengan penggunaan artileri dan strategi seperti pembakaran desa, tentu menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur dan pemukiman di Bali.

4. Pengaruh Terhadap Moral Pasukan

Kerugian pemimpin utama, seperti Mayor Jendral Michiels, dan kekalahan di beberapa pertempuran mempengaruhi moral pasukan Belanda.

Hal ini mempengaruhi keputusan strategis dan taktik dalam perang.

5. Penguatan Identitas dan Semangat Kebangsaan

Meskipun menghadapi kekuatan kolonial yang besar, perlawanan masyarakat Bali menunjukkan semangat kebangsaan dan identitas budaya yang kuat. Perang tersebut mungkin telah meningkatkan rasa solidaritas dan identitas nasional di antara masyarakat Bali.

Baca Juga: Kisah Perang Badar, Pertempuran Besar di Bulan Ramadan

Itulah kisah perang Bali singkat yang menjadi salah satu masa kelam di Pulau Dewata.

Semoga ini menjadi ilmu baru yang bisa Moms ajarkan pada Si Kecil, ya!

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Bali_I
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Bali_II
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Bali_III

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.