15 Oktober 2024

12 Tradisi Sunda yang Diwariskan Turun Temurun, Unik!

Kekayaan tradisi Sunda memang luar biasa!
12 Tradisi Sunda yang Diwariskan Turun Temurun, Unik!

Foto: 1001indonesia.net

Budaya dan tradisi Sunda merupakan warisan budaya yang kaya dan beragam. Salah satu aspek penting dari budaya Sunda adalah keseniannya.

Kesenian tradisional Sunda meliputi tarian khas, lagu daerah, cerita rakyat, hingga tradisi yang diwariskan turun temurun.

Selain kesenian, tradisi Sunda juga terwujud dalam beragam upacara adat.

Budaya Sunda juga dikenal karena filosofi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Misalnya, terdapat konsep "cageur" yang berarti sehat, "bageur" yang berarti baik, "bener" yang berarti benar atau jujur, "singer" yang berarti teliti, dan "pinter" yang berarti cerdas.

Nilai-nilai ini menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Sunda dan tercermin dalam berbagai aspek kehidupan.

Baca Juga: 8 Oleh-oleh Khas Jawa Barat, Mulai dari Dodol hingga Mochi!

Asal Usul Suku Sunda

Orang-orang Sunda berasal dari keturunan Austronesia yang diperkirakan berasal dari Taiwan.

Mereka kemudian bermigrasi melalui Filipina sebelum akhirnya menetap di wilayah barat Pulau Jawa, Indonesia.

Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa pertama yang melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain.

Mereka memiliki kepercayaan asli yang disebut Sunda Wiwitan, yang memiliki konsep peranan hidup manusia, seperti Tri Tangtu, yang mengacu pada pandangan akan konsepsi keseimbangan peneguh dunia.

Pusat kepercayaan Sunda Wiwitan ini adalah Kerajaan Padjajaran, yang kemudian terbagi menjadi beberapa jenis dengan ciri khas sejarah masing-masing.

Hal ini salah satunya seperti komunitas Agama Djawa Sunda di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.

Dengan asal-usul dan kepercayaan uniknya, suku Sunda memiliki warisan budaya yang kaya, termasuk dalam kesenian, upacara adat, dan nilai-nilai filosofis yang masih dilestarikan hingga saat ini.

Baca Juga: 8 Rumah Adat Sunda yang Punya Bentuk Unik, Cek, Yuk!

Ragam Tradisi Sunda

Warisan budaya yang kaya menjadikan tradisi Sunda terus lestari dan berkembang dari masa ke masa.

Berikut tradisi Sunda yang masih lestari hingga kini.

1. Seren Taun

Seren Taun
Foto: Seren Taun (Kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Tradisi Sunda Seren Taun adalah sebuah tradisi yang masih berlangsung di beberapa daerah di Jawa Barat seperti Sukabumi, Kuningan, dan Banten.

Tradisi Seren Taun ini biasanya dilakukan setelah panen, ketika penduduk setempat mengumpulkan hasil panen padi dari sawah dan menyimpannya di leuit atau lumbung.

Selama pelaksanaan tradisi ini, seringkali diiringi dengan alat musik khas Sunda yang menambahkan nuansa khusus pada acara tersebut.

Seren Taun merupakan sebuah tradisi yang dijalankan oleh masyarakat Jawa Barat sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang mereka peroleh.

Dalam buku berjudul Seren Taun: Merawat Tradisi di Cigugur-Kuningan yang ditulis oleh Dheka Dwi Agustiningsih, Seren Taun diartikan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Sunda kepada Tuhan atas semua hasil bumi yang telah mereka terima.

Hasil panen yang mereka kumpulkan meliputi padi, umbi-umbian, buah-buahan, tanaman, air, dan segala yang diberikan untuk menjaga kelangsungan hidup mereka.

Penyelenggaraan Seren Taun biasanya berbentuk upacara adat yang memiliki makna mendalam.

2. Hajat Laut

Hajat laut atau pesta laut adalah sebuah peristiwa tradisional yang diadakan oleh komunitas nelayan di wilayah Jawa Barat seperti Pelabuhanratu dan Pangandaran.

Bisa dikatakan bahwa tradisi Sunda ini merupakan sebuah upacara adat dan kebiasaan yang diwariskan oleh masyarakat Sunda di berbagai daerah.

Salah satu tujuan utama dari hajat laut adalah untuk menyatakan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh oleh para nelayan.

Yang menarik, tradisi hajat laut secara rutin diadakan sekali dalam setahun, khususnya pada bulan Muharam.

Tradisi hajat laut ini telah berlangsung selama sekitar satu setengah abad yang lalu.

3. Tingkeban

Tradisi Tingkeban
Foto: Tradisi Tingkeban (Gurusiana.id)

Tingkeban adalah sebuah tradisi Sunda yang menjadi bagian dari adat kebiasaan masyarakatnya.

Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk ungkapan selamat kepada seorang wanita ketika kehamilannya telah mencapai usia 7 bulan.

Tujuan utama dari pelaksanaan Tingkeban adalah untuk memohon berkah dan perlindungan dari Tuhan bagi keselamatan calon ibu dan anak yang dikandungnya.

Pentingnya Tingkeban terutama terlihat ketika anak yang dikandung merupakan anak pertama bagi ibu dan ayahnya.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Lagu-Lagu Sunda Populer, Sering Dinyanyikan

4. Tembuni

Tradisi Sunda Tembuni merupakan warisan budaya yang telah diwariskan turun temurun dalam masyarakat Sunda.

Tradisi ini dilaksanakan setelah proses persalinan dengan tujuan untuk memastikan keselamatan dan kebahagiaan bayi yang baru lahir.

Dalam bahasa Sunda, "Tembuni" mengacu pada plasenta bayi atau yang dikenal sebagai "ari-ari."

Menurut kepercayaan tradisional setempat, Tembuni dianggap sebagai saudara kandung bayi yang tidak boleh dibuang begitu saja.

Oleh karena itu, Tembuni harus menjalani sebuah ritual khusus sebelum dikubur atau dihanyutkan.

Setelah bayi lahir, Tembuni akan dibersihkan dan ditempatkan dalam sebuah kendi. Kemudian, Tembuni akan diberikan bumbu-bumbu seperti garam, asam, dan gula merah.

Kendi yang berisi Tembuni akan ditutupi dengan sehelai kain putih dan diberi sebuah bambu kecil agar tetap dapat menerima udara.

Selanjutnya, Tembuni akan dikuburkan atau dihanyutkan, tergantung pada tradisi lokal.

5. Turun Tanah

Tradisi Turun Tanah
Foto: Tradisi Turun Tanah (Kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Turun Tanah adalah suatu tradisi Sunda di mana orang tua mengenalkan anak mereka pada pengalaman berjalan atau menginjakkan kakinya pertama kali di atas tanah.

Tujuan dari pelaksanaan Turun Tanah termasuk di antaranya adalah untuk membentuk karakter anak agar menjadi individu yang jujur, memiliki kualitas ibadah yang baik, berjiwa dermawan, dan memiliki tingkat etos kerja yang tinggi.

Selamatan Turun Tanah umumnya diadakan ketika seorang anak mencapai usia 7 bulan.

6. Ngaruwat Bumi

Tradisi Ngaruwat Bumi salah satunya dapat ditemukan di Desa Banceuy.

Kata "Ngaruwat Bumi" berasal dari kata "ngarawat," yang artinya mengumpulkan atau merawat.

Dengan demikian, secara keseluruhan, tradisi ini mengacu pada pengumpulan seluruh anggota masyarakat dan hasil bumi, termasuk bahan mentah, setengah jadi, dan barang yang sudah matang.

Pelaksanaan Ngaruwat Bumi di Kampung Banceuy dilakukan pada hari Rabu terakhir dalam bulan Rayagung atau bulan Dzulhijjah, sebagai persiapan menyambut tahun baru Islam.


7. Nadran

Upacaya Nadran
Foto: Upacaya Nadran (Budaya-indonesia.org)

Nadran adalah sebuah tradisi Sunda yang ditemukan di Jawa Barat.

Tradisi ini merupakan bagian penting dari budaya dan kepercayaan umat Islam di wilayah tersebut, dan biasanya dilaksanakan sebelum dan sesudah memasuki bulan Ramadan.

Tradisi Nadran ini umumnya dipraktikkan dalam perayaan munggahan, yang bertujuan untuk menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan penuh kebahagiaan dan kesucian.

Selama pelaksanaan tradisi Nadran, banyak orang yang berusaha untuk pulang kampung agar dapat berkumpul bersama keluarga dan kerabat.

Ini merupakan momen yang berharga di mana keluarga dapat saling bersilaturahmi dan menguatkan hubungan satu sama lain sambil bersiap-siap menyambut bulan Ramadan.

8. Nyekar

Salah satu tradisi Sunda yang perlu dibahas adalah nyekar.

Nyekar adalah sebuah tradisi di mana seseorang mendatangi makam anggota keluarga atau kerabat untuk melakukan ziarah kubur.

Selain untuk berdoa, tradisi ini juga melibatkan merawat dan membersihkan makam yang dikunjungi.

Nyekar dapat dilakukan kapan saja, baik itu menjelang bulan Ramadan atau selama perayaan Idulfitri.

Banyak orang yang masih menjalankan tradisi ini, sering kali mengajak anggota keluarga untuk bersama-sama melakukan nyekar.

9. Nyawer Penganten

Selanjutnya, ada tradisi yang dikenal dengan nama "nyawér pangantén" yang juga merupakan bagian dari tradisi Sunda di Jawa Barat.

Menurut buku Ragam Pesona Budaya Sunda, tradisi nyawér pangantén biasanya dilaksanakan dalam rangka upacara pernikahan adat Sunda.

Tradisi sawér pangantin ini umumnya dilakukan setelah akad nikah telah selesai, yang sering kali dilakukan di luar ruangan.

Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mengharapkan agar pengantin dapat hidup dalam keadaan rukun, sakinah, mawadah, dan warahmah, serta untuk mengiringi perjalanan kehidupan mereka yang baru bersama-sama setelah pernikahan.

Baca Juga: 107 Kosakata Bahasa Sunda dan Artinya untuk Sehari-hari

10. Seba Baduy

Salah satu tradisi unik dari budaya Sunda adalah Seba Baduy, yang merupakan perayaan yang diadakan oleh masyarakat Suku Baduy.

Seba Baduy adalah sebuah upacara adat tahunan yang diadakan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.

Masyarakat Baduy melakukan perjalanan ke kantor Pemerintah Kabupaten Lebak dan Provinsi Banten untuk menyerahkan hasil panen tersebut.

Yang membuatnya unik adalah bahwa persembahan ini diserahkan dengan berjalan kaki sejauh ratusan kilometer menuju kantor pemerintahan, menunjukkan tingkat dedikasi dan kehormatan yang tinggi terhadap tradisi dan hasil pertanian mereka.

11. Botram

Botram Tradisi Sunda
Foto: Botram Tradisi Sunda (Freepik.com/Dezty Soe)

Dalam tradisi ini, setiap orang membawa makanan dari rumahnya masing-masing untuk dibagikan dan dinikmati bersama-sama.

Botram dilakukan dengan tujuan mempererat kebersamaan dan membangun tali persaudaraan antar anggota masyarakat.

Keunikan dari Botram adalah makanan yang disusun di atas daun pisang, yang digelar memanjang di lantai sebelum disantap.

Menu yang biasanya disajikan dalam botram adalah hidangan khas Sunda seperti nasi liwet, sambal, ikan asin, tempe, tahu, kerupuk, dan lalapan.

Setiap orang bisa saling mencicipi makanan yang dibawa orang lain.

Ini menciptakan suasana kebersamaan dan saling berbagi.

12. Ngeuyeuk Seureuh

Ngeuyeuk Seureuh adalah tradisi penting dalam pernikahan adat Sunda yang dilakukan sebagai persiapan sebelum upacara pernikahan.

Dipimpin oleh seorang perempuan tua berpengalaman yang disebut Nini Pangeuyeuk, tradisi ini bertujuan untuk meminta izin dan doa restu dari orang tua calon pengantin, serta memberikan nasihat tentang kehidupan rumah tangga.

Dalam prosesi ini, calon pengantin disawer beras sebagai simbol kesejahteraan dan melakukan berbagai ritual simbolis, seperti membelah mayang jambe dan menumbuk alu ke dalam lumpang, yang melambangkan kerja sama dalam rumah tangga.

Tradisi ini juga berfungsi sebagai pendidikan seks tradisional yang disampaikan melalui simbol-simbol seperti daun seureuh, alu, dan lumpang.

Baca Juga: 7 Permainan Tradisional Sunda untuk Dikenalkan pada Si Kecil

Itulah ragam tradisi Sunda yang kaya dan masih dilestarikan hingga kini.

Selain yang disebutkan di atas, masih banyak budaya dan tradisi Sunda lain yang tersebar di berbagai daerah.

Yuk, ajarkan dan lestarikan budaya-budaya Indonesia bersama Si Kecil!

  • https://repository.seabs.ac.id/bitstream/handle/123456789/24/7.%20Roger%20Dixon%20Sejarah.pdf?sequence=3&isAllowed=y
  • https://onesearch.id/Record/IOS3883.article-992/TOC
  • https://gramedia.com/literasi/18-upacara-adat-sunda/
  • http://repository.radenintan.ac.id/3967/1/SKRIPSI%20MAYLINDA.pdf
  • https://kuningankab.go.id/home/upacara-seren-taun/
  • https://ejournal.upi.edu/index.php/lokabasa/article/view/15613

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.