13 April 2018

4 Hal yang Terjadi Jika Balita Sering Menonton Tayangan Kekerasan

Kata-kata kasar juga bisa menimbulkan kerusakan otak hingga mudah depresi, lo

Belakangan ini kita sering kali melihat banyak sekali tayangan yang disensor oleh KPI atau Komisi Penyiaran Indonesia, baik tayangan umum hingga film kartun sekalipun. Tidak hanya karena adanya tayangan yang tidak mendidik, tapi juga termasuk tayangan orang dewasa maupun tayangan kekerasan.

Ya, tayangan kekerasan ini yang ditampilkan melalui film kartun aksi hingga sinetron ini ternyata memang tidak baik bagi balita lho, Moms.

Menurut riset yang dilakukan oleh  Louisiana State University Health Sciences Center, Ada beberapa dampak buruk yang mungkin diterima balita saat dia menonton tayangan kekerasan:

1. Menciptakan Pandangan Yang Salah

Balita yang sering terpapar dengan adegan atau tayangan kekerasan akan memiliki pandangan yang salah tentang bahaya dan dampak kekerasan. Apalagi bagi mereka yang melihat secara langsung, kekerasan akan dianggapnya sebagai suatu hal yang normal dan tidak menjadi masalah jika dilakukan.

Pandangan yang salah ini tentu akan berbahaya jika terus berlanjut hingga dewasa. Mereka akan rentan menjadi seseorang yang abusif, senang menyiksa orang lain, dan selalu menganggap kekerasan adalah solusi terakhir untuk semua masalah.

Baca Juga : Sinetron Indonesia Makin Marak, Bolehkah Ditonton Si Kecil?

2. Merubah Perilaku Si Kecil

Pandangan yang salah tentu akan merubah perilaku si kecil, dimana dia akan senang berkata kasar hingga berani memukul temannya.

Si kecil juga berpotensi menjadi pengganggu dan ‘diktator’ bagi teman-temannya, karena dia tahu bahwa kekerasan bisa dipakai sebagai salah satu alat untuk mengontrol orang lain. Wah, jangan sampai si kecil punya perilaku seperti ini, ya?

Baca Juga : Aturan Anak Menonton Televisi

3. Merusak Otak

Dari riset yang dilakukan oleh Scientific America, tayangan kekerasan yang dilihat atau didengar oleh balita ternyata dapat merusak otak lho, Moms.  

Otak bagian depan atau prefrontal cortex akan rusak dan tidak dapat berfungsi dengan sempurna. Akibatnya juga tidak main-main, balita akan sulit memproses informasi yang diterima hingga tidak bisa mengontrol emosi yang dirasakannya.

Dengan efek samping yang berbahaya ini, balita akan merasa sangat sulit saat belajar satu hal yang baru atau memecahkan suatu masalah yang sederhana. Emosinya juga tidak akan stabil, sering marah dan melempar tantrum jika ada satu hal kecil yang tidak dia sukai.

Baca Juga : Benarkah Sering Membentak Anak Membuat Sel Otaknya Terputus?

4. Mudah Depresi dan Sering Panik

Efek lain dari tayangan kekerasan yang berbahaya bagi balita adalah mudah depresi dan sering panik, terutama bagi balita yang melihat suatu adegan kekerasan secara langsung.

Rusaknya prefrontral cortex tidak hanya mempengaruhi proses informasi dan emosinya, tapi juga ketahanan mental dalam menghadapi suatu kejadian yang traumatis.

Saat si kecil melihat tayangan kekerasan, ketahanan mentalnya akan terkikis sedikit demi sedikit sehingga membuatnya mudah depresi dan sering panik. Mereka juga berpotensi terkena PTSD atau post-traumatic stress disorder, apalagi bagi balita yang merasakan kekerasan itu sendiri. Duh, jangan sampai ya Moms!

Meskipun KPI sudah sering kali melakukan sensor pada tayangan yang ada di televisi, akan lebih baik jika Moms membatasi screen time si kecil secara keseluruhan. Selain itu, jangan lupa juga untuk selalu gunakan fitur parental control pada TV dan gadget dirumah ya, Moms.

Selain tayangan kekerasan, apa aja sih menurut Moms tayangan yang tidak cocok dilihat oleh balita?

(WA)

Sumber: huffingtonpost.com, theconversation.com, webmd.com

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.