6 Bahaya Bulu Kucing, Bisa Menyebabkan Toksoplasmosis!
Pernahkah mendengar pendapat soal bahaya bulu kucing? Benarkah hal itu?
Memiliki hewan peliharaan merupakan hobi bagi sebagian besar orang. Hewan peliharaan yang banyak diincar adalah kucing dan anjing.
Kedua hewan ini memang sangat lucu dan imut, bahkan bisa mengerti perkataan pemeliharanya. Namun, hati-hati dengan bahaya bulu kucing yang mengintai.
Di Amerika, survei menunjukkan bahwa 62% pemelihara kucing tidur dengan hewan peliharaan mereka di tempat tidur.
Padahal, menurut Bruno B. Chomel, profesor Sekolah Obat Veteriner dari University of California, hewan peliharaan ini bisa memiliki beberapa kuman, cacing, dan kutu yang membahayakan pemiliknya.
Baca Juga: Bayi Sering Bermain dengan Hewan Peliharaan, Boleh Tidak?
Menurut American College of Allergy, Asthma & Immunology , kucing menghasilkan banyak alergen (protein yang dapat menyebabkan alergi). Alergen ini ditemukan pada bulu dan kulit dan air liur.
Bulu kucing misalnya, menurut jurnal CDC Emerging Infectious Diseases, berbagi tempat tidur dengan hewan peliharaan mungkin membuat pemiliknya nyaman secara psikologis.
Namun, hal ini juga berisiko menimbulkan masalah kesehatan.
Apa saja bahaya bulu kucing yang bisa ditimbulkan? Yuk, kita simak di bawah ini!
Bahaya Bulu Kucing
Menurut WebMD, orang dengan alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih sensitif, sehingga lebih mudah terpicu akibat bulu kucing.
Apa saja sebenarnya bahaya bulu kucing ini? Simak di bawah ini, ya!
1. Menimbulkan Wabah Pes
Bahaya bulu kucing yang pertama adalah risiko penyakit pes atau sampar dari kutu yang ada pada bulu kucing.
Bruno B. Chomel menceritakan berbagai kasus wabah berkaitan dengan orang yang tidur dengan kucing.
Salah satunya ketika seorang bocah lelaki berusia 9 tahun dari Arizona, Amerik Serikat, yang tidur dengan kucingnya yang sakit.
Bulu kucing dan anjing dapat membawa kutu pes tanpa menunjukkan gejala penyakit.
2. Menyebabkan Penyakit Chagas
Bahaya bulu kucing lainnya adalah penyakit chagas. Chagas merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa.
Ini biasanya disebabkan karena kita "mencium kutu" dan serangga pengisap darah lainnya.
Nah, hal ini sangat mungkin terjadi ketika Moms sering menciumi kucing di rumah yang tidak terjaga kesehatannya.
Satu studi dari Argentina menunjukkan bahwa orang yang memiliki anjing dan kucing berisiko lebih tinggi terhadap penyakit ini.
Tak hanya itu, tingkat infeksinya juga lebih tinggi bagi mereka yang tidur dengan kucing serta anjing.
Baca Juga: Kesetiaan Jadi Alasan, Ini 5 Artis yang Memelihara Anjing dan Menyayanginya
3. Menyebabkan Penyakit Cakar Kucing
Jenis penyakit ini juga merupakan salah satu akibat dari bahaya bulu kucing.
Saat kamu mengelus bulu kucing kemudian menyeka bagian mata kamu menggunakan tangan yang sudah terkontaminasi bakteri, hal ini bisa terjadi.
Biasanya hal ini akan diikuti dengan munculnya sebuah benjol kecil dalam waktu sekitar 10 hari.
Benjolan ini diikuti dengan berbagai gejala seperti:
- Mual
- Muntah
- Demam
- Menggigil
- Lelah
- Peradangan
- Nyeri dan bengkak pada kelenjar getah bening
Bahkan, bagi mereka yang mengalami gangguan daya tahan tubuh, kondisi ini bisa mengakibatkan masalah kesehatan yang lebih serius.
4. Memicu Alergi
Genetika tampaknya berperan dalam memicu alergi, artinya anak lebih mungkin mengalaminya jika Moms memiliki riwayat anggota keluarga yang juga alergi kucing.
Sistem kekebalan Si Kecil akan membuat antibodi untuk melawan zat yang mungkin melukai tubuh mereka, seperti bakteri dan virus.
Pada orang yang memiliki alergi, sistem kekebalan salah mengira alergen sebagai sesuatu yang berbahaya dan mulai membuat antibodi untuk melawannya.
Inilah yang menyebabkan gejala alergi seperti gatal, pilek, ruam kulit, dan asma.
Dalam kasus alergi kucing, alergen dapat berasal dari bulu kucing (kulit mati), bulu, air liur, dan bahkan urinenya.
Menghirup bulu hewan atau bersentuhan dengan alergen ini dapat menyebabkan reaksi alergi.
Partikel alergen hewan peliharaan dapat terbawa ke pakaian, terbang di udara, menetap di furnitur dan tempat tidur, hingga tertinggal di lingkungan terbawa partikel debu.
Tanda-tanda umum alergi kucing biasanya muncul segera setelah bersentuhan dengan bulu kucing, air liur, atau urine.
Alergen kucing yang lebih dari 90 persen dipercaya orang berasal dari air liur dan kulit kucing. Angka kejadiannya banyak disebabkan oleh kucing jantan.
Alergen dapat menyebabkan pembengkakan dan gatal pada selaput di sekitar mata dan hidung, biasanya menyebabkan radang mata dan hidung tersumbat.
Beberapa orang mungkin mengalami ruam di wajah, leher, atau dada bagian atas sebagai respons terhadap alergen.
Reaksi-reaksi ini akan terjadi jika orang yang sensitif memasuki ruangan di mana kucing pernah berada di tempat itu, bahkan jika kucing itu sudah tidak ada.
Alergi dan sensitivitas ini terjadi karena bulu kucing yang masih tertinggal.
Baca Juga: Waspadai Alergi Saat Hamil
5. Menyebabkan Toksoplasmosis
Kucing adalah inang alami jenis parasit ini dan kotorannya dapat membawa jutaan telur parasit.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebagian besar orang yang menderita toksoplasmosis tidak pernah memiliki gejala sama sekali.
Namun, lebih dari 40 juta orang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa di Amerika Serikat terinfeksi parasit ini.
Pada wanita hamil, penyakit ini bisa membahayakan janin dalam kandungan jika terinfeksi. Jadi berhati-hati ya Moms.
Jika terinfeksi untuk pertama kali sebelum atau selama kehamilan, Moms dapat menularkan infeksi tersebut kepada bayi (toksoplasmosis kongenital), bahkan apabila Moms sendiri tidak memiliki tanda dan gejala.
Bayi paling berisiko tertular toksoplasmosis jika Moms terinfeksi pada trimester ketiga. Banyak infeksi awal berakhir dengan janin lahir dalam keadaan meninggal atau keguguran.
Bayi yang bertahan hidup dengan infeksi ini kemungkinan besar akan lahir dengan masalah serius, seperti kejang, pembesaran hati dan limpa, menguningnya kulit dan bagian putih mata, hingga infeksi mata yang parah.
6. Memicu Asma
Bahaya dari bulu kucing pada manusia berikutnya adalah asma. Bulu hewan seperti bulu kucing dapat memicu asma.
Alergen dalam bulu hewan berasal dari protein sel kulit mati. Mereka datang dalam bentuk serpihan kulit kecil di rambut, serpihan kecil ini bisa mengudara dalam bentuk debu.
Meskipun ini sama dengan reaksi alergi, bagi mereka yang menderita asma, reaksinya bisa sangat kuat.
Memiliki hewan peliharaan ketika anggota keluarga memiliki asma sangat tidak disarankan.
Serangan asma bisa berpotensi mengancam jiwa bagi banyak penderita. Mereka yang memiliki reaksi asma yang sangat kuat terhadap hewan harus selalu menjauhi rambut atau bulu kucing maupun anjing.
Cara Mengetahui Alergi Bulu Kucing
Bahaya bulu kucing memang tidak bisa dianggap sepele. Nah, Moms juga harus tahu nih apakah Moms juga alergi kucing atau tidak jika ingin memelihara hewan ini.
Dalam skala ringan, seseorang dengan alergi kucing mungkin bersin dan mengalami mata gatal saat ada kucing. Gejala yang lebih parah bisa termasuk mengi.
Reaksi ini dapat terjadi jika orang yang sensitif memasuki ruangan yang pernah dimasuki kucing, meskipun kucing itu tidak ada.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Ini Ciri, Harga, dan Cara Merawat Kucing Persia
Cara terbaik untuk memastikan kecurigaan alergi kucing adalah dengan menemui dokter untuk pemeriksaan alergi.
Jika sudah terkonfirmasi alergi kucing, maka bahaya bulu kucing merupakan hal yang selanjutnya harus diperhatikan.
Mengurangi Bahaya Bulu Kucing
Ada beberapa cara untuk mengurangi paparan bahaya bulu kucing dan membuat rumah Moms lebih nyaman bagi seseorang yang sensitif terhadap kucing.
Jika Moms khawatir tentang bahaya bulu kucing, maka delegasikan tugas memandikan dan merawat kucing kepada orang lain.
Layanan grooming atau mobile groomer adalah pilihan untuk menjaga kebersihan kucing.
Membelai kucing saat ia berada di dekat kita atau sedang duduk di pangkuan kita merupakan refleks yang pasti akan semua orang lakukan. Namun ingat, cuci tangan Moms setelah menyentuhnya.
Sedot debu secara teratur juga diperlukan, termasuk pada semua permukaan yang disinggahi kucing, seperti kain pelapis, tempat duduk dekat jendela, kusen jendela, dan pohon kucing.
Permadani dan karpet harus dicuci juga secara teratur. Alat pembersih udara atau sistem penyaringan udara HEPA akan membantu menghilangkan alergen.
Baca Juga: Sebelum Memelihara, Ketahui 18 Cara Merawat Kelinci dengan Baik
Itu dia beberapa akibat bahaya bulu kucing. Terus berhati-hati, ya, Moms!
- https://www.cdc.gov/media/eid-summaries.htm
- https://cleanupambition.com/effects-pet-hair-human-health/
- https://www.cdc.gov/parasites/toxoplasmosis/index.html
- https://acaai.org/allergies/allergic-conditions/pet-allergies/
- https://www.webmd.com/allergies/cat-allergies
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.