Topeng Malangan: Bentuk, Sejarah, hingga Tahap Pembuatan
Topeng Malangan adalah seni tradisional yang kaya akan sejarah dan budaya.
Seni ini menjadi salah satu warisan budaya dari Indonesia.
Seni topeng ini berasal dari Malang, Jawa Timur, yang sangat menarik perhatian para seniman karena keindahan tarian topengnya.
Menariknya, topeng ini dikenal karena warna-warninya yang menggambarkan karakter-karakter mitos dan legenda Jawa.
Topeng Malangan adalah perpaduan antara seni pertunjukan, cerita, dan keindahan visual yang menarik, lho Moms.
Jadi, karya seni ini bukan hanya sekadar pertunjukan, tetapi juga sebuah warisan budaya yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Topeng Malangan juga tidak hanya menghibur penonton dengan pertunjukan visual, tapi juga berperan sebagai pelestarian budaya Indonesia.
Yuk, Moms simak ulasan mengenai Topeng Malangan di bawah ini untuk dikenalkan ke Si Kecil atau untuk melestarikan budaya Indonesia.
Asal Usul Topeng Malangan
Topeng Malangan diketahui sudah ada sejak zaman Kerajaan Kanjuruhan pada abad ke-8 Masehi, yang dipimpin oleh Raja Gajayana.
Raja Gajayana diketahui juga mahir menarikan tarian Topeng.
Mulanya, cerita dalam topeng wayangan ini bersifat sakral karena memuat kisah religi pewayangan India, seperti Ramayana dan Mahabarata.
Namun, sejak pemerintahan Raja Erlangga, kesenian topeng menjadi kebudayaan dan dilestarikan, bahkan hanya sebagai seni tari saja.
Topeng kemudian difungsikan sebagai alat pendukung penari agar tidak perlu lagi menggunakan riasan.
Pewarisan Topeng Malangan
Karimoen atau Mbah Mun adalah maestro topeng Malang yang dihormati karena dedikasinya dalam melestarikan kesenian topeng Malang melalui Sanggar Asmorobangun di Dusun Kedungmonggo.
Setelah beliau wafat, ketokohannya diteruskan oleh Suroso dan Tri Handoyo.
Topeng Malang tidak hanya berfungsi sebagai sarana ritual tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial, serta menjadi identitas masyarakat Kedungmonggo.
Sanggar ini tetap aktif, dengan pertunjukan rutin dan produksi topeng untuk berbagai keperluan, termasuk suvenir.
Karakter Masing-Masing Topeng Malangan
Seni yang berkembang sejak jaman Hindu-Buddha ini, memiliki sekitar 76 karakter tokoh, lho Moms.
Dari ke-76 karakter tokoh itu, terdapat tujuh karakter yang paling menonjol yaitu:
1. Panji Asmoro Bangun
Panji Asmoro Bangun adalah tokoh protagonis dalam cerita, yang memainkan peran sentral untuk mengatur perkembangan konflik dalam narasi.
Panji Asmoro Bangun ini biasanya diceritakan sebagai pangeran yang gagah berani, romantis, dan memiliki banyak petualangan demi mencari cinta sejatinya, Dewi Sekartaji.
Wajahnya dihiasi dengan warna hijau sebagai cerminan karakternya yang baik hati.
Sifat-sifat jujur, sabar, gesit, dan kepahlawanan tercermin dari matanya yang berbentuk bulir padi.
Bibirnya yang sedikit terbuka menggambarkan sifat lembut dan budi luhurnya.
Titik emas yang terletak di antara alisnya menjadi tanda bahwa ia merupakan keturunan dewa.
Alisnya berbentuk nanggal sepisan, hidungnya mancung, dan bahkan terdapat kumis, menambahkan keanggunan dan keperkasaan pada penampilannya.
2. Dewi Sekartaji
Dewi Sekartaji digambarkan sebagai seorang putri yang cantik jelita dari kerajaan Daha (Kediri).
Dalam beberapa versi cerita, ia terpisah dari kekasihnya, Panji, karena berbagai konflik atau kesalahpahaman.
Kisah mereka berisi petualangan, penyamaran, serta rintangan demi rintangan yang harus mereka hadapi sebelum akhirnya bersatu kembali.
Sama seperti Raden Panji Asmoro Bangun, topeng malangan Dewi Sekartaji memiliki ciri-ciri wajah yang khas.
Alisnya berbentuk nanggal sepisan, hidungnya mancung, dan terdapat titik emas di antara alisnya.
Wajahnya yang berwarna putih melambangkan kemurnian, kelembutan, dan kebaikan hatinya.
Baca Juga: 8 Ragam Pakaian Adat Riau dan Keunikannya, Elegan dan Bersahaja
3. Gunungsari
Topeng Gunungsari diidentifikasikan dengan mata sipit, hidung mancung kebawah, bibir tipis dan berwarna putih.
Mengutip web Kemdikbud, karakter Gunungsari ini rendah hati, lembut dan agak feminim.
Gerakan tariannya juga anggun dan mencerminkan karakteristik sosok wanita idaman pada masa itu.
Dalam beberapa pertunjukan, karakter ini mungkin diperankan sebagai seorang putri atau wanita bangsawan.
4. Dewi Ragil Kuning
Dewi Ragil Kuning adalah putri dari Prabu Tapa Agung, raja dari Kerajaan Daha Kediri, dan ia merupakan adik dari Dewi Sekartaji.
Ragil Kuning dikenal sebagai putri yang cantik jelita dan memiliki sifat yang lembut, baik hati, tegas, dan pemberani.
Topeng malangan Dewi Ragil Kuning, memiliki mata sipit, hidung mancung, gigi tidak tampak, dan berwarna kuning.
5. Klana Sewandana
Klana Sewandana digambarkan sebagai raja yang gagah, perkasa, namun memiliki sifat kasar dan sering marah-marah.
Klana Sewandana juga merupakan tokoh antagonis yang menjadi lawan dari Raden Panji.
Meskipun digambarkan sebagai tokoh yang kasar dan sering marah, Klana Sewandana memiliki sisi lain yang menunjukkan kebijaksanaannya sebagai seorang raja.
Dalam beberapa cerita, Klana Sewandana digambarkan memiliki kebijaksanaan dan pengetahuan yang luas.
Matanya besar atau mata kedhelen, hidungnya berbentuk pagotan, mulutnya berbentuk jambe sinegar setangkep, jambangnya serupa ronce melati, dan terdapat jenggot brewok.
Wajahnya berwarna merah, menggambarkan kepribadiannya yang pemarah dan pemberani.
6. Bapang
Bapang adalah sahabat Klana Sewandana.
Ia memiliki mata besar, hidung besar, gigi tampak atas, dan berwarna merah. Karakternya sombong dan licik.
7. Punakawan
Topeng Punakawan biasanya tidak menutupi seluruh wajah, hanya separuh wajah dan berwarna putih.
Karakternya lucu, cuek, dan bijaksana.
Punakawan juga merupakan sekelompok karakter yang berfungsi sebagai pelengkap dalam sebuah kisah.
Namun, juga memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan moral dan hikmah dalam cerita.
Baca Juga: 12 Ragam Pakaian Adat Yogyakarta yang Anggun Berwibawa
Pembuatan Topeng Malangan
Dahulu, topeng terbuat dari batu bahkan ada juga yang terbuat dari emas dan logam lain.
Namun, saat ini topeng terbuat dari kayu.
Kayu yang dipilih berasal dari pohon dengan spesifikasi khusus.
Berikut alat yang digunakan untuk membuat topeng kayu:
- Gergaji, digunakan untuk memotong kayu menjadi gelondongan.
- Patuk lajeng, digunakan untuk membuat bakalan atau pola.
- Tatah, digunakan untuk mengukir dan melubangi (lekuk-lekuk topeng). Misalnya untuk membentuk mata, hidung maupun ukiran lain
- Pengot, digunakan untuk membentuk semuanya, yaitu membentuk karakter dan mengukir.
- Cat dan kuas, digunakan untuk proses finishing, yaitu memberi pewarnaan pada topeng sesuai dengan karakter tokoh topeng.
- Amplas, digunakan untuk menghaluskan topeng agar ketika dicat mendapatkan hasil yang bagus.
Mengutip dari Kebudayaan Kemdibud, dalam proses pembuatan topeng Malangan, tidak menciptakan sendiri wajah atau bentuk topeng, lho Moms.
Melainkan meniru atau mencontoh bentuk topeng yang sudah ada.
Para pengukir topeng Malangan umumnya adalah seniman yang memiliki kepiawaian tidak hanya sebagai pengukir topeng saja melainkan juga penari topeng.
Menariknya, ada juga sebagai dalang, Moms. Kemampuan membuat topeng ini umumnya sudah turun termurun.
1. Tahap Pertama
Pada tahap pertama pembuatan topeng Malangan adalah memilih jenis kayu yang cukup tua.
Tujuannya agar saat diukir atau diraut tidak rusak karena memiliki struktur kayu yang lebih kuat.
2. Tahap Kedua
Selanjutnya, kayu dipotong-potong gelondongan memanjang kurang lebih 20 sentimeter sesuai dengan ukuran topeng pada umumnya.
Tahapan ini disebut sebagai membuat bakalan. Bakalan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di bawah pohon atau di bawah atap.
3. Tahap Ketiga
Masing masing potongan kayu dibuat pola atau digambar sebelum diukir serta dilubangi sesuai bentuknya.
Pertama adalah membuat hidung, kelopak mata, baru kemudian mulut, disesuaikan dengan karakternya.
Kemudian kayu digosok menggunakan amplas.
4. Tahap Finishing
Pada tahap finishing, topeng yang sudah halus dicat atau diwarnai.
Dalam pewarnaan topeng, menggunakan pewarna alami tradisional.
- Warna putih, menggunakan bubuk batu kapur atau gamping atau injet.
- Warna merah, menggunakan bunga sumbo keling atau pupus daun jati.
- Warna hijau dan biru, berasal dari daun koro.
- Warna kuning dibuat dari kunyit.
- Warna hitam dari arang yang ditumbuk dan dicampur dengan minyak kelapa.
Bahan pewarna tradisional tersebut memiliki keunggulan tidak mudah kotor kena debu atau keringat dan mampu menampilkan ekspresi yang kuat.
Itulah informasi seputar sejarah topeng Malangan, karakter topeng Malangan, hingga tahapan pembuatannya.
Yuk, Moms lestarikan budaya Indonesia agar masih bisa dinikmati hingga bertahun-tahun kemudian!
- https://lingkarsosial.org/mengenal-6-karakter-utama-topeng-malangan/#:~:text=Ciri%20khas%20Topeng%20Malangan%20adalah,kuning%2C%20hijau%2C%20dan%20hitam.
- https://malangan.com/sejarah-topeng-malangan/
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/topeng-malangan/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.