20 Mei 2024

TBC pada Bayi, Kenali Gejala, Risiko, dan Cara Mengobatinya

Bayi bisa tertular TBC dari batuk orang dewasa

Terdapat beberapa penyakit infeksi yang rentan terjadi pada bayi. Salah satu penyakit tersebut adalah tuberkulosis atau TBC pada bayi.

Menurut data World Health Organization (WHO), pada 2018, sebanyak 1,1 juta anak di dunia terjangkit TBC.

Parahnya lagi, terdapat 205.000 kematian terkait kasus TBC pada bayi.

Mengingat bahayanya penyakit ini, Moms harus belajar mengenal penyebab dan gejala TBC pada bayi sejak dini.

Yuk, cari tahu lebih lanjut sehubungan dengan penyakit yang menyerang paru-paru ini!

Baca Juga: Seperti Apa Kondisi Paru-Paru Pada Penderita Tuberkulosis?

Apa Itu Penyakit TBC?

Anak Batuk
Foto: Anak Batuk (Freepik.com/mdjaff)

Dilansir dari U.S. National Library of Medicine, TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru.

Secara khusus, bayi dan anak-anak yang masih kecil lebih mungkin terkena TBC dibandingkan orang dewasa.

Faktanya, jumlah kasus TB terbesar terlihat pada anak-anak di bawah usia 5 tahun dan remaja di atas usia 10 tahun.

WHO menjelaskan bahwa bayi, anak, dan remaja yang terkena TBC biasanya tidak mendapatkan pengobatan yang tepat.

Hal tersebut karena TBC pada golongan usia tersebut lebih sulit untuk didiagnosis.

Bagaimanapun juga, TBC adalah penyakit yang mesti diatasi berdasarkan penyebab yang mendasarinya.

Baca Juga: Moms, Ini Dia Ukuran Normal Hasil USG dan Tahapan Perkembangan Janin!

Gejala TBC pada Bayi

Bayi Menangis
Foto: Bayi Menangis (https://brilio.net/)

“Sebagian besar bayi atau anak yang terinfeksi tuberkulosis tidak merasakan gejala apa pun,” kata Jeffrey Kahn, direktur Penyakit Menular Anak di Pusat Medis Anak, Dallas.

Menurutnya, hanya sebagian kecil anak yang mengalami TBC dengan gejala aktif. Dalam hal ini, gejala tersebut adalah batuk, berat badan menurun, dan keringat di malam hari.

Selain itu, beberapa keluhan yang juga bisa menjadi gejala TBC pada bayi adalah sebagai berikut:

  • Demam
  • Berat badan turun tiba-tiba
  • Tumbuh kembangnya terhambat
  • Batuk terus-terusan
  • Keluar keringat di malam hari
  • Nafsu makan menurun
  • Si Kecil tidak aktif dan cenderung lesu
  • Beberapa bagian tubuh membengkak, terutama pada bagian yang terdapat kelenjar
  • Rewel dan mudah marah
  • Napas berat dan cepat 

Apabila Moms mendapati Si Kecil batuk terus-menerus atau mengalami gejala di atas selama beberapa hari, jangan tunda untuk segera mengajaknya berobat ke dokter, ya!

Semakin cepat didiagnosis dan diobati, kemungkinan untuk terhindar dari komplikasi dan sembuh total akan semakin tinggi.

Baca Juga: Sulit Merasa Bahagia? Bisa Jadi Menderita Anhedonia

Cara penularan TBC

Gambar Paru-paru
Foto: Gambar Paru-paru (Foxnews.com)

Bakteri penyebab TBC menyebar dari penderita ke orang lain melalui droplet yang melayang udara atau melekat pada benda-benda di sekitanrya.

Melansir Journal of Clinical and Diagnostic Research, TBC disebabkan oleh infeksi bakteri yang mudah menyebar dari kontak air liur yang keluar ketika penderitanya batuk.

Selain itu, bakteri penyebab TBC juga bisa menyebar ke udara ketika penderita bersin, berbicara, atau bernyanyi.

Moms bisa saja terinfeksi apabila menghirup udara yang terkontaminasi oleh droplet dari penderita TBC.

Hal tersebut juga berlaku untuk Si Kecil, lho. Malah, bayi berisiko lebih tinggi tertular TBC dibandingkan orang dewasa yang sehat.

Hal tersebut karena sistem kekebalan tubuh bayi dan anak belum berkembang sempurna, seperti halnya orang dewasa.

Baca Juga: Selain Hamil, Ini 6 Penyebab Telat Menstruasi yang Harus Diwaspadai

Faktor Risiko Penyebab TBC pada Bayi dan Anak

TBC pada Anak
Foto: TBC pada Anak (Ipospedia.com)

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko TBC pada bayi dan anak, yaitu:

1. Lingkungan Tidak Sehat

Menurut data World Health Organization (WHO), Indonesia dalam 3 besar negara dengan penderita TBC terbanyak.

Diduga karena masih banyak penduduknya tinggal di lingkungan rumah yang tidak sehat.

Dijelaskan lebih lanjut dalam situs TB Alert, sebuah yayasan amal tuberculosis di Inggris, balita lebih rentan terkena TBC.

Ini apabila tinggal di rumah yang lembap, gelap atau kurang cahaya alami, berdebu, dan aliran udaranya tidak baik.

Selain dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, lingkungan tidak sehat ternyata membuat bakteri penyebab TBC pada bayi hidup lebih lama.

2. Paparan Asap Rokok

Tinggal serumah dengan perokok atau sering terkena paparan asap rokok juga dapat meningkatkan resiko balita terkena TBC lho, Moms.

Dalam studi oleh National Institutes of Health dijelaskan, terpapar asap rokok (perokok pasif) dalam jangka panjang dapat mengganggu kemampuan silia paru-paru.

Baca Juga: 15+ Obat Batuk Alami untuk Anak yang Mudah dan Ampuh!

Padahal, bagian paru-paru tersebut bertugas membersihkan bakteri dari saluran pernapasan.


3. Kurang Gizi

Kondisi kurang gizi, baik akibat pola makan tidak sehat atau keterbatasan kemampuan ekonomi, juga menjadi salah satu faktor resiko penyebab TBC pada anak yang harus diwaspadai.

Seperti diungkap oleh Dr. Salmaan Keshavjee, asisten profesor di Harvard Medical School, kondisi kurang gizi bisa menghambat produksi kolagen dan protein yang penting untuk daya tahan tubuh.

Hal ini serta melemahkan kekuatan jaringan di paru-paru.

4. Defisiensi Vitamin D

Studi lain yang dilakukan oleh Emory University School of Medicine juga menemukan kalau orang dengan defisiensi vitamin D memiliki resiko lebih besar terkena TBC.

Pasalnya, vitamin D berperan penting dalam mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan infeksi bakteri serta fungsi sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan.

Untuk melindungi Si Kecil dari bakteri penyebab TBC pada bayi, Moms perlu menjaga kondisi kesehatan rumah dan lingkungan.

Termasuk menjauhkan Si Kecil dari paparan asap rokok, menjalankan pola makan sehat, serta banyak beraktivitas di luar ruangan.

Baca Juga: 17+ Cara Mengatasi Pilek pada Bayi, Tanpa Bahan Kimia!

Jenis Penyakit TBC

Penanganan TBC pada Anak
Foto: Penanganan TBC pada Anak (Orami Photo Stocks)

Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TBC menjadi sakit.

Akibatnya, ada dua kondisi terkait penyakit tersebut, yakni TB laten dan TB aktif.

Berikut penjelasannya:

1. TB Laten

Kondisi ini terjadi ketika orang memiliki bakteri M. tuberculosis di dalam tubuhnya, tetapi mereka tidak merasa sakit atau memiliki gejala.

Orang dengan TBC laten tidak bisa menularkan penyakitnya kepada orang lain, termasuk bayi.

2. TB Aktif

Kondisi ini terjadi ketika seseorang dengan infeksi bakteri M. tuberculosis menjadi sakit dan merasakan gejala.

Terkadang, bisa terjadi jika infeksi TB laten tidak diobati. Mereka bisa menularkan TBC ke orang lain.

Adapun faktor risiko TB pada bayi, di antaranya:

  • Tinggal dengan penderita TB
  • Tidak memiliki tempat tinggal
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena menderita HIV, diabetes, atau menggunakan obat-obatan yang dapat melemahkan imun.

Baca Juga: Ketahui 9 Manfaat Masker Yogurt untuk Wajah, Ampuh Atasi Jerawat!

Bahaya TBC Pada Bayi Jika Tidak Cepat Ditangani

Obat TBC pada Anak
Foto: Obat TBC pada Anak (Orami Photo Stocks)

Bila tak segera ditangani, penyakit ini akan menimbulkan masalah yang lebih serius pada bayi.

Beberapa risiko yang mesti diwaspadai bila terjangkit TBC pada bayi.

1. Gangguan Fungsi Ginjal

Melansir Central European Journal of Immunology, TBC pada bayi dapat memengaruhi kerja ginjal dalam menyaring cairan tubuh.

Umumnya jika tak ditangani dengan baik, sang buah hati berisiko terkena infeksi saluran kemih dan bengkak pada bagian prostat.

2. Gangguan Fungsi Otak

Bakteri penyebab tuberkulosis mungkin saja menyebar ke bagian otak hingga menyebabkan sistem imun sangat turun, sakit kepala terus-terusan, hingga tak sadarkan diri.

Baca Juga: 8 Masalah pada Kulup Bayi Normal dan Cara Merawatnya, Waspada!

3. Perikarditis

Perikardium adalah kondisi saat lapisan selaput jantung (perikardium) mengalami infeksi dan meradang.

Masalah ini dapat mengganggu fungsi jantung sang buah hati.

4. Pertumbuhan dan Perkembangan Terganggu

Bayi dan anak kecil yang menderita TBC berisiko mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental, karena efek samping dari penyakit itu sendiri dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobatinya.

5. Penularan pada Orang Lain

Bayi yang terinfeksi TBC dapat menularkan penyakit tersebut kepada anggota keluarga atau individu lain, termasuk anak-anak lainnya, anggota keluarga yang lebih tua, atau bahkan petugas kesehatan.


Diagnosis TBC pada Bayi

Dokter dan Bayi
Foto: Dokter dan Bayi (Parents.com)

Mendiagnosis TBC pada bayi mirip seperti menyusun teka-teki.

Dokter anak akan melakukan penilaian fisik secara menyeluruh dan mengajukan banyak pertanyaan tentang aktivitas dan eksposurnya.

Dua tes laboratorium dapat membantu mendiagnosis TBC pada bayi.

Salah satunya adalah tes kulit TB klasik, di mana sedikit cairan tuberkulin disuntikkan tepat di bawah kulit untuk membentuk gelembung berisi cairan.

Seorang profesional medis yang terlatih kemudian memeriksa kulit bayi 48 hingga 72 jam kemudian.

Jika ada area merah dan menonjol di sekitar tempat suntikan, itu mungkin berarti bayi terpapar TBC, tetapi tes ini tidak dapat membedakan antara infeksi aktif atau laten (yang didasarkan pada gejala bayi).

Tes darah dapat memeriksa antibodi terhadap bakteri penyebab TBC. Jika bayi memiliki antibodi, ia terpapar TB.

Keuntungan dari tes darah dibandingkan tes kulit TB adalah tes darah hanya membutuhkan satu kali kunjungan ke klinik.

Sedangkan tes kulit mengharuskan Moms untuk kembali dalam beberapa hari untuk membaca hasilnya.

Baca Juga: 10+ Karakter Zodiak Leo Pria, Sosok Setia yang juga Keras Kepala

Cara Mengobati TBC pada Bayi

Bakteri Penyebab TBC
Foto: Bakteri Penyebab TBC (Hhmi.org)

Bila Si Kecil baru sekadar terinfeksi oleh bakteri penyebab TBC, dokter biasanya akan memberikan satu obat khusus yang mesti diminum teratur selama 9 bulan.

Hal ini untuk mencegah bayi tidak mengalami penyakit TBC.

Namun, jika infeksi yang terjadi sudah sampai menyebabkan penyakit TB, dokter akan menganjurkan Si Kecil minum 3 atau 4 jenis obat selama enam bulan berturut-turut tanpa putus.

Jika nantinya Si Kecil sudah terlihat membaik setelah minum obat, Moms tidak boleh memberhentikan obat tanpa sepengetahuan dokter.

Obat yang diberikan pada sang buah hati biasanya termasuk golongan obat antibiotik.

Obat antibiotik harus diminum sampai habis sesuai anjuran dokter agar bakteri penyakit berhenti tumbuh dan tidak datang lagi.

Baca Juga: Setelah Pasang IUD Kapan Boleh Berhubungan Intim Lagi? Cari Tahu Jawabannya di Sini!

TBC pada bayi adalah kondisi yang tidak bisa dianggap sepele.

Oleh karena itu, jika Moms mendapati adanya gejala TB pada Si Kecil, jangan tunda untuk segera membawanya berobat ke dokter, ya!

Dengan demikian, Si Kecil bisa mendapatkan penanganan yang paling tepat sehingga dirinya bisa sembuh lebih cepat!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4316362/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5708215/
  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis
  • https://medlineplus.gov/tuberculosis.html
  • https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/chest-lungs/Pages/Tuberculosis.aspx
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2592293/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.