20 Juni 2024

9 Dampak Pernikahan Dini yang Negatif dari Banyak Aspek

Salah satunya meningkatkan risiko komplikasi kehamilan
9 Dampak Pernikahan Dini yang Negatif dari Banyak Aspek

Foto: Freepik.com/bristekjegor

Ada berbagai dampak pernikahan dini yang sebaiknya dipahami oleh orang tua maupun anak-anak agar bisa menghindarinya.

Tak main-main, dampak pernikahan dini bisa memengaruhi kesehatan fisik hingga kondisi psikologis.

Lebih lanjut, mari simak apa saja dampak pernikahan dini yang sebaiknya diwaspadai.

Baca Juga: 13 Pernikahan yang Dilarang dalam Islam, Hindari Ya!

Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan dini merujuk pada pernikahan yang terjadi di bawah usia yang secara hukum dianggap dewasa.

Di banyak negara, usia minimum untuk menikah adalah 19 tahun untuk laki-laki dan perempuan berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Jadi, yang dimaksud pernikahan dini biasanya melibatkan individu yang masih berstatus anak-anak atau remaja di bawah usia 18 tahun.

Pernikahan dini tentunya berbeda dengan menikah muda.

Pernikahan usia muda merujuk pada pernikahan yang terjadi pada usia yang relatif muda tetapi masih dalam batas legal dan dianggap dewasa oleh hukum.

Biasanya terjadi pada usia 19-24 tahun.

Baca Juga: 14 Hal Penyebab Bosan dengan Pasangan, Hindari Moms!

Dampak Pernikahan Dini

Pasangan Menikah
Foto: Pasangan Menikah (Freepik.com/senivpetro)

Berikut beberapa dampak pernikahan dini, mulai dari kesehatan fisik dan mental, serta perkembangan sosial dan ekonomi pasangan yang bersangkutan.

1. Masalah Kesehatan Mental

Melansir laman Child Help Foundation, pernikahan dini memunculkan tekanan psikologis yang berat, terutama karena pasangan tersebut masih dalam tahap perkembangan dan belum sepenuhnya matang secara emosional.

Mereka mungkin belum siap menghadapi tanggung jawab dan peran sebagai suami atau istri, namun terpaksa harus menghadapinya.

Oleh karena itu, pasangan yang menikah di usia sangat muda seringkali mengalami kecemasan, depresi, dan stres yang berlebihan.

Selain itu, konflik dalam rumah tangga juga dapat memperburuk kondisi kesehatan mental mereka, menyebabkan tekanan yang lebih besar dan merusak hubungan interpersonal.

2. Penyakit Menular Seksual

Pasangan yang menikah di usia muda mungkin memiliki keterbatasan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan yang menyeluruh.

Hal ini dapat meningkatkan risiko terpapar dan menularkan penyakit menular seksual seperti gonore, sifilis, herpes genital, dan bahkan HIV/AIDS.

Faktor-faktor yang berkontribusi pada peningkatan risiko PMS pada pernikahan dini antara lain kurangnya pendidikan seksual pada anak, penggunaan kontrasepsi yang rendah, serta perilaku seksual yang tidak aman.

Apalagi, pasangan yang menikah pada usia yang masih sangat muda mungkin belum siap secara fisik, mental, atau emosional sehingga tidak dapat mengelola hubungan seksual yang sehat dan bertanggungjawab.

Baca Juga: Batasan Membantu Saudara dan Orang Tua setelah Menikah

3. Kekerasan dalam Rumah Tangga

Pasangan yang menikah pada usia yang masih sangat muda mungkin belum matang secara emosional atau psikologis untuk mengatasi tekanan atau ketegangan yang muncul dalam hubungan mereka.

Ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif atau menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif dapat menyebabkan penumpukan emosi negatif.

Ini dapat berujung pada kekerasan verbal, fisik, atau bahkan seksual dalam rumah tangga.

Selain itu, pernikahan dini juga dapat menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan dalam hubungan.

Salah satu pasangan mungkin merasa memiliki kontrol penuh atas pasangan yang lebih muda dan kurang berpengalaman.

Hal ini dapat memberikan kesempatan bagi pasangan yang lebih tua untuk mengeksploitasi atau menyalahgunakan kekuasaan mereka, meningkatkan risiko terjadinya KDRT.

4. Risiko Komplikasi Kehamilan

Kehamilan
Foto: Kehamilan (Freepik.com/drobotdean)

Dampak pernikahan dini lainnya yang mungkin muncul yaitu komplikasi selama kehamilan.

Sebab, tubuh perempuan yang masih sangat muda belum sepenuhnya matang dan siap untuk proses kehamilan dan persalinan.

Beberapa kemungkinkan komplikasi kehamilan yang muncul adalah preeklampsia (tekanan darah tinggi yang membahayakan ibu dan bayi), anemia, perdarahan, dan infeksi.

Tak hanya itu, kemungkinan terjadinya masalah kesehatan mental juga bisa meningkat pada ibu muda yang belum siap menghadapi tekanan dan tanggung jawab seorang ibu.

Baca Juga: 10 Cara Menghadapi Mertua Ikut Campur Urusan Rumah Tangga

5. Perkembangan Anak yang Buruk

Melansir laman resmi UNICEF, remaja yang baru menikah mungkin belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam membesarkan anak.

Mereka belum memiliki pengalaman yang cukup dalam mengelola konflik, memberikan kasih sayang, atau memberikan pendidikan yang sesuai bagi anak-anaknya.

Kurangnya pemahaman ini dapat mengakibatkan pola asuh yang tidak konsisten atau bahkan berpotensi merugikan bagi perkembangan anak.


6. Tingkat Sosial dan Ekonomi yang Rendah

Pernikahan dini dapat meningkatkan risiko kemiskinan.

Terutama jika pasangan yang menikah belum memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Kemiskinan dapat mengakibatkan akses terbatas terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya.

Ini dapat membawa dampak negatif pada kesejahteraan dan perkembangan keluarga secara keseluruhan.

7. Risiko Kehilangan Identitas

Pernikahan dini dapat menyebabkan pasangan muda kehilangan identitas mereka sendiri.

Karena mereka mungkin terlalu fokus pada peran sebagai pasangan dan orang tua.

Pasangan yang menikah dini mungkin merasa kehilangan diri sendiri dan sulit untuk memahami siapa mereka sebenarnya di luar peran keluarga mereka.

Hal ini dapat mengakibatkan kebingungan dan perasaan kekosongan yang dalam dalam diri mereka.

Baca Juga: Keuntungan Menikah dengan Zodiak yang Sama dan Tantangannya

8. Menurunnya Kualitas Hidup

Pasangan yang menikah pada usia muda seringkali menghadapi berbagai tantangan yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup mereka.

Beberapa alasan yang mungkin mendasari hal ini yaitu karena masalah keuangan, konflik dalam hubungan, dan keterbatasan sumber daya untuk merencanakan masa depan.

Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup bagi pasangan yang menikah dini.

Ini bisa mengakibatkan stres, ketidakpuasan, dan kesulitan dalam mencapai potensi penuh dalam kehidupan mereka.

9. Terjadinya Perceraian

Perceraian
Foto: Perceraian (Orami Photo Stock)

Pernikahan dini sering kali dipengaruhi oleh tekanan dari lingkungan sosial atau faktor ekonomi tertentu, seperti kehamilan di luar nikah atau kondisi ekonomi keluarga yang sulit.

Tekanan-tekanan ini dapat memperburuk dinamika hubungan dan meningkatkan risiko perceraian jika pasangan tidak mampu mengatasi masalah tersebut secara efektif.

Perceraian sebagai dampak pernikahan dini tidak hanya berdampak pada pasangan itu sendiri, tetapi juga dapat memengaruhi kesejahteraan anak-anak dan stabilitas keluarga secara keseluruhan.

Baca Juga: 11 Tanda Pasangan Butuh Konseling Pernikahan, Cek yuk!

Dengan menyadari berbagai dampak pernikahan dini di atas, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah preventif untuk melindungi anak-anak dan remaja dari praktik ini.

Yuk, sosialisasikan pada anak-anak dan remaja di rumah tentang hal ini, Moms.

Jangan sampai buah hati mengalami dampak negatif dari pernikahan usia dini, ya!

  • https://www.unicef.org/southsudan/stories/early-marriage-and-its-devastating-effects
  • https://childhelpfoundation.in/blog/posts/The-Psychological-Effects-of-Child-Marriage-on-Young-Girls
  • https://plancanada.ca/stories/4-serious-health-consequences-of-child-marriage

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.