Tahapan Perkembangan Anak Usia 6 Tahun
Perkembangan Anak
Secara fisik, anak usia 6 tahun akan menunjukkan kontrol yang meningkat terhadap tubuh mereka serta menunjukkan kemampuan untuk melakukan tugas yang berhubungan dengan aktivitas yang lebih maju seperti atletik, menari, menggambar atau berpakaian sendiri.
Ia benar-benar sudah bukan balita lagi lho, Moms. Energinya yang seolah tak habis-habis juga mungkin akan mengejutkan Anda. Tapi Moms tetap perhatikan jam tidurnya, ya. Dokter merekomendasikan anak seusia ini tidur sekitar 8 sampai 10 jam per malam.
Baca Juga : Menaklukkan Si Kecil yang Susah Tidur
Tidak hanya perkembangan fisik, kini anak sudah lebih memahami dan mamiliki rasa benar atau salah –meskipun masih memerlukan beberapa petunjuk dari orangtua terutama bila menyangkut konsep yang lebih rumit seperti manajemen waktu.
Dampingi ia selalu, karena inilah saatnya mulai berinteraksi secara aktif dengan dunia di sekitar mereka, bukan sekadar mengamati dan bereaksi saja.
Catatan di Usia Ini
Ketika Si Kecil berusia 6 tahun mulai mengembangkan hubungan persahabatan, ia bisa berhasil tapi bisa juga gagal. Ini akan menjadi konsep baru yang dipelajarinya dan di sinilah ia mungkin akan merasa perlu meminta persetujuan dari figur otoritas seperti orang tua dan guru –terutama bila ia menghadapi konflik dengan temannya.
Bersikap bijaklah, Moms. Karena pendapat dan umpan balik Anda sangat penting baginya. Oiya, bila saat usia 5 tahun ia belum mendapatkan imunisasi MMR yang kedua, segera buat janji dengan dokter untuk melengkapinya di tahun ini ya, Moms.
Tips untuk Moms
Beri anak lingkungan, rutinitas dan aktivitas fisik yang terstruktur. Penguatan positif juga bisa sangat efektif di usia ini. Misalnya dengan memberi pujian atau menawarkan hadiah berupa jalan-jalan di akhir pekan bersama Papa dan Moms untuk perilaku positif.
Hindari untuk selalu memberi hadiah berupa barang apalagi uang, Moms. Pujian atau ucapan sederhana pun bisa membuat anak merasa istimewa, dihargai dan lebih cenderung terus menampilkan perilaku tersebut, kok.
Sebaliknya, terapkan konsekuensi seperti mengurangi (atau bahkan menghapus) waktunya main games untuk perilaku negatif –sesuai kesepakatan bersama yang sudah anak ketahui sebelumnya.
Narasumber: Belinda Agustya, M.Psi., (Psikolog Anak Rainbow Castle, Jakarta Selatan dan Co-founder Markas Main Edukatif el-SkaL Indonesia, Tangerang Selatan)
(AK/CAR)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.