Heboh Pemilihan Presiden, Ketahui 6 Cara Mengajarkan Anak Menjadi Pemimpin yang Baik
Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil rekapitulasi nasional pemilihan presiden.
Pasangan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Mengutip dari BBC Indonesia, pengumuman itu dikeluarkan pada Selasa dini hari (21/05) sesudah KPU menyelesaikan seluruh rekapitulasi 34 provinsi dan 130 PPLN (Panitia Pemilihan Luar Negeri). Menurut KPU, jumlah suara sah nasional tercatat 154.257.601.
Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin mencapai 85.607.362 atau 55,50% dari total suara sah nasional, dan jumlah suara sah pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, adalah 68.650.239 suara atau 44,50% dari total suara sah nasional.
Ketua KPU Arief Budiman menegaskan bahwa yang ditetapkan pada Selasa dini hari adalah hasil rekapitulasi penghitungan suara.
Sementara untuk penetapan presiden dan wakil presiden terpilih akan dilakukan tiga hari sesudah pengumuman hasil rekapitulasi, hal ini untuk memberikan kesempatan kepada pasangan calon atau partai politik bila hendak mengajukan sengketa ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Baca Juga: 18 Inspirasi Nama Bayi dengan Arti ‘Pemimpin’
Cara Mengajarkan Anak Menjadi Pemimpin yang Baik
Berkaitan dengan pemilihan pemimpin negara, semua orang tua ingin anak-anak mereka menjadi seorang pemimpin yang baik.
Moms tentu ingin Si Kecil dipandang sebagai seorang pemimpin yang bijak, pintar, berani, dan siap menghadapi tantangan.
Namun, menanamkan sifat kepemimpinan pada anak-anak membutuhkan latihan dan kesabaran. Menurut Forbes, berikut cara mengajarkan anak menjadi pemimpin yang baik!
1. Coba Ajak Anak Ikut Olahraga
Salah satu cara mengajarkan anak menjadi pemimpin yang baik adalah melibatkannya dalam kerjasama kelompok.
Kebanyakan orang tua akan setuju bahwa menyuruh anak-anak berolahraga dapat mengajarkan mereka tentang kerja tim, yang merupakan aspek penting dari kepemimpinan.
Namun, menurut Washington Post, sebanyak 70 persen anak-anak berhenti terlibat dalam olahraga pada usia 13 tahun.
Hal ini dapat dikaitkan dengan beberapa faktor, termasuk kurangnya minat, prospek yang tidak menjanjikan di perguruan tinggi, dan mereka yang menemukan olahraga alternatif seperti skateboard.
Tujuannya di sini tidak hanya berolahraga, melainkan bahwa anak telah berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang membuat mereka menggunakan tubuh, mempelajari keterampilan, dan fungsi sebagai anggota tim.
2. Fokus Pada Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional menunjukkan seberapa baik Si Kecil dalam memahami empati dan simpati, dan merupakan faktor penting dalam pemecahan masalah. Ini adalah keterampilan penting yang dimiliki seorang pemimpin.
"Ketika anak belajar empati sejak dini, mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang penuh rasa hormat, pengertian, dan memperlakukan orang lain dengan baik. Anak yang berempati akan menjadi orang tua, pasangan, teman, juga kolega yang penuh empati nantinya," jelas esai berjudul Three Strategies to Promote Empathy in Children, karya Sheri Madigan, Jennifer Jenkins, dan Marc Jambon.
Baca Juga: Berbeda Pola Asuh Anak dengan Suami? Ini 3 Trik Menghadapinya
3. Terima Bentuk Kegagalan
Bila ingin mengajarkan anak menjadi pemimpin yang baik, biarkan ia merasakan kegagalan.
Hal ini kadang sulit, karena sebagai orang tua, tentunya Moms dan Dads tidak ingin Si Kecil merasa sedih, kecewa, atau marah atas kegagalan.
Padahal, cara anak menghadapi kegagalan dan kesulitan menjadi faktor kuat untuk pertumbuhan dan kecerdasannya.
Sebagai pemimpin, nantinya tentu ia akan mengalami berbagai kesulitan dan kegagalan dalam hidup, sehingga bila tidak dipersiapkan dari sekarang, ia akan jadi sangat emosional dan berapi-api bila sesuatu tidak berjalan sesuai dengan yang ia inginkan.
Pastikan Moms mengajari Si Kecil cara untuk menghadapi kegagalan dengan cara yang sehat dan membangun.
4. Ajarkan Kesabaran
Kesabaran adalah keterampilan yang jika diajarkan dengan benar, dapat bertahan seumur hidup. Itulah salah satu alasan kegiatan memancing dan berburu populer di kalangan orang tua dan anak-anak.
Ini karena dua kegiatan tersebut mengajarkan "kesabaran proaktif." Si Kecil sengaja melakukan sesuatu yang membutuhkan waktu, hal ini menjadi keterampilan untuk menjadi pendengar atau pengamat yang hebat.
Baca Juga: Fakta-Fakta Di Balik Pengumuman Hasil Pemilu 2019
5. Beri Kesempatan Mengeksplor Kreativitas
Cara berikutnya dalam mengajarkan anak menjadi pempimpin yang baik adalah membiarkannya mengeksplor kreativitas
Kreativitas adalah salah satu alat terbaik yang bisa dimiliki seorang pemimpin, jadi penting untuk memberi anak-anak kesempatan dan waktu melatih jiwa kreatif mereka.
Ada banyak cara bagus untuk menumbuhkan kreativitas, termasuk mendorong mereka untuk membaca dan memiliki karya seni di sekitar rumah. Moms bisa turut membantu memberikan inspirasi kepada mereka.
6. Menjadi Contoh
Sebagai orang tua, Moms akan menjadi guru paling penting yang akan dimiliki Si Kecil. Apa pun yang Moms dan Dads lakukan, mereka akan menirunya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pew menemukan bahwa 72 persen orang tua ingin agar orang tua mereka memandang mereka sebagai orang tua yang baik untuk anaknya.
Itu dia beberapa cara mengajarkan anak menjadi pemimpin yang baik. Apakah Moms sudah menerapkannya?
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.