Simak Sejarah Tari Saman Asal Aceh yang Kini Telah Mendunia
Rasanya hampir semua orang kini sudah kenal betul dengan Tari Saman asal Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Tarian ini sudah cukup mendunia, apalagi mengingat ada salah satu momen pertunjukan tari saman termegah yang pernah diselenggarakan adalah pada saat upacara pembukaan Asian Games pada 2018 silam.
Kemegahan tarian ini bisa dilihat dari jumlah penari yang dilibatkan karena mencapai 1.600 penari. Mereka terdiri dari siswa SMA se-DKI Jakarta.
Ada banyak hal yang membuat tarian ini cukup disenangi banyak orang.
Warna-warni seragam yang dikenakan, gerakan sederhana tetapi sangat kompak, dan nyanyian dengan bahasa Gayo yang sangat khas adalah yang hal yang membuat tarian ini menjadi sangat menarik.
Hebatnya lagi, pada 24 November 2011, Tari Saman telah ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Bali.
Namun, bagaimana sih sebenarnya sejarah tari saman, apa yang membuat tari saman semakin terkenal dan apakah ada makna dari setiap gerakan tari saman.
Jika Moms penasaran, mari simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Baca Juga: Wajib Ada! Salah Satu Unsur Utama Tari Adalah Musik
Sejarah Tari Saman
Foto: flickr.com
Tari saman adalah salah satu tarian adat asal Aceh, tepatnya dari dataran tinggi Gayo dan dikembangkan Syekh Mohammad as-Samman, yakni guru tasawuf kelahiran Madinah, pada abad ke-17 Masehi.
Tarian satu ini umumnya ditampilkan ketika perayaan peristiwa-peristiwa penting di dalam adat.
Dengan menggunakan pakaian warna-warni, para penari ini duduk bersimpuh di panggung.
Perlahan mereka mulai menepuk tangan, dada, dan paha dan sesekali mengubah posisi dengan tubuh bertumpu pada lutut, membungkuk, miring ke belakang, ke kanan, atau ke kiri.
Hebatnya, semua hal ini dilakukan dengan kompak dan harmonis.
Selain itu, temponya akan semakin cepat. Inilah yang membuat pertunjukan tari saman selalu mengundang decak kagum dari para penontonnya, baik itu orang Indonesia.
Namun kehadiran tari saman tidak terlepas dari ajaran tasawuf yang merupakan sejenis penghayatan mendalam terhadap Islam lewat berbagai cara yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Salah satu ciri khas tasawuf dapat terlihat dari adanya perkumpulan khusus (tarekat) yang terdiri atas guru dan juga murid. Setiap guru memiliki cara berbeda dalam mengajarkan tasawufnya.
Baca Juga: Sarana Edukasi Anak, Ini 10 Ragam Tarian Tradisional Indonesia
Menurut Snouck Hurgronje dalam bukunya Aceh di Mata Kolonial Volume 2, Syekh Samman memilih berkesenian untuk mengajarkan tasawufnya.
Ia membuat sejumlah syair pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW. Sejumlah orang terpikat dengan cara Syekh Samman mengajarkan tasawuf ini dan kemudian banyak yang ingin menjadi muridnya.
Beberapa murid lalu mendapat izin dari Syekh Samman untuk menyebarkan ajaran tasawuf ini dan akhirnya bersama Syekh Samman, mereka menyebarkannya hingga ke tanah Melayu, termasuk ke Gayo, wilayah Aceh.
Setibanya di Aceh, syair-syair karya Syekh Samman ini kemudian hidup dan berkembang seiring dengan adat tradisi masyarakat setempat. Orang setempat kemudian menyebutnya sebagai “ratib saman”, dan kini akhirnya dikenal luas sebagai tari saman.
Saat melakukan praktik ratib saman, Syekh Samman meminta muridnya duduk berjejer dalam beberapa baris. Jumlah muridnya juga bisa mencapai puluhan bahkan ratusan.
Namun, pada awal mula ini, jumlah muridnya biasanya ganjil dan semuanya adalah laki-laki.
Para murid merapalkan syair-syair pujian, sementara tangannya menepuk-nepuk dada, paha, dan bahunya sendiri. Dari sinilah terlihat adanya percampuran tradisi setempat dengan ajaran Syekh Samman.
Menepuk tangan adalah salah satu gerakan tari saman yang termasuk dalam ciri khas tarian-tarian Melayu kuno jauh sebelum kedatangan Syekh Samman.
Bukti ini bahkan telah diperkuat oleh catatan Marco Polo, penjelajah Italia, yang pernah mengunjungi Samudra Pasai pada abad ke-13.
Suatu malam, Marco Polo mendengar suara gaduh dan ia akhirnya melihat sederetan pemuda Gayo sedang bermain saman berderet di atas batang kelapa yang telah direbahkan.
Gerakan saman dengan menepuk tangan pun masih bertahan ketika Syekh Samman datang ke Aceh.
Diduga, saat menyebarkan agama Islam, Syekh Saman mempelajari tarian Melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya.
Umumnya, kelompok tarekat Syekh Samman biasanya menggelar tarian ini pada peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi.
Kelompok ini juga mengisi tari saman dengan pembacaan riwayat hidup Syekh Samman. Namun kemudian tarian ini berkembang ke berbagai wilayah Aceh dan mulai dipraktikkan di luar hari Maulid.
Kini isinya juga tak lagi hanya pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad, melainkan juga tentang riwayat tokoh setempat, nasihat hidup, dan pengingat akan adat-istiadat.
Pembacaan riwayat Syekh Samman bahkan mulai menghilang di beberapa tempat dan penarinya kini tak cuma lelaki. Perempuan sudah diperbolehkan menari saman.
Baca Juga: Mengenal 9 Wali Songo, Para Tokoh Penyebaran Ajaran Islam di Pulau Jawa
Tari Saman di Masa Kini
Foto: indonesia-tourism.com
Mengutip artikel dari Indonesia Kaya, pemerintah kolonial Belanda dahulu sempat melarang tari saman. Ini karena gerakan tari saman diduga telah mengobarkan perlawanan dan mengandung unsur magis.
Kala itu tari saman juga digunakan para pejuang Aceh untuk mengobarkan semangat rakyat Aceh melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Kini tari saman sudah sangat dikenal luas dan menjadi ciri khas budaya asli Indonesia.
Lazimnya dalam pertunjukan tari saman, ada seseorang yang berada di posisi tengah dan ia disebut sebagai syekh atau pemimpin pertunjukan.
Syekh ini yang merupakan pencerita sekaligus orang yang mengatur tempo dan kecepatan para penampil.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat 10 Tarian Tradisional Aceh sebagai Edukasi Anak
Tari saman mulai dikenal luas di Indonesia sejak 1974, yakni saat tari saman ditampilkan dalam pembukaan Taman Mini Indonesia Indah.
Setelah itu, banyak orang menggelar lomba atau festival tari saman, terutama siswa-siswa sekolah menengah.
Bahkan tak sedikit dari siswa atau mahasiswa ini dikirim ke luar negeri dalam rangka misi budaya memperkenalkan kebudayaan Indonesia ke seluruh dunia.
Saat tampil, setiap penampil dalam tari saman akan menggunakan baju adat khas Aceh yang longgar, panjang, dan berwarna cerah seperti merah, kuning, dan ungu dan lengkap menggunakan sarung dan ikat kepala, baik bagi lelaki maupun perempuan.
Semakin dikenalnya tari saman ini juga tak lepas kaitannya dari kehadiran Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM).
Mereka turut mengangkat tari saman ke pentas nasional dan para koreografer dari IKJ kerap kali meramu ulang tari saman supaya bisa bersanding dengan tarian modern atau kontemporer.
Meski banyak pro-kontra tentang pencarian bentuk baru tari saman, akan tetapi tari saman kian dikenal orang.
Kini tari saman sudah berkembang pesat, tetapi masih ada beberapa ciri khas yang masih bertahan. Misalnya adalah gerakan tari saman yang disebut tepok, kirep, lingang, lengek, guncang, dan surang-saring.
Selain itu, unsur pendidikan juga tak pernah lepas dari tari saman.
Itu dia Moms, penjelasan mengenai tari saman yang telah mendunia. Semoga berguna!
- https://books.google.com/books/about/Aceh_di_mata_kolonialis.html?id=dIE0AAAAIAAJ
- https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/tari-saman/
- https://kemlu.go.id/kabul/id/read/tari-saman/410/information-sheet
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.