Mengenal Perbedaan Syok Kardiogenik dan Serangan Jantung
Syok kardiogenik juga dikenal sebagai syok jantung.
Kondisi ini terjadi ketika jantung tidak dapat memompa cukup darah dan oksigen ke otak serta organ vital lainnya.
Tanpa darah yang kaya oksigen untuk mencapai otak dan organ vital lainnya, tekanan darah turun dan denyut nadi melambat.
Seseorang mungkin memiliki gejala seperti kebingungan, berkeringat, dan napas cepat.
Beberapa orang bahkan kehilangan kesadaran.
Berikut ini penjelasan tentang perbedaan dengan serangan jantung, penyebab dan gejala syok kardiogenik, tekanan darah, serta pemicunya.
Baca Juga: Serba-serbi Penyakit Jantung Lemah, Bisa Sebabkan Gagal Jantung Jika Tak Diobati
Perbedaan Syok Kardiogenik dan Serangan Jantung
Foto Jantung yang Mengalami Syok Kardiogenik (cvrti.utah.edu)
Syok kardiogenik adalah kondisi yang jarang terjadi.
Namun, apabila terjadi, ini adalah keadaan darurat medis yang serius.
Ini adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa.
Syok jantung ini dapat diobati jika didiagnosis segera.
Jadi, penting untuk mengetahui tanda-tanda peringatannya.
Jika dilihat secara sekilas, syok kardiogenik memang mirip seperti serangan jantung atau heart attack.
Namun, keduanya ternyata memiliki hukum sebab akibat.
Baca Juga: Serangan Jantung Terjadi Setelah Berolahraga, Benarkah Keduanya Berhubungan?
Dikutip dari National Health Service, serangan jantung (infark miokard / MI) adalah keadaan darurat medis yang serius di mana suplai darah ke jantung tiba-tiba tersumbat.
Medical News Today mencatat bahwa syok kardiogenik dapat terjadi akibat beberapa masalah jantung atau salah satunya serangan jantung.
Faktanya, serangan jantung adalah penyebab paling umum dari syok kardiogenik.
Tanpa oksigen, sel-sel dalam tubuh tidak dapat berfungsi dan seseorang bisa mengalami kematian.
Hal ini dapat menyebabkan kegagalan organ dan berakibat fatal.
Kondisi jantung lainnya seperti gagal jantung atau aritmia, dapat mempersulit jantung untuk mengalirkan darah yang kaya oksigen ke organ-organ.
Hal ini merupakan pemicu utama syok kardiogenik.
Penyebab Lain Terjadinya Syok Kardiogenik
Foto Mengalami Syok Kardiogenik (Orami Photo Stock)
Serangan atau gagal jantung menjadi penyebab syok kardiogenik paling umum.
Namun, ada penyebab lainnya juga yang dapat terjadi, yaitu:
Masalah di Luar Jantung
Syok jantung ini dapat disebabkan oleh masalah di luar jantung.
Ini termasuk penumpukan cairan di dada, pendarahan internal atau kehilangan darah atau emboli paru, yang terjadi ketika gumpalan darah tersangkut di arteri paru-paru.
Trauma atau cedera pada dada dapat merusak jantung sehingga tidak lagi dapat memompa darah secara efektif.
Obat-obatan
Pada kasus yang jarang terjadi, beberapa obat dapat menyebabkan syok kardiogenik jika digunakan dengan dosis yang terlalu tinggi.
Terkadang, jantung juga tidak bekerja dengan baik setelah serangan jantung atau masalah jantung lainnya.
Contohnya termasuk obat jantung, seperti beta blocker atau calcium channel blockers, yang mengobati tekanan darah tinggi.
Jarang obat-obatan menyebabkan syok jantung ini, dan seseorang dapat menurunkan risiko dengan mengambil dosis yang tepat pada waktu yang tepat.
Prosedur pada Jantung
Sangat jarang, prosedur jantung seperti kateterisasi dapat melukai jantung atau menyebabkan detak jantung tidak normal seperti aritmia.
Namun, ini tidak memungkiri bahwa beberapa kasus menunjukan prosedur jantung dapat menyebabkan syok kardiogenik.
Beberapa orang mungkin memiliki peningkatan risiko syok kardiogenik, seperti:
- Berusia 75 tahun atau lebih
- Memiliki penyakit kardiovaskular yang mendasari, seperti aterosklerosis, gagal jantung, atau penyakit katup iskemik
- Memiliki kelebihan berat badan atau obesitas
- Menderita diabetes atau prediabetes
- Memiliki gangguan paru-paru, seperti pneumotoraks
Syok kardiogenik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Selain itu, orang Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik memiliki risiko syok kardiogenik yang lebih tinggi daripada mereka yang berasal dari kelompok etnis lain.
Baca Juga: Kardiomiopati Postpartum, Penyakit Jantung Setelah Melahirkan
Gejala Syok Kardiogenik
Foto Gejala Syok Kardiogenik (Orami Photo Stock)
Gejala syok kardiogenik cukup bervariasi.
National Institute of Health menjelaskan, gejala penyakit ini tergantung pada seberapa cepat dan seberapa rendah tekanan darah turun.
Syok kardiogenik dapat dimulai dengan gejala seperti kebingungan atau napas cepat.
Seseorang mungkin tidak memiliki gejala dan kemudian tiba-tiba kehilangan kesadaran.
Tanda-tanda syok kardiogenik yang paling umum, yaitu:
- Tekanan darah rendah, yang bisa membuat pasien merasa pusing, bingung, dan mual
- Denyut nadi lemah atau tidak teratur
- Masalah pernapasan, termasuk pernapasan cepat dan sesak napas yang parah
- Benjolan di leher
- Kulit lembap
- Tangan dan kaki dingin
- Demam
- Penurunan kesadaran
- Pembengkakan kaki
- Buang air kecil jauh lebih sedikit dari biasanya atau tidak sama sekali
- Gagal jantung
Banyak dari gejala ini berkembang karena jantung tidak memberikan cukup darah ke jaringan dan organ tubuh.
Misalnya, ketika tekanan darah turun selama syok kardiogenik, tubuh mencoba mengimbanginya dengan membatasi aliran darah ke tangan dan kaki.
Hal ini yang menyebabkan kaki dan tangan terasa dingin.
Saat aliran darah ke otak menurun, orang tersebut mungkin menjadi bingung atau kehilangan kesadaran.
Ginjal mungkin tidak berfungsi, menghasilkan lebih sedikit urine.
Berkurangnya aliran darah di paru-paru dapat menyebabkan penumpukan cairan di sana, sehingga mengalami kesulitan bernapas.
Baca Juga: Palpitasi, Kondisi Jantung Berdebar dengan Lebih Cepat
Kebiasaan yang Memicu Syok Kardiogenik
Foto Stres Memicu Syok Kardiogenik (Orami Photo Stock)
Moms pasti tahu bahwa makan makanan yang sehat dan berolahraga secara teratur adalah kebiasaan penting untuk kesehatan jantung.
Namun, tahukah Moms bahwa ada kebiasaan buruk yang dapat memicu syok kardiogenik?
1. Duduk Sepanjang Hari
Mengutip dari American Heart Association (AHA), seseorang yang kurang aktif berisiko alami gangguan jantung.
Dibandingkan dengan orang dengan gaya hidup aktif, mereka yang tidak cukup bergerak dan duduk selama lima jam atau lebih setiap hari, memiliki risiko dua kali lipat untuk gagal jantung.
Jika pekerjaan Moms atau Dads mengharuskan duduk di meja sepanjang hari, bangun dan berjalanlah selama lima menit setiap jam.
Perubahan kecil dalam rutinitas ini dapat menjaga arteri fleksibel dan darah mengalir dengan baik.
2. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, stroke, dan obesitas.
Semua masalah ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung seperti syok kardiogenik.
AHA melaporkan bahwa minum alkohol berlebihan, lebih dari dua gelas sehari untuk pria dan satu gelas untuk wanita, dapat mengganggu ritme jantung normal dan menyebabkan gagal jantung.
3. Stress
Stres memicu tubuh untuk melepaskan adrenalin, yang mempengaruhi fungsi tubuh, di mana detak jantung dan tekanan darah mungkin meningkat.
Seiring waktu, terlalu stres dapat merusak pembuluh darah di jantung dan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
4. Tidak Flossing
Foto Flossing untuk Membersihkan Gigi (Orami Photo Stock)
Dokter gigi mungkin mengatakan hal yang benar.
Flossing itu penting, tetapi tidak hanya untuk gigi.
Sebuah studi yang diterbitkan pada Mei 2014 di Journal of Periodontal Research menemukan, orang dengan penyakit jantung koroner yang menggunakan benang gigi mengalami lebih sedikit masalah kardiovaskular.
Lantas, apa hubungannya?
Studi pada Juli 2013 di International Scholarly Research Notices menunjukkan, bakteri yang terkait dengan penyakit gusi meningkatkan peradangan dalam tubuh dan peradangan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
5. Berlebihan dengan Garam
Natrium yang berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau faktor risiko penyakit jantung.
National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) melaporkan makanan olahan, termasuk sayuran kaleng dan sup, daging makan siang, makan malam beku, keripik, dan makanan ringan asin lainnya, adalah golongan makanan yang tinggi natrium.
6. Tidak Cukup Tidur
Jantung bekerja keras sepanjang hari dan jika pasien tidak cukup tidur, sistem kardiovaskular tidak mendapatkan istirahat yang dibutuhkan.
Denyut jantung dan tekanan darah menurun selama fase pertama tidur (fase non-REM), lalu naik dan turun sebagai respons terhadap mimpi selama fase kedua (tidur REM).
Perubahan ini sepanjang malam tampaknya meningkatkan kesehatan kardiovaskular.
Baca Juga: Ring Jantung: Prosedur, Manfaat, Risiko, hingga Perawatan Lanjutan
Itulah beberapa fakta tentang syok kardiogenik.
Hampir tidak ada yang selamat dari syok kardiogenik di masa lalu.
Namun saat ini, setengah dari orang yang mengalami syok kardiogenik bertahan hidup dengan pengobatan yang tepat.
Hal ini karena perawatan yang lebih baik dan pengenalan gejala yang lebih cepat.
Perawatan cepat diperlukan untuk menghindari komplikasi atau kematian.
Mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan jantung dapat membantu mengurangi risiko syok kardiogenik.
Penyebab utama syok kardiogenik adalah serangan jantung, yang merupakan komplikasi penyakit jantung koroner.
Pasien dapat menurunkan risiko syok kardiogenik dengan mencegah serangan jantung atau masalah jantung lainnya.
Ini berarti mengadopsi perubahan gaya hidup sehat jantung untuk mencegah atau mengobati penyakit jantung koroner.
- https://www.medicalnewstoday.com/articles/cardiogenic-shock#causes
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cardiogenic-shock/symptoms-causes/syc-20366739
- https://www.nhlbi.nih.gov/health/cardiogenic-shock/symptoms
- https://www.healthline.com/health/cardiogenic-shock#prevention
- https://www.everydayhealth.com/heart-health/common-habits-damaging-heart/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.