Selama Pandemi COVID-19 di Singapura, Anak jadi Lebih Rajin Salat dan Mengaji
Oleh Neti Herawati, ibu dari Firaaz Zamirul Bin Fairus (5 tahun), tinggal di Singapura
Virus corona (COVID-19) yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China, menyebar ke 200 lebih negara di seluruh dunia. Salah satu negara Asia yang juga terdampak COVID-19 adalah Singapura.
Menteri Kesehatan Singapura mengumumkan kasus pertama COVID-19 di Singapura pada 23 Januari 2020. Hingga saat ini, kasus COVID-19 di Singapura telah mencapai 13.624 kasus per 26 April 2020, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Singapura.
Moms Neti Herawati membagikan kisahnya menjalani kehidupan di tengah pandemi COVID-19 di Singapura. Berikut cerita pandemi COVID-19 dari Singapura. Kita lihat yuk, Moms.
Baca Juga: Pandemi Covid-19, Ini yang Keluarga Kami Lewati di Negeri Jiran Malaysia
Pandemi COVID-19 di Singapura
Foto: dok. Neti Herawati
Meskipun sedang mengalami masa pandemi, kondisi Singapura saat ini tetap aman terkendali, selama masyarakat yg berada di Singapura selalu mematuhi apa yang dianjurkan oleh pemerintah.
Awal mula kasus COVID-19 menurut berita asalnya dari imported cases. Kemudian pemerintah Singapura menelusuri lebih lanjut individu-individu yang sempat kontak intensif langsung dengan pasien positif COVID-19 tersebut.
Sejak awal kemunculan kasus, pemerintah Singapura sigap memberlakukan kebijakan-kebijakan yang membantu masyarakatnya agar terlindungi dari COVID-19. Kebijakan ini bisa dilihat setiap harinya melalui moh.gov.sg.
Kalau dari KBRI sendiri, kebijakan KBRI di Singapura dilakukan terhadap WNI di wilayah kerja tentu saja diselaraskan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah Singapura, kebijakan tersebut bisa dilihat dari media sosial seperti Instagram KBRI Singapura dan Facebook Perwakilan RI di Singapura.
Sebagai contoh kebijakan terbaru dari pemerintah Singapura pada tgl 21 April 2020 yaitu perpanjangan kebijakan circuit breaker sampai dengan 1 Juni 2020.
Rasa Cemas dan Khawatir Selalu Menghantui
Foto: dok. Neti Herawati
Kalau saya ditanya mengenai perbedaan yang paling terasa antara sebelum dan saat terjadi pandemi COVID-19 ini adalah keadaan di luar rumah yang sepi, perasaan was-was atau rasa cemas juga selalu mengikuti saat melakukan apapun di luar rumah, bahkan ketika akan masuk rumah pun tetap ada perasaan khawatir
WNI di sini juga diimbau agar mematuhi peraturan pemerintah Singapura terutama ketentuan Circuit Breaker yang berlaku sejak 7 April 2020 saat ini lebih diperketat termasuk untuk kebutuhan belanja.
Baca Juga: Pandemi COVID-19 di Australia, Saya Ajak Anak Berdiskusi Demi Kesehatannya
Sebisa mungkin juga dianjurkan untuk tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan mendesak. Kegiatan bekerja, belajar, beribadah dilakukan dari rumah saja.
Tidak lupa untuk menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi secara periodik seperti mencuci tangan, segera ke dokter bila mengalami simtomatik, dan selalu menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.
Para PMI (Pekerja Migran Indonesia ) tetap di rumah saat hari libur untuk menghindari interaksi sosial di luar rumah guna mencegah penularan COVID-19.
Pikiran dan Tenaga Terkuras akibat WFH
Foto: Orami Photo Stock (ilustrasi)
Tidak bisa saya pungkiri, COVID-19 berpengaruh pada pekerjaan kami, terutama saat WFH salah satunya yaitu melayani hal-hal mendesak yang disampaikan oleh WNI melalui hotline number KBRI di Singapura.
Pemberlakuan WFH dilakukan sesuai instruksi dari masing-masing pimpinan, sejak pemerintah Singapura memberlakukan peraturan sekolah, bekerja, dan beribadah di rumah saja.
Saya bisa bilang, rasanya WFH itu bisa jadi dua atau tiga kali lipat lebih menguras tenaga dan pikiran. Mengapa? Karena selain bekerja, harus juga mengurus rumah tangga, anak belajar, dan sebagainya. Lelah rasanya, namun saya jadi lebih produktif tentunya.
Bersyukur Persediaan Makanan Kami Aman
Foto: Orami Photo Stock (ilustrasi)
Meskipun sedang lockdown, kegiatan sehari-hari dilakukan normal seperti biasa, namun banyak batasan-batasan yang harus dipatuhi sesuai kebijakan pemerintah Singapura.
Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, kegiatan ibadah dilakukan secara pribadi di rumah atau di kantor. Belanja juga disesuaikan dengan kondisi kebijakan terbaru.
Baca Juga: Kesempatan Quality Time dengan Keluarga, Kisah Pandemi COVID-19 di Inggris
Singapura pun tidak terlepas dari fenomena panic buying. Hal ini terjadi setiap kali ada pengumuman terbaru dari Pemerintah Singapura.
Meskipun terjadi panic buying, saya dan keluarga bersyukur karena persediaan makanan kami masih aman. Hal ini dikarenakan supermarket yang sangat dekat dengan rumah kami, hanya di bawah blok rumah saja.
Nah, yang uniknya mengenai belanja ini, saat ini aturan belanja diperketat menjadi menggunakan IC (kartu identitas) Singapura, ganjil/genapnya nomor terakhir IC disesuaikan dengan tanggal saat akan berbelanja.
Si Kecil jadi Lebih Rajin Mengaji dan Salat
Foto: dok. Neti Herawati
Untuk anak sendiri, kondisi anak saya cukup baik. Namun karena pandemi ini, anak tidak bisa bermain dengan temannya seperti biasa, jadi dia lebih banyak main sendiri dan belajar sendiri di rumah.
Selain itu, saya juga cukup bahagia, karena anak saya yang berusia 5 tahun itu, menjadi lebih religius. Salatnya lima waktu dan mengaji pun jadi lebih rajin. Siapa yang tidak senang?
Saya dan suami sendiri memutuskan untuk tidak menjelaskan secara detail kondisi ini untuk Si Kecil ya, karena ya itu, dia masih terlalu kecil.
Hanya saja saat dia melihat keadaan sekitar yang berubah, dia akan bertanya, baru saya jawab. Misalnya saat penggunaan masker, atau mengapa ada banyak tempat duduk bertanda X-nya.
Pintar Membagi Waktu Itu Harus
Foto: dok. Neti Herawati
Risiko ibu bekerja, harus mengurus suami dan anak yang masih kecil, jadi harus pintar-pintar dalam membagi waktu. Awalnya mungkin sulit karena ketika ada yg sakit, satu jadi ikut sakit semua, tapi lama-kelamaan saya sudah punya jadwal sendiri, dari pagi sampai malam.
Baca Juga: 5 Tips Bekerja di Rumah Agar Tetap Fokus di Tengah Pandemi COVID-19
Saat bekerja pun, anak sudah mengerti, karena anak saya sehari-hari ada di childcare, jadi sudah biasa melihat ibunya bekerja di rumah dan bekerja di luar rumah.
Tapi tips saya agar anak tidak mengganggu saat bekerja, yaitu saya memberikannya mainan yang berbeda-beda. Tidak perlu memberikan mainan baru, namun bisa bongkar-bongkar kembali gudang mainan anak, untuk melihat yang masih layak dimainkan.
Untungnya tugas sekolah anak childcare tidak banyak. Dalam bulan pertama hanya 1-2 tugas saja (seperti membuat jam dinding dari bahan-bahan yang tersedia di rumah).
Ya, saya bisa bilang, pandemi COVID-19 ini mengharuskan kita menyesuaikan segala sesuatunya. Bukan hanya saya saja, namun ibu-ibu lainnya juga merasakan kan? Tetap semangat Moms!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.