Benjol di Kepala Bayi Bikin Panik, Simak Penjelasannya di Sini!
Sejak melahirkan, keamanan dan keselamatan bayi adalah prioritas utama bagi setiap orang tua. Namun kadang Moms bisa menemukan sesuatu yang diluar rencana, misalnya saat menemukan benjol di kepala bayi. Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebabnya.
Sebenarnya, bentuk kepala bayi yang normal bisa berbeda-beda. Namun jangan khawatir jika melihat tengkorak bayi memiliki bentuk yang memanjang. Kepala bayi terdiri dari beberapa pelat tulang yang lembut, dapat digerakkan, dan memungkinkan kepala dibentuk selama persalinan sehingga dapat melewati jalan lahir dengan lebih lancar.
Memar, bengkak atau benjol di kepala bayi sering terjadi setelah persalinan pervaginam, terutama jika forsep atau ekstraksi vakum diperlukan. Meski jarang, tekanan persalinan juga bisa mengakibatkan pendarahan tepat di atas salah satu tulang tengkorak.
Apalagi, benjol di kepala bayi akan sering terlihat seiring dengan pertumbuhannya yang disebabkan banyak hal.
“Meskipun naluri pertama Anda sebagai orang tua adalah membawa anak Anda ke dokter segera setelah mengalami cedera kepala, Anda mungkin tidak perlu melakukannya,” kata Cara Barone, M.D., dokter anak di Palo Alto Medical Foundation.
Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Benjol di Kepala Balita Akibat Terbentur
Penyebab Benjol di Kepala Bayi
Foto: Orami Photo Stock
Ada beberapa penyebab benjol di kepala bayi beserta cara penanganannya yang harus Moms tahu. Berikut ulasannya.
1. Caput Succedaneum
Penyebab benjol di kepala bayi yang pertama adalah caput succedaneum. Caput Succedaneum adalah adanya pembengkakan atau edema pada kulit kepala bayi yang muncul sebagai benjol di kepala setelah dilahirkan. Kondisi ini tidak berbahaya karena disebabkan oleh tekanan pada kepala bayi selama persalinan.
Itu juga tidak menunjukkan kerusakan pada otak atau tulang tengkorak. Namun, hal ini dapat menyebabkan masalah lain, seperti penyakit kuning, menurut Birth Injury.
Gejala utama Caput Succedaneum adalah adanya bengkak di bawah kulit kepala. Kulit terlihat bengkak namun lembut, karena dengan menekannya sedikit dapat menyebabkan lesung pipit pada kulit kepala. Pembengkakan mungkin terjadi di satu sisi atau mungkin meluas ke garis tengah kulit kepala. Efeknya biasanya paling terlihat pada bagian tengkorak yang pertama kali turun ke jalan lahir.
Sebenarnya, Caput Succedaneum akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari. Setiap upaya untuk mengeluarkan cairan dari kulit kepala dapat menyebabkan masalah lain seperti infeksi, pembengkakan dan memar dapat meningkatkan risiko penyakit kuning pada bayi, yaitu menguningnya kulit karena kelebihan bilirubin dalam darah.
Menurut Mayo Clinic, ini akan hilang tanpa pengobatan dalam dua hingga tiga minggu. Terkadang, penyakit kuning yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
2. Folikulitis
Benjol di kepala bayi selanjutnya bisa jadi karena Folikulitis. Ini adalah kondisi di mana folikel rambut meradang, umumnya karena infeksi. Peradangan dapat menyebabkan benjolan berisi nanah yang menyerupai jerawat dan dapat membesar.
Gejala folikulitis di antaranya adalah gatal, kemerahan, terasa sakit, dan kepala putih di atas benjolan. Folikulitis akan hilang dengan sendirinya jika menghindari pemicunya, seperti menghabiskan waktu di bak mandi air panas.
Untuk mengobatinya, Moms bisa mengompresnya dengan air hangat untuk meredakan rasa sakit sekaligus mendorong keluarnya nanah yang dilakukan beberapa kali sehari. Selain itu, Moms juga bisa mengolskan bahan alami seperti gel lidah buaya atau madu untuk mengatasi benjol akibat Folikulitis di kepala bayi.
3. Cystic Hygromas
Penyebab benjol di kepala bayi yang selanjutnya adalah cystic hygromas. Cystic Hygromas adalah pertumbuhan abnormal yang biasanya muncul di leher atau kepala bayi. Ini terdiri dari satu atau lebih kista dan cenderung tumbuh lebih besar dari waktu ke waktu.
Gangguan ini paling sering berkembang saat bayi masih dalam kandungan. Namun, higroma kistik juga bisa muncul setelah lahir.
Cystic Hygromas adalah kantung berisi cairan yang disebabkan oleh penyumbatan pada sistem limfatik. Sistem ini adalah jaringan organ dan jaringan yang membantu memindahkan cairan ke seluruh tubuh dan mengangkut sel darah putih.
Kantung biasanya terbentuk antara minggu ke 9 dan 16 kehamilan.
Cystic Hygromas dapat berkembang karena kelainan genetik atau faktor lingkungan. Satu atau lebih pertumbuhan mungkin ada pada saat diagnosis.
Ini biasanya dapat diobati jika muncul saat lahir atau berkembang kemudian. Langkah pertama pengobatan adalah pembedahan. Seluruh pertumbuhan harus dihilangkan untuk mencegahnya datang kembali.
Namun, dalam beberapa kasus, dokter mungkin tidak bisa menghilangkan Cystic Hygromas yang berukuran besar. Pertumbuhan ini biasanya tidak seperti kanker, jadi dokter tidak akan menyingkirkannya jika ada risiko merusak jaringan sehat apa pun.
Sebagai gantinya, teknik lain dapat digunakan untuk mengecilkannya, seperti:
- Skleroterapi, yang melibatkan penyuntikan obat ke dalam kista
- Kemoterapi
- Terapi radiasi
- Obat steroid
Meski metode ini tidak terlalu efektif dalam mengobati Cystic Hygromas yang kecil, tetapi mungkin akan berguna dalam mengecilkan pertumbuhan yang sudah terlanjur besar. Setelah pertumbuhannya cukup kecil, lebih mudah untuk diangkat melalui pembedahan.
Selain itu, Moms tidak boleh mencoba menusuk atau mengeringkan Cystic Hygromas sendiri. Ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan menyebabkan infeksi pada kulit kepala Si Kecil. Seluruh proses pengobatan harus berada dalam pantauan dan persetujuan dokter.
4. Cedera
Penyebab benjol di kepala bayi yang selanjutnya adalah cedera. Untungnya, sebagian besar cedera kepala pada bayi tidak perlu dikhawatirkan. Namun, dalam beberapa kasus, ada alasan untuk khawatir saat bayi membenturkan kepalanya, terutama jika benturannya kuat atau jika bayi menunjukkan tanda-tanda cedera serius.
Kebanyakan bayi akan mengalami benjolan di kepala setidaknya sekali dalam tahun pertama kehidupannya. Ini bisa terjadi karena bayi tidak dapat mengontrol gerakan kepalanya sebaik orang dewasa, karena otot leher yang belum berkembang dengan penuh.
Selain itu, fakta bahwa bayi sedang mempelajari semua jenis keterampilan baru seperti meraih, berguling, berjalan, duduk menjadi penyebab bayi akan mengalami kecelakaan saat bermain, bahkan saat tidur.
“Jika anak Anda dalam keadaan sehat sebelum cedera kepala, tidak kehilangan kesadaran, tidak ada luka di kepala atau wajah, dan bertindak normal setelahnya, mungkin itu hanya benjolan di kepala. Dalam situasi ini, hal terpenting yang dapat Anda lakukan adalah mengamati anak Anda dengan cermat, dan jika Anda memiliki kekhawatiran, jangan ragu untuk mengikuti naluri Anda dan hubungi dokter Anda,” tambah dia.
Menurut Harvard Medical School, sebanyak 90 persen benjol di kepala bayi dianggap ringan, dan biasanya hanya memerlukan perawatan di rumah.
Baca Juga: Kepala Bayi Peyang? Ketahui Penyebab dan Cara Penanganannya
Hal yang Terjadi saat Menemukan Benjol di Kepala Bayi
Foto: Orami Photo Stock
Cara mengatakan, menangis setelah cedera kepala adalah hal yang wajar. “Itu menandakan bahwa mereka merasakan sakit dan mereka takut. Tetapi itu tidak boleh lebih dari 10 menit,” kata dia.
Dia juga mengatakan, Moms boleh membiarkan bayi tidur jika sudah waktunya tidur siang atau waktu tidur. "Tetapi periksalah dia setiap dua hingga tiga jam untuk memastikan semuanya baik-baik saja," jelasnya.
Berikut beberapa hal yang mungkin terjadi setelah adanya benjol di kepala bayi:
- Bayi Menangis. Saat bayi membenturkan kepalanya, hal pertama yang biasanya terjadi adalah bayi akan menangis. Ini adalah reaksi normal ketika sesuatu yang mengejutkan, tidak nyaman, dan mungkin menyakitkan terjadi padanya.
- Menarik Diri. Setelah menangis, bayi mungkin akn menghabiskan waktu 15-30 menit untuk menyendiri. Ini juga merupakan reaksi normal terhadap cedera ringan.
- Adanya Area Kemerahan. Moms kemungkinan besar akan segera melihat kemerahan atau memar pada kulit tempat benjolan terjadi.
- Berdarah. Jangan panik jika melihat darah. Bahkan, luka kecil pun bisa menghasilkan jumlah darah yang mengejutkan pada bayi. Hal ini dikarenakan terdapat banyak pembuluh darah di dekat permukaan kulit di kulit kepala. Jika Moms mampu menghentikan pendarahan dengan tekanan lembut, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
- Benjolan Sebesar Telur Angsa. Dalam beberapa menit atau jam, Moms mungkin melihat ‘telur angsa’ mulai terbentuk di tempaat benjolan. Ini bisa menjadi agak besar, tetapi biasanya tidak perlu dikhawatirkan, selama bayi baik-baik saja.
Baca Juga: Kepala Bayi Bengkak Karena Terjatuh, Apakah Berbahaya Bagi Otaknya?
Tanda Bahaya Benjol di Kepala
Foto: Orami Photo Stock
Meski kebanyakan benjol di kepala bayi tidak berbahaya, namun Moms harus tetap waspada jika melihat tanda-tanda yang berisiko pada keselamatan dan kondisi bayi.
Jadi, apakah benjol di kepala bayi adalah sesuatu yang lebih serius? Ini adalah beberapa cirinya.
- Menarik Diri. Setelah menangis, bayi mungkin akan menghabiskan waktu 15-30 menit untuk menyendiri. Ini juga merupakan reaksi normal terhadap cedera ringan.dari bagian tubuh lainnya, kemungkinan besar itu adalah cedera yang lebih serius.
- Jatuh atau Kecelakaan Berdampak Tinggi. Jika bayi terjatuh dengan benturan yang sangat keras atau terluka dalam kecelakaan serius, kemungkinan besar Si Kecil harus segera membutuhkan perhatian medis.
- Lebih dari Sekadar Benjolan. Jika bagian lain dari tubuh anak terpengaruh setelah terjatuh terutama pada leher atau tulang belakang, kemungkinan besar bayi mengalami cedera yang lebih serius.
- Perubahan Perilaku. Jika bayi lebih rewel dari biasanya, menolak makan, muntah, tampak kurang terkoordinasi, atau jika bayi selalu terdiam atau bengong beberapa jam setelah adanya benjolan, ini adalah penyebab yang perlu dikhawatirkan.
- Tidak Responsif atau Pingsan. Setiap kali bayi pingsan atau kehilangan kesadaran setelah kepalanya terbentur, Moms sedang menghadapi situasi darurat.
Baca Juga: Bayi Suka Membenturkan Kepala Sendiri Sebelum Tidur, Berbahayakah?
Mengatasi Benjol di Kepala Bayi
Foto: Orami Photo Stock
Jika Moms melihat benjol di kepala bayi setelah cedera dan Si Kecil kemudian menangis, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah mencoba untuk tidak panik. Bahkan, bayi pun dapat merasakan kecemasan orang tua, dan ini biasanya hanya akan memperburuk situasi.
Tidak hanya itu, Moms tidak akan dapat berpikir secara rasional tentang bagaimana menangani situasi tersebut. “Untuk membantu menenangkan anak Anda, Anda dapat mengoleskan kompres dingin selama 20 menit untuk membantu mengurangi pembengkakan,” kata cara.
Selain itu, untuk meringankan rasa sakit, Cara merekomendasikan Moms untuk memberikan Tylenol (acetaminophen) kepada Si Kecil. “Tetapi Anda harus memeriksakan anak ke dokter anak sebelum memberikan obat lain. Anda tidak ingin menutupi rasa sakit atau gejala yang menunjukkan cedera kepala yang serius," jelasnya.
Selain pelukan dan ciuman, ada beberapa tindakan sederhana yang dapat Moms lakukan untuk membuat bayi merasa sedikit lebih baik, dan mencegah komplikasi dari benjol di kepala bayi.
- Berikan tekanan lembut pada setiap pendarahan.
- Jika ada luka, cuci dengan sabun dan air lalu oleskan salep anti-bakteri.
- Segera tempelkan kompres es pada benjolan untuk meredakan pembengkakan.
- Setelah bayi terlihat merasa nyaman, Moms dapat memulai periode observasi. Biasanya dokter menyarankan untuk memberi perhatian ekstra pada perilaku bayi selama 24-48 jam ke depan. Perhatikan tanda-tanda gegar otak atau cedera serius, termasuk muntah, kurang koordinasi, kebingungan, sangat rewel, sedasi berlebihan, atau tidak responsif.
Waspadai berbagai hal saat melihat benjol di kepala bayi, karena meskipun terlihat sepele bisa saja suatu waktu malah mengandung risiko untuk Si Kecil.
- http://www.birthinjuryguide.org/birth-injury/types/caput-succedaneum/
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/infant-jaundice/diagnosis-treatment/drc-20373870
- https://www.health.harvard.edu/a_to_z/head-injury-in-children-a-to-z
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.