Syok Anafilaksis: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
Dari berbagai jenis syok yang ada dalam dunia medis, syok anafilaksis merupakan salah satu yang cukup berbahaya.
Kondisi ini menyebabkan gangguan aliran darah dan penyerapan oksigen sehingga dapat menghasilkan sejumlah gejala, bahkan berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
Syok anafilaksis dapat terjadi dalam hitungan menit setelah penderita terpapar oleh penyebab alergi (alergen).
Yuk, ketahui lebih jauh mengenail syok anafilaksis di bawah ini!
Baca Juga: Ibu Melahirkan Sendiri di Rumah tanpa Bantuan, Apakah Aman?
Apa Itu Syok Anafilaksis
Anafilaksis adalah syok yang disebabkan oleh reaksi alergi yang berat.
Melansir SpringerPlus, reaksi ini akan mengakibatkan penurunan tekanan darah secara drastis sehingga aliran darah ke seluruh jaringan tubuh terganggu.
Akibatnya, muncul gejala berupa sulit bernapas, bahkan penurunan kesadaran.
Dalam kurun waktu 12 jam setelah syok pertama, syok anafilaksis berpotensi untuk kembali terjadi (biphasic anaphylaxis).
Perlu Moms ketahui bahwa seperti reaksi alergi lainnya, syok anafilaksis hanya dapat terjadi jika terpapar alergen yang memicunya.
Alergen adalah zat apapun yang dapat menjadi penyebab terjadinya reaksi alergi dalam tubuh seseorang.
Reaksi penyakit ini terjadi ketika sistem imun tubuh merespon alergen yang dianggap berbahaya secara berlebihan, sehingga mengakibatkan tekanan darah rendah tiba-tiba (syok).
Baca Juga: 5 Makanan Penyebab Kolesterol Tinggi, Salah Satunya Telur!
Gejala Syok Anafilaksis
Anafilaksis merupakan reaksi alergi, maka gejala awalnya mirip dengan reaksi alergi ringan yang dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Namun, reaksi anafilaksis memerlukan perawatan medis dengan segera.
Berikut tanda-tanda atau gejala syok anafilaksis yang perlu Moms waspadai, yaitu:
- Reaksi kulit, termasuk gatal-gatal, ruam, kulit memerah atau pucat
- Tekanan darah turun drastis
- Kesulitan bernapas, berbicara, dan menelan
- Sensasi kesemutan di kulit kepala, mulut, tangan, atau kaki
- Denyut nadi lebih cepat namun terasa lemah
- Detak jantung yang cepat atau tidak normal
- Mual, muntah, atau diare
- Kram atau nyeri perut
- Pusing atau pingsan
- Kebingungan atau cemas
- Pembengkakan pada wajah, kelopak mata, lidah, atau tenggorokan
- Kulit membiru
Gejala di atas biasanya timbul dalam kurun waktu 5-30 menit setelah adanya reaksi terhadap alergen.
Jika reaksi yang muncul layaknya alergi ringan, diperlukan waktu hingga satu jam untuk menentukan bahwa reaksi tersebut adalah anafilaksis.
Jangan langsung memvonis reaksi sebagai alergi ringan atau normal.
Sebaiknya amati gejala dengan seksama karena reaksi dapat menjadi lebih hebat bahkan berubah cepat menjadi anafilaktik syok.
Baca Juga: Kenali Duck Syndrome atau Sindrom Bebek yang Membuat Orang Tampak Baik-Baik Saja
Penyebab Syok Anafilaksis
Syok anafilaksis umunya disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas atau reaksi alergi yang parah.
Reaksi hipersensitivitas akan menyebabkan sistem imun bereaksi tidak normal atau berlebihan terhadap bahan atau zat tertentu (alergen).
Reaksi sistem imun yang berlebihan pada syok anakfilaksis akan menyebabkan gangguan aliran darah dan penyerapan oksigen pada seluruh organ tubuh.
Hal ini menyebabkan akan muncul sejumlah gejala dan keluhan. Jenis anafilaksis lainnya disebut reaksi anafilaktoid.
Reaksi yang bukan disebabkan oleh pelepasan antibodi alergi tetapi karena aktifitas olahraga (terutama kegiatan aerobik) dan zat kontras yang digunakan dalam pemindaian tertentu.
Jika pasien tidak memiliki alergi dan penyebab gejala tidak diketahui, kasus ini akan didiagnosis sebagai anafilaksis idiopatik.
Zat alergen pencetus reaksi anafilaksis yang umum antara lain:
- Makanan seperti kacang-kacangan, susu, ikan, kerang, telur, dan beberapa jenis buah
- Obat-obatan tertentu, seperti obat antibiotik, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), obat pelemas otot, atau obat antikejang
- Gigitan serangga terutama lebah
- Agen kontras
- Zat bius umum
- Bahan lateks, biasanya pada sarung tangan karet atau kondom
- Tanaman, seperti rumput atau serbuk sari bunga
Pada dasarnya, setiap orang bisa mengalami syok anafilaksis.
Namun, berikut beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko kondisi ini, yaitu:
- Menderita asma atau alergi
- Memiliki riwayat syok anafilaksis sebelumnya
- Memiliki anggota keluarga dengan riwayat alergi atau syok anafilaksis
Baca Juga: 17 Jadwal Imunisasi Anak dari Usia 0–18 Tahun Menurut IDAI
Alergi Susu Menyebabkan Anafilaksis
Berdasarkan MayoClinic, alergi susu ternyata dapat menyebabkan anafilaksis atau reaksi alergi parah yang mengancam jiwa.
Bayi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami jenis syok ini.
Sebuah penelitian Journal of Asthma and Allergy, meneliti 213 reaksi anafilaksis di antara 192 anak dan melaporkan adanya tantangan tertentu dalam menetapkan diagnosis anafilaksis.
Penelitian menemukan bahwa, hanya 16,6 persen bayi yang diteliti memiliki pengukuran tekanan darah.
Selain itu, hanya 12,5 persen anak-anak yang lebih muda dari 3 tahun yang memiliki pengukuran tekanan darah dibandingkan dengan 90 persen pasien berusia 3 tahun dan lebih tua.
Gambaran klinis anafilaksis lainnya mungkin lebih sulit diidentifikasi pada kelompok usia-usia tersebut.
Hal ini karena ada beberapa gejala yang merupakan tanda pertumbuhan yang normal pada bayi, seperti disfagia dan air liur.
Karena tumbuh gigi menghasilkan air liur, tanda fisik ini mungkin tidak terdokumentasi atau mungkin dianggap tidak berhubungan dengan reaksi alergi.
Baca Juga: 10 Cara Diet Artis Korea, Ada Versi Jennie Blackpink!
Demikian pula, pruritus, tanda fisik pelepasan histamin, dapat muncul sebagai rasa gatal, yang mungkin juga tidak tercatat sebagai reaksi alergi.
Diagnosis Syok Anafilaksis
Syok anafilaksis didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik.
Berikut jenis pemeriksaan terhadap syok anafilaksis yang kemungkinan akan Moms lakukan, yaitu:
1. Pemeriksaan Riwayat
Dokter akan melalui pemeriksaan dan tanya jawab tentang riwayat paparan alergen sebelumnya.
Saat Moms datang dengan keluhan dan gejala di atas, dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh dan memastikan tanda-tanda vital.
Seperti, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, suhu, dan tingkat kesadaran.
2. Menanyakan Kepada Pendamping
Dokter juga akan menanyakan kepada pendamping Moms atau keluarga terdekat tentang:
- Riwayat penggunaan obat
- Konsumsi makanan
- Paparan zat tertentu
- Riwayat alergi sebelumnya
Selanjutnya, sembari melakukan pemeriksaan, dokter akan melakukan penanganan untuk menstabilkan kondisi Moms.
3. Tes Lanjutan
Setelah kondisi Moms stabil, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes darah untuk mendeteksi peningkatan kadar histamin dan tryptase
- Tes alergi (skin prick test atau intradermal test) untuk mendeteksi penyebab bahan yang menyebabkan reaksi alergi
Baca Juga: Alergi Sperma: Ketahui Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya agar Hubungan Intim Tetap Nyaman
Komplikasi Syok Anafilaktik
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat syok anafilaktik antara lain:
1. Gangguan Pernapasan
Syok anafilaktik dapat menyebabkan saluran napas menjadi bengkak dan menyempit, sehingga sulit bernapas atau bahkan berhenti bernapas.
Hal ini dapat menyebabkan kekurangan oksigen dan bahkan kematian jika tidak diobati dengan cepat.
2. Kerusakan Organ
Syok anafilaktik dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh seperti hati, ginjal, dan jantung.
Hal ini terjadi karena penurunan tekanan darah yang menyebabkan aliran darah ke organ-organ tersebut terganggu.
Baca Juga: Serba-serbi Nyeri Tulang Kemaluan Tanda Melahirkan, Benarkah?
3. Gangguan Jantung
Syok anafilaktik dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak teratur atau bahkan berhenti.
Hal ini terjadi karena aliran darah ke jantung terganggu, yang dapat menyebabkan serangan jantung.
4. Gangguan Saraf
Syok anafilaktik dapat menyebabkan gangguan saraf seperti kejang atau koma.
Hal ini terjadi karena kekurangan oksigen dan aliran darah yang terganggu.
Baca Juga: 10+ Obat Demam Berdarah Alami, Efektif Menaikkan Trombosit
Komplikasi-komplikasi ini dapat terjadi jika syok anafilaktik tidak segera diobati dengan tepat.
Oleh karena itu, jika Moms mengalami gejala syok anafilaktik, segera hubungi layanan medis darurat.
Cara Mengatasi Syok Anafilaksis
Syok anafilaksis merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera ditangani.
Adapun 2 penangannya, yaitu pertolongan di rumah dan di rumah sakit.
1. Perawatan di Rumah
- Hubungi ambulan segera jika seseorang memiliki gejala-gejala seperti di atas, atau memiliki riwayat reaksi alergi yang parah ( anafilaksis ).
- Pastikan untuk memindahkan sumber alergi, seperti sengat lebah, sebelum melanjutkan pertolongan.
- Sambil mengunggu ambulan atau menunggu sampai rumah sakit, posisikan pasien berbaring dengan kedua kaki ditinggikan (lebih tinggi dari dada).
- Longgarkan pakaian sekitar leher dan jaga kenyamanan pasien.
- Jika pasien berhenti bernapas, lakukan RJP dan pertolongan pertama lainnya sampai bantuan tiba.
2. Penanganan di Rumah Sakit
Untuk mengobati syok anafilatik, suntikan adrenalin atau epinefrin adalah pengobatan yang paling efektif dan harus segera diberikan (biasanya di paha).
Suntikan adrenalin dapat membantu mengurangi pembengkakan, melancarkan saluran napas sehingga pernapasan menjadi lebih mudah, serta menaikkan tekanan darah pada pasien syok anafilaktik.
Suntikan adrenalin kedua dapat diberikan setelah 5-10 menit jika kondisi pasien tidak membaik.
Jika pasien pernah mengalami reaksi anafilaksis sebelumnya, kemungkinan dosis yang lebih besar diperlukan.
Jika pasien tidak dapat bernapas, dokter mungkin akan memasang tabung melalui mulut atau hidung untuk membantu bernafas.
Namun, jika ini tidak berhasil, tindakan operasi trakeostomi mungkin diperlukan, di mana pasien bernafas melalui tabung yang dimasukkan langsung ke tenggorokan (trakea).
Pasien mungkin memerlukan cairan untuk menstabilkan sirkulasi darah dan obat-obatan untuk membantu bernapas dengan lega.
Baca Juga: 12 Alasan Wanita Selingkuh, Salah Satunya Kurang Perhatian
Cara Mencegah Syok Anafilaksis
Cara terbaik untuk mencegah anafilaksis adalah dengan mencegah alergi, Moms bisa menjauhi alergen.
Moms dapat mengetahuinya dengan tes alergi sederhana seperti tes tusuk kulit (skin prick test), tes tempel kulit (patch test), atau tes darah.
Selain itu, Moms juga perlu memberitahu orang-orang terdekat bahwa Moms berisiko mengalami reaksi alergi parah.
Berikan panduan kepada orang-orang terdekat tentang apa yang harus dilakukan bila Moms mengalami syok anafilaksis.
Dengan cara ini, orang-orang di sekitar akan lebih waspada dan dapat membantu Moms menghindari berbagai pemicu alergi yang tidak terduga.
Hal ini sangat berguna, terutama ketika Moms sedang bepergian atau makan di luar rumah.
Syok anafilaksis merupakan reaksi alergi parah yang dapat membahayakan jiwa.
Kondisi ini dapat terjadi di mana saja sehingga Moms harus waspada.
Namun demikian, Moms masih bisa menikmati kegiatan sehari-hari asalkan menghindari berbagai alergen dan menyiapkan suntikan epinefrin.
Baca Juga: Mengenal Penyakit Lupus atau Autoimun SLE yang Diderita Isyana Sarasvati!
Itu dia Moms penjelasan mengenai syok anafilaksis. Semoga membantu, ya!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4970985/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3706379/
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/anaphylaxis/symptoms-causes/syc-20351468
- https://www.aaaai.org/Conditions-Treatments/allergies/anaphylaxis
- https://www.nhs.uk/conditions/anaphylaxis/
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/milk-allergy/symptoms-causes/syc-20375101
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.