14 November 2023

Simak 4 Tipe Pola Asuh Anak, Mana yang Lebih Baik?

Cari tahu pola asuh terbaik untuk anak

Pola asuh anak adalah salah satu aspek penting dalam proses pembentukan karakter dan perkembangan anak.

Setiap orang tua memiliki caranya sendiri dalam mendidik anak-anak dan tipe pola asuh yang diterapkan dapat memiliki dampak pada masa depannya.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Handbook of Child Psychology menunjukkan bahwa pola asuh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap anak.

Hal ini mempengaruhi berbagai aspek mulai dari kualitas kesehatan hingga pembentukan pola pikir dan kepribadian mereka dalam jangka panjang.

Independen dari faktor-faktor seperti gaya hidup, kondisi sosial ekonomi, dan latar belakang budaya, umumnya keluarga menerapkan salah satu dari empat tipe pola asuh anak.

Yuk Moms cari tahu tentang 4 tipe pola asuh anak dan dampaknya bagi perkembangan Si Kecil di bawah ini.

Baca Juga: 5 Cara Menerapkan Pola Asuh Positif pada Bayi agar Si Kecil Bahagia

Tipe Pola Asuh Anak

Mari cari tahu lebih banyak tentang berbagai tipe pola asuh anak, agar bisa mendukung tumbuh kembang balita dengan lebih optimal.

Sebab dari empat pola asuh anak ini, ternyata membawa pengaruh pada perkembangan psikologis anak, lho.

1. Otoriter

Ilustrasi Tipe Pola Asuh Anak (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Tipe Pola Asuh Anak (Orami Photo Stock)

Ciri yang paling mudah dikenali dari pola asuh otoriter adalah diterapkannya aturan super ketat yang wajib diikuti oleh anak.

Orang tua yang otoriter sering mengatakan ungkapan “pokoknya” ketika sedang mengutarakan pendapat, tanpa memedulikan atau mendengar pendapat dan keinginan anak.

Hal ini tentu dapat membuat anak menjadi tidak terbiasa membuat keputusan sendiri dan takut jika tidak menuruti perkataan orang tuanya.

Selain itu, tipe pola asuh orang tua yang otoriter memiliki karakter umum sebagai berikut:

  • Menuntut anak untuk menuruti semua aturan tanpa kompromi.
  • Tidak mempertimbangkan pendapat dan perasaan anak.
  • Memiliki ekspektasi tinggi terhadap anak.

Hubungan orang tua dan anak dalam pola asuh anak otoriter cenderung dingin dan berjarak, dan lebih banyak menggunakan hukuman ketimbang strategi disiplin.

Hasil yang didapatkan dari pola asuh otoriter seringkali bertolak belakang dengan harapan orang tua.

Selain prestasi sekolah yang tidak terlalu baik, anak juga tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri dan keterampilan sosial yang rendah.

Melansir The Spanish Journal of Psychology membuktikan bahwa, pola asuh anak otoriter menyebabkan sang anak mengalami kesulitan mengelola kemarahan.

Penyebabnya karena mereka tidak diberikan ruang untuk berpendapat.

Anak yang dibesarkan dalam pola asuh ini juga memiliki risiko lebih besar untuk penyalahgunaan narkoba, gangguan kesehatan mental, serta perilaku agresif.

2. Permisif

Ilustrasi Anak-Anak (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Anak-Anak (Orami Photo Stock)

Dalam tipe pola asuh anak yang bersifat permisif alias serba boleh, orang tua bersikap sangat santai, bebas, dan mencoba menjadi teman bagi anaknya.

Orang tua permisif menjadi seorang teman baik bagi anaknya karena memberikan perhatian, kehangatan, dan interaksi yang cukup baik.

Beberapa karakter umum lain dari pola asuh permisif adalah:

  • Hanya memiliki sedikit aturan, yang juga dilaksanakan dengan sangat longgar.
  • Tetap memenuhi segala kebutuhan anak dan menganggap anak lebih tahu yang terbaik untuk dirinya.
  • Jarang memberikan hukuman.
  • Lebih banyak menuruti kemauan anak ketimbang memberikan panduan.

Pengaruhnya, tipe pola asuh anak ini sering kali menjadikan anak mengembangkan tingkat kreativitas yang lebih tinggi pada anak-anak umumnya.

Namun, anak yang dibesarkan dalam pola asuh permisif sering kali tidak diberikan batasan dan petunjuk yang jelas mengenai pilihan yang baik.

Akibatnya, mereka cenderung menjadi lebih egois, impulsif, sulit diatur, dan kurang berempati.

Pengaruh pola asuh anak ini yang patut diwaspadai adalah:

Hal ini karena Si Kecil tidak diajarkan pola makan dan gaya hidup yang baik.

Kebebasan pada tingkat ini dapat menyebabkan kebiasaan negatif lainnya karena orang tua tidak memberikan banyak bimbingan tentang moderasi.

Baca Juga: Ibu Hamil Sering Gerah dan Berkeringat, Ini Kata Dokter!

3. Demokratis

Ilustrasi Tipe Pola Asuh Anak (Focusonthefamily.ca)
Foto: Ilustrasi Tipe Pola Asuh Anak (Focusonthefamily.ca)

Pola asuh anak demokratis atau authoritative parenting bisa dikatakan sebagai kombinasi yang cukup pas antara tipe pola asuh permisif dan otoriter.

Sebuah penelitian ilmiah International Journal of Behavioral Development menunjukkan bahwa, pola asuh anak seperti ini mendorong anak untuk berani berpendapat dan percaya diri.

Anak merasa dihargai, karena orang tua terbuka mendengarkan pendapat anak. Ini juga yang kemudian merekatkan hubungan anak dan orang tua.

Karakter dari tipe pola asuh orang tua ini adalah:

  • Hubungan yang positif dan hangat antara orang tua dan anak.
  • Ada aturan tegas yang harus diikuti anak, disertai penjelasan dibalik aturan tersebut.
  • Orang tua bisa bersikap tegas dalam menerapkan aturan dan memberikan konsekuensi, tapi tetap mempertimbangkan pendapat dan perasaan anak.

Orang tua otoritatif biasanya menerapkan aturan disiplin, namun juga diterapkan secara suportif.

Jika anak membantah, orang tua tidak langsung menghukum, namun mendahulukan dialog terlebih dahulu.

Berkat strategi disiplin yang positif, anak yang dibesarkan dalam pola asuh demokratis cenderung memiliki kemampuan berpikir kritis dan mengambil keputusan yang lebih baik.

Selain itu, mereka juga tumbuh menjadi pribadi bertanggung jawab yang tidak ragu dalam mengungkapkan pendapat mereka.

Baca Juga: Tanya Jawab Dokter tentang Anak 1 Tahun Susah Makan, Simak!


4. Pengabaian

Anak dan Orang Tua (Aptparenting.com)
Foto: Anak dan Orang Tua (Aptparenting.com)

Tidak sedikit juga orang tua yang abai dengan kebutuhan bahkan keberadaan anak mereka.

Anak-anak yang tumbuh dari pola asuh pengabaian biasanya kurang mendapatkan kasih sayang orang tua.

Moms dan Dads akan kurang menghabiskan waktu berkualitas dengan anak-anaknya, baik karena lalai atau kesibukan kerja masing-masing.

Sering kali, anak-anak dibiarkan menghabiskan waktu untuk menonton televisi dan bermain gawai atau gim sepanjang hari.

Anak-anak dari orang tua ini sering mengalami kesulitan mengikuti aturan.

Beberapa karakter umum dari pola asuh pengabaian adalah:

  • Tidak memiliki aturan dan tidak ada hukuman.
  • Anak diharapkan untuk belajar dan memenuhi kebutuhannya sendiri.
  • Jarang ada komunikasi antara anak dan orang tua.

Pengabaian tidak selalu dilakukan dengan sengaja, tapi bisa juga karena:

  • Orang tua memiliki gangguan kesehatan fisik atau mental
  • Memiliki aktivitas yang sangat padat
  • Sedang mengalami masalah berat dalam hidup, dan sebagainya.

Moms mungkin sudah bisa menduga, anak dibesarkan dalam pola asuh ini cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah dan prestasi sekolah yang kurang baik.

Dalam jangka panjang, anak juga cenderung mengalami gangguan perilaku serta gangguan kesehatan mental.

Berdasarkan penelitian ekstensif yang berlangsung selama 50 tahun, para pakar perkembangan anak sepakat bahwa tipe pola asuh orang tua demokratis adalah yang terbaik untuk tumbuh kembang anak.

Baca Juga: 6 Posisi Menyusui Bayi Baru Lahir yang Benar, Kata Dokter!

Mana yang Lebih Ideal?

Ilustrasi Pola Asuh (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Pola Asuh (Orami Photo Stock)

Dari penjelasan di atas, Moms bisa melihat bahwa tipe pola asuh anak demokratis memiliki dampak yang paling positif untuk perkembangan anak.

Berikut ini alasan pola asuh anak demokratis lebih baik daripada tipe lainnya:

  • Orang tua tipe demokratis dipandang bersikap lebih masuk akal dan adil, sehingga anak-anak bisa menerima tuntutan dan ucapan yang diberikan orang tua.
  • Ketika memberikan aturan, orang tua tipe demokratis selalu memberikan alasan. Karenanya, anak-anak akan paham dengan makna aturan tersebut.
  • Untuk menerapkan disiplin, orang tua demokratis dan anak membuat kesepakatan di awal. Selain itu, memberikan anak sebuah penghargaan atas perbuatan baik dapat dilakukan dan konsekuensi bila anak melakukan kesalahan. 

Namun, patut diingat bahwa latar belakang kebudayaan memiliki pengaruh terhadap tipe pola asuh anak.

Sebab, di beberapa budaya, pola asuh anak demokratis justru memberikan dampak negatif.

Orang tua juga terkadang tidak bisa secara sempurna menerapkan pola asuh anak tipe tertentu.

Mungkin saja Moms termasuk orang tua demokratis, tapi terkadang menjadi tipe pengabaian.

Aspek penting dalam pola asuh anak adalah komitmen dan dedikasi untuk menjadi orang tua terbaik untuk Si Kecil.

Selain itu, pastikan Moms dan Dads selalu membangun komunikasi yang baik dengan anak.

Jika Moms kesulitan menentukan atau menerapkan pola asuh anak, sebaiknya berkonsultasi ke psikolog.

Baca Juga: Tanya Jawab Psikolog soal Anak Hiperaktif Terlambat Bicara

Efek Pola Asuh Terhadap Anak

Pola asuh anak yang diterapkan oleh orang tua dapat memberikan dampak yang signifikan pada perkembangan anak.

Berikut adalah beberapa efek pola asuh terhadap anak.

1. Pola Asuh Otoriter

Anak dan Orang Tua
Foto: Anak dan Orang Tua (Orami Photo Stock)
  • Orang tua menjadi pemegang kekuasaan tertinggi alias otoriter.
  • Anak cenderung menjadi kurang bahagia, memiliki rasa percaya diri yang rendah, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah.
  • Anak cenderung melakukan pelanggaran-pelanggaran karena mereka tidak mampu mengendalikan perilakunya.

2. Pola Asuh Neglectful atau Abai

  • Orang tua minim keterlibatan dalam pengasuhan anak.
  • Anak cenderung kurang terlibat dalam kehidupan sosial dan emosionalnya.
  • Anak cenderung memiliki masalah dalam mengembangkan hubungan interpersonal yang baik.

3. Pola Asuh Otoritatif atau Demokratis

  • Orang tua memberikan pengasuhan yang baik dan ideal.
  • Anak cenderung menjadi orang dewasa yang percaya diri, bertanggung jawab, dan dapat mengelola emosinya dengan baik.
  • Anak berani untuk mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan baik dengan orang lain.

4. Pola Asuh Permisif

  • Anak menjadi kurang disiplin dan kurang mampu mengelola emosinya dengan baik.
  • Anak cenderung menjadi egois dan kurang memikirkan orang lain.
  • Anak cenderung menuntut saat sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya.
  • Anak cenderung kurang pandai mengambil keputusan.
  • Anak cenderung kurang berprestasi dan kurang terampil dalam bersosialisasi.
  • Anak cenderung bergulat dengan pengaturan diri dan pengendalian diri.
  • Anak mungkin lebih rentan terhadap kenakalan.

Baca Juga: 5 Penyebab Kenakalan Remaja di Masa Pubertas, Apa Faktornya?

Nah itu dia Moms beberapa tipe pola asuh anak yang biasa diterapkan orang tua.

Setelah membaca tipe pola asuh orang tua di atas, manakah yang Moms jalankan saat ini?

  • https://onlinelibrary.wiley.com/doi/book/10.1002/9780470147658
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17992960/
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24850978/
  • https://www.verywellfamily.com/types-of-parenting-styles-1095045
  • https://www.healthline.com/health/parenting/types-of-parenting
  • https://www.cnbc.com/2021/06/29/child-psychologist-explains-4-types-of-parenting-and-how-to-tell-which-is-right-for-you.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.