30 Juli 2024

Disentri pada Bayi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Ketahui juga diagnosis, kemungkinan komplikasi, hingga cara mencegahnya

Disentri pada bayi merupakan infeksi saluran pencernaan yang sering kali disebabkan oleh bakteri atau parasit.

Mengutip National Health Service, disentri ditandai dengan diare yang disertai dengan darah, nanah, dan biasanya juga diiringi dengan sakit perut.

Disentri pada bayi perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat menyebabkan dehidrasi dan komplikasi lainnya yang berbahaya bagi kesehatan Si Kecil.

Penting bagi orang tua untuk mengenali gejala-gejala disentri dan segera mencari penanganan medis yang tepat untuk pemulihan yang optimal.

Baca Juga: Begini Warna dan Tekstur BAB Bayi saat Sedang Terkena Diare

Penyebab Disentri pada Bayi

Penyebab Disentri pada Bayi
Foto: Penyebab Disentri pada Bayi (Orami Photo Stock)

Kebanyakan yang dialami orang adalah disentri bakterial atau disentri amoeba.

Tergantung dari jenisnya, penyebabnya pun juga bisa berbeda. Berikut ini yang bisa jadi penyebab disentri pada bayi.

1. Infeksi Bakteri

Disentri bakteri disebabkan oleh infeksi bakteri dari Shigella, Campylobacter, Salmonella, atau E. coli enterohemorrhagic.

Diare dari Shigella juga dikenal sebagai shigellosis.

2. Amoeba

Disentri amoeba disebabkan oleh parasit bersel tunggal yang menginfeksi usus. Ini juga dikenal sebagai amebiasis.

Disentri amoeba lebih jarang terjadi di negara maju.

Biasanya ditemukan di daerah tropis yang memiliki kondisi sanitasi yang buruk.

3. Sanitasi yang Buruk dan Lingkungan yang Terkontaminasi

Disentri amoeba dan shigellosis biasanya disebabkan dari sanitasi yang buruk.

Ini mengacu pada lingkungan di mana orang sehat bersentuhan dengan kotoran dari orang-orang yang sudah menderita disentri.

Kontak yang dimaksud di sini dapat melalui makanan yang terkontaminasi, air yang terkontaminasi, serta praktik cuci tangan yang buruk oleh orang yang terinfeksi.

Selain itu, bisa juga karena berenang di air yang terkontaminasi, seperti danau atau kolam renang, serta melakukan kontak fisik pada orang yang terinfeksi.

Anak-anak paling berisiko mengalami shigellosis, tetapi siapa saja bisa mengalami disentri pada usia berapa pun.

Shigellosis kebanyakan menyebar di antara orang-orang yang berhubungan dekat dengan orang yang terinfeksi.

Disentri amoeba terutama menyebar melalui makanan yang terkontaminasi atau minum air yang terkontaminasi di daerah tropis yang memiliki sanitasi buruk.

Baca Juga: Ini Penyebab Diare pada Balita, Tidak Selalu karena Infeksi!

Gejala Disentri pada Bayi Berdasarkan Jenisnya

Jenis Disentri pada Bayi
Foto: Jenis Disentri pada Bayi (Todaysparent.com)

Seperti yang sudah diketahui, ada 2 jenis utama dari penyakit disentri pada bayi.

Tidak hanya berbeda dari penyebabnya, gejalanya pun juga bisa sedikit berbeda.

1. Disentri Bakteri

Disentri bakteri atau shigellosis yang disebabkan oleh bakteri shigella, adalah jenis disentri yang paling umum.

Biasanya disentri bakteri mulai muncul 1–7 hari setelah terjadinya infeksi.

Gejala umum yang muncul merupakan sakit perut ringan dan diare berdarah.

Gejala-gejala bayi disentri bakteri ini berlangsung selama 3–7 hari dan kebanyakan kasus tidak perlu mengunjungi dokter umum.

Biasanya muncul diare hebat diawal, lalu perlahan berkurang dan terkadang menyakitkan.

Dalam kasus yang lebih parah, gejalanya dapat termasuk:

  • BAB bayi berlendir berair, dan berdarah (diare parah).
  • Mual dan muntah, nyeri perut yang parah, kram perut.
  • Suhu badan tinggi (demam) sekitar 38 derajat Celcius atau lebih.

2. Disentri Amuba

Disentri amuba ini disebabkan oleh amuba (parasit bersel tunggal) yang disebut Entamoeba histolytica, yang banyak ditemukan di daerah tropis.

Jenis disentri ini biasanya ditemukan di luar negeri.

Dalam beberapa kasus, disentri pada bayi yang disebabkan amuba ini tidak menyebabkan gejala apa pun.

Namun, orang yang terinfeksi akan mendapati kista di dalam tinjanya saat buang air besar, dan dapat menginfeksi sekelilingnya.

Gejala disentri pada bayi ini biasanya dapat muncul 10 hari setelah terinfeksi.

Gejala disentri amuba sendiri dapat meliputi:

  • Diare berair, yang biasanya mengandung darah, lendir atau nanah.
  • Mual dan muntah serta sakit perut.
  • Demam dan menggigil.
  • Pendarahan dari rektum.
  • Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.

Gejala-gejala disentri amuba biasanya berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.

Namun, tanpa pengobatan, bahkan jika gejalanya hilang, amuba dapat terus hidup di dalam usus selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Ini berarti bahwa infeksi masih dapat ditularkan kepada orang lain dan bahwa diare juga masih dapat kembali.

Baca Juga: 10 Obat Sakit Perut Bayi Alami yang Perlu Moms Tahu!

Diagnosis Disentri pada Bayi

Bayi Sakit ke Dokter
Foto: Bayi Sakit ke Dokter (Freepik.com/freepik)

Mengutip Healthline, bila Si Kecil mengalami gejala disentri, segera temui dokter.

Jika tidak ditangani, disentri pada bayi dapat menyebabkan dehidrasi parah dan mengancam jiwa.

Saat melakukan janji temu, dokter akan meninjau gejalanya dan setiap perjalanan baru-baru ini.

Moms harus mencatat setiap perjalanan di luar negeri sebagai informasi yang dapat membantu dokter mempersempit kemungkinan penyebab gejala disentrinya.

Selain itu, perlu diketahui bahwa ada banyak kondisi yang bisa menyebabkan diare.

Jika bayi tidak memiliki gejala disentri lain, dokter akan meminta pengujian diagnostik untuk menentukan bakteri mana yang ada di dalam tubuhnya.

Ini termasuk tes darah dan tes laboratorium dari sampel tinja.

Dokter mungkin juga melakukan pengujian tambahan untuk memutuskan apakah penggunaan antibiotik bisa digunakan dan akan membantu.

Baca Juga: Diare pada Bayi: Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Cara Mengatasi Disentri pada Bayi

Cara Mengatasi Disentri pada Bayi
Foto: Cara Mengatasi Disentri pada Bayi (Parenting.firstcry.com)

Disentri pada bayi harus dianggap serius bila Si Kecil menderita shigellosis dan harus dirawat dengan tepat.

Mengutip Rehydrate, 4 prinsip dari cara mengatasi disentri pada bayi adalah antibiotik, pemberian cairan, makanan, dan pemantauan.

Berikut ini cara mengatasi disentri pada bayi yang bisa dilakukan.

1. Terapi Antibiotik

Mengatasi disentri pada bayi karena shigellosis dengan antibiotik yang sesuai dapat memperpendek durasi penyakit dan mengurangi risiko komplikasi serius dan kematian.

Namun, pengobatan tersebut hanya efektif bila bakteri Shigella sensitif terhadap antibiotik yang diberikan.

Selain itu, catat bahwa penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan resep dokter ya, Moms.

Jika pengobatan tertunda atau antibiotik diberikan yang tidak sensitif terhadap Shigella, bakteri dapat menyebabkan kerusakan yang luas pada usus.

Kondisi ini memasuki sirkulasi umum yang menyebabkan septikemia, dan kadang-kadang syok septik.

Komplikasi disentri pada bayi ini lebih sering terjadi pada anak-anak yang kekurangan gizi dan bisa berakibat fatal.

Karena sensitivitas antibiotik dari strain virus yang menginfeksi Shigella tidak diketahui untuk setiap kasus, penting untuk menggunakan antibiotik oral yang diketahui sensitif terhadap sebagian besar Shigella di area tersebut.

Biasanya, penggunaan antibiotiknya dengan kotrimoksazol, sebagai pilihan yang umum, tetapi ampisilin efektif di beberapa area.

Meskipun pengobatan dianjurkan selama 5 hari, namun seharusnya ada perbaikan yang berarti setelah 2 hari, yaitu berkurangnya demam, nyeri, serta darah feses.

Jika ini tidak terjadi, antibiotik harus dihentikan dan penggunaan obat lain digunakan.

Meskipun bakteri lain, seperti C. jejuni dan Salmonella, dapat menyebabkan disentri pada bayi, penyakit ini biasanya relatif ringan dan sembuh sendiri.

Anak kecil penderita disentri sebaiknya tidak dirawat secara rutin untuk amoebiasis.

Pengobatan hanya boleh diberikan bila E. histolytica trofozoit yang mengandung sel darah merah dalam tinja atau bila tinja masih berdarah setelah pengobatan berturut-turut dengan 2 antibiotik yang biasanya efektif untuk Shigella.

Pengobatan untuk disentri amuba adalah metronidazol.

Jika disentri pada bayi disebabkan oleh E. histolytica, perbaikan akan terjadi dalam 2–3 hari setelah memulai pengobatan.


2. Pemberian Cairan

Cara mengatasi disentri pada bayi yang terjadi harus dievaluasi untuk tanda-tanda dehidrasi dan dirawat dengan memberikan cairan cukup.

Semua pasien disentri harus diberikan air dan minuman lain selama sakit, terutama jika mereka demam.

Dalam studi di Iranian Journal of Public Health, dehidrasi pada anak yang mengalami disentri lebih mungkin terjadi pada anak di bawah 1 tahun.

Terutama yang berusia di bawah 6 bulan, bayi yang berhenti menyusui karena sakit, atau anak dengan diare dan muntah yang parah, dan dianjurkan untuk rehidrasi melalui oral atau intravena (IV).

Moms bisa memberikan air minum ataupun ASI dan susu formula. Saat bayi dehidrasi juga bisa diberikan minuman elektrolit yang aman untuk bayi.

Ini akan membantu meningkatkan cairan di dalam tubuhnya. Beberapa bayi memerlukan perawatan medis saat dehidrasi.

Jika Si Kecil terlihat lesu dan mengalami gejala dehidrasi yang terlihat semakin parah walaupun sudah diberikan cairan, Moms perlu memeriksakan bayi ke dokter.

3. Makanan

Anak penderita disentri harus terus makan, agar kerusakan nutrisi selama sakit dapat dicegah atau diminimalkan.

Namun, cara mengatasi disentri pada bayi dengan makan mungkin sulit pada kasus anoreksia.

Pemberian makanannya bisa dilakukan dengan melanjutkan menyusui, berikan makanan kecil yang sering setidaknya 6 kali sehari.

Dorong anak untuk makan, pilih makanan kaya energi dan gizi yang disukai Si Kecil.

Berikan 1 kali makan ekstra sehari dengan menggunakan makanan yang sama setidaknya selama 2 minggu setelah diare berhenti.

4. Tetap Pantau Kondisinya

Kebanyakan kasus disentri menunjukkan perbaikan dalam 2 hari setelah memulai pengobatan dengan antibiotik yang efektif.

Pasien-pasien ini harus menyelesaikan pengobatan 5 hari, dan tidak perlu tindak lanjut khusus.

Si Kecil harus dipantau dengan cermat.

Terutama anak-anak yang tidak menunjukkan perbaikan yang jelas dalam 2 hari, dan yang diketahui berisiko tinggi meninggal atau komplikasi lain.

Anak-anak berisiko tinggi yaitu bayi kurang gizi, mereka yang tidak disusui, dan mengalami dehidrasi, harus sering dipantau sebagai pasien rawat jalan atau dirawat di rumah sakit.

Penderita disentri pada bayi dengan gizi kurang harus dirawat di rumah sakit secara rutin.

Jika Si Kecil tidak menunjukkan perbaikan setelah 2 hari pertama pengobatan antibiotik, harus diberikan antibiotik yang berbeda.

Baca Juga: BAB Bayi Berbusa, Ini Penyebab hingga Cara Mengatasinya

Makanan untuk Meredakan Gejala Disentri pada Bayi

Makanan untuk Bantu Atasi Disentri pada Bayi
Foto: Makanan untuk Bantu Atasi Disentri pada Bayi (Orami Photo Stock)

Tidak hanya dengan obat, Moms bisa melakukan beberapa cara mengatasi disentri pada anak yang alami.

Perlu dicatat bahwa beberapa cara ini biasanya juga dilakukan untuk mengobati diare bayi.

Namun, Moms mungkin bisa berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter bila merasa ragu.

Mengutip First Cry Parenting, berikut ini cara mengatasi disentri pada bayi dengan cara yang alami.

1. Pisang

Karena gerakan ususnya longgar, bayi kehilangan banyak kalium, dan perlu untuk mengisinya kembali.

Gerakan usus longgar ini benar-benar dapat menguras energi bayi, jadi konsumsi pisang akan membantu memulihkan kekuatannya.

Pisang mengandung kalium, seng, zat besi, kalsium, magnesium, serta Vitamin A dan B6.

2. Jahe

Jahe baik untuk sistem pencernaan dan merupakan salah satu cara mengatasi disentri pada bayi yang alami.

Campurkan 1 sendok teh jahe parut, sedikit bubuk kayu manis, sedikit bubuk jinten, dan 1 sendok teh madu.

Berikan campuran ini untuk bayi 3 kali sehari. Moms juga bisa menambahkan pala sebelum diberikan pada Si Kecil.

3. Apel

Apel penuh dengan kandungan pektin yang membantu mengencangkan buang air besar anak.

Cuci apel, rebus dalam air, dan haluskan agar lembut dan mudah dicerna.

Ini tidak hanya akan mencegah gerakan usus longgar tetapi juga akan memberi bayi energi yang sangat dibutuhkan karena disentri pada bayi.

4. Air Kelapa

Bayi Minum Air Kelapa
Foto: Bayi Minum Air Kelapa (Orami Photo Stock)

Terlepas dari manfaat kesehatan yang sangat besar yang diberikannya, air kelapa adalah cairan yang luar biasa untuk membantu pemulihan anak dari masalah pencernaan.

Tidak hanya rasanya yang enak, tetapi juga membantu tubuh mendapatkan kembali cairan yang hilang.

Disarankan untuk memberikan air kelapa kepada Si Kecil minimal 2–3 kali dalam sehari.


5. Jus Wortel

Bayi perlu mengisi kembali energinya yang hilang saat ia memiliki gerakan usus yang longgar, termasuk karena disentri pada bayi.

Wortel adalah sumber energi yang bagus pada saat-saat seperti itu.

Jus atau puree wortel dapat disajikan beberapa kali dalam sehari. Jika bayi berusia di atas 1 tahun, jus wortel cocok untuk diberikan.

6. Lemon

Lemon merupakan obat rumahan yang bagus untuk mengatasi disentri bayi yang alami.

Ini penuh dengan sifat anti-inflamasi dan anti-bakteri yang membuatnya menjadi obat yang andal dan mudah tersedia.

Konsumsi 1 sendok jus lemon 4 - 5 kali sehari dapat meredakan masalah perut lainnya pada Si Kecil.

Sakit perut bayi akan berkurang, dan keseimbangan pH dalam tubuhnya juga akan pulih.

7. ASI

Jika Moms masih dalam masa masa menyusui bayi, jangan berhenti. ASI adalah obat yang pasti aman untuk disentri bayi.

ASI membantu mempercepat pemulihan bayi karena kandungan antibodinya yang tinggi.

Itu juga dapat mencegah perlunya rawat inap bagi bayi.

Jika Si Kecil disusui dan diberi susu formula, akan lebih baik untuk meningkatkan jumlah ASI yang dapat dikonsumsi, karena susu formula dapat sedikit lebih sulit dicerna.

Jika Si Kecil menolak makan apa pun karena diare, yang terbaik adalah tidak mencekokinya.

Cobalah memberinya makan setelah jeda yang lama sehingga dia akan lapar dan sulit menolak makanan.

Bayi yang berusia kurang dari 1 tahun harus dibawa ke dokter sebelum mencoba pengobatan rumahan.

Apa yang dapat Moms lakukan adalah meningkatkan asupan cairan dalam makanan bayi.

Baca Juga: 9 Penyebab Bentol Berair pada Kulit Bayi Kata Dokter!

Komplikasi Disentri pada Bayi

Komplikasi Disentri pada Bayi
Foto: Komplikasi Disentri pada Bayi (Orami Photo Stock)

Pada kasus disentri pada bayi, ada beberapa hal yang bisa menjadi komplikasi jika tidak ditangani dengan segera.

Mengutip Hospital Care for Children, berikut ini hal-hal yang bisa menjadi komplikasi disentri pada bayi.

1. Dehidrasi

Dehidrasi adalah komplikasi disentri pada bayi yang paling umum, dan anak-anak harus ditangani segera untuk kasus dehidrasi terlepas dari komplikasi lainnya.

Berikan cairan sesuai dengan rencana perawatan yang sesuai.

2. Penipisan Kalium

Penipisan kalium dapat dicegah dengan memberikan oralit (bila diindikasikan) atau makanan kaya kalium seperti pisang, air kelapa atau sayuran berdaun hijau tua.

3. Demam Tinggi

Jika anak mengalami demam tinggi pada suhu lebih atau sama dengan 39 derajat Celcius, berikan parasetamol.

Demam tinggi merupakan komplikasi serius yang sering terjadi pada bayi dengan disentri, disebabkan oleh respons tubuh terhadap infeksi bakteri atau parasit.

Demam ini meningkatkan risiko dehidrasi karena kehilangan cairan melalui keringat dan diare, yang dapat berbahaya bagi kesehatan bayi.

Pantau suhu anak secara berkala dan berikan cairan yang cukup.

4. Prolaps Rektum

Demam pada Bayi
Foto: Demam pada Bayi (Orami Photo Stocks)

Ini juga menjadi komplikasi dari disentri pada bayi. Untuk mengatasinya, dorong kembali prolaps rektal dengan lembut menggunakan sarung tangan bedah atau kain basah.

Cara lainnya, siapkan larutan hangat magnesium sulfat jenuh, dan gunakan kompres dengan larutan ini untuk mengurangi prolaps dengan mengurangi edema.

5. Kejang-kejang

Kejang tunggal paling sering terjadi pada kasus disentri pada bayi.

Jika diperpanjang atau berulang, berikan diazepam.

Hindari memberikan diazepam rektal. Selalu periksa adanya risiko kondisi hipoglikemia.

6. Sindrom Uremik Hemolitik

Jika tes laboratorium tidak memungkinkan, curigai terjadinya sindrom uremik hemolitik pada pasien dengan mudah memar, pucat, kesadaran berubah dan keluarnya urin rendah atau tidak ada.

7. Megakolon Toksik

Megakolon toksik merupakan komplikasi disentri pada bayi yang biasanya muncul dengan demam, distensi abdomen, nyeri dan nyeri tekan dengan hilangnya bising usus, takikardia, dan dehidrasi.

Sebagai cara mengatasi komplikasi disentri pada bayi ini, berikan cairan IV untuk menghidrasi tubuh, berikan selang nasogastrik, dan mulai gunakan antibiotik.


Cara Mencegah Disentri pada Bayi

Cara Mencegah Disentri pada Bayi
Foto: Cara Mencegah Disentri pada Bayi (Orami Photo Stock)

Sebagai langkah pencegahan disentri pada bayi, Moms perlu memperhatikan higienitas tubuh Si Kecil.

Berikut ini beberapa hal yang bisa menjadi langkah pencegahan disentri pada bayi.

1. Cuci Tangan

Cuci tangan adalah cara terpenting untuk menghentikan penyebaran infeksi.

Orang di sekitar atau mungkin Moms bisa menularkan pada Si Kecil saat sakit dan memiliki gejala.

Praktik cuci tangan dapat mengurangi frekuensi infeksi Shigella dan jenis diare lainnya hingga 35%.

2. Jaga Kebersihan Toilet

Membersihkan dudukan toilet, gagang siram, keran dan bak cuci dengan deterjen dan air panas setelah digunakan, diikuti dengan disinfektan rumah tangga, dapat menjadi langkah pencegahan disentri pada bayi.

Selain itu, hindari menggunakan handuk yang sama untuk lebih dari 1 orang.

3. Perhatikan Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi

Melansir Medical News Today, memperhatikan kebersihan makanan dan minuman juga menjadi langkah untuk mencegah disentri pada bayi.

Minumlah hanya air dari sumber yang terjamin, seperti air kemasan.

Perhatikan apakah botolnya masih disegel dengan baik, dan bersihkan bagian atasnya sebelum diminum.

Pastikan makanan yang hendak dikonsumsi benar-benar matang.

Shigellosis biasanya hilang dalam waktu seminggu atau lebih dan tidak memerlukan obat resep.

Kebanyakan penderita disentri amuba akan sakit selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Jika Moms mencurigai Si Kecil mengalami disentri amuba, penting untuk segera mendapatkan perhatian medis.

4. Imunisasi

Pencegahan disentri pada bayi lainnya yang efektif yakni dengan imunisasi.

Dalam hal ini, Si Kecil bisa mendapatkan vaksin rotavirus.

Meski vaksin rotavirus tidak dirancang untuk mencegah disentri secara langsung, vaksin rotavirus dapat membantu mencegah diare berat yang mungkin muncul selama bayi disentri.

5. Jauhkan Bayi dari Orang Sakit

Menjauhkan bayi dari orang yang sakit merupakan strategi pencegahan penting untuk menghindari penularan disentri.

Hal ini karena disentri bisa menyebar melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

Misalnya, jika seseorang yang sakit menyentuh makanan atau peralatan makan bayi tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, kuman penyebab disentri dapat dengan mudah ditransfer ke bayi.

OIeh sebab itu, penting untuk menjauhkan bayi dari orang yang sakit karena mereka memiliki sistem kekebalan yang masih berkembang dan lebih rentan terhadap infeksi.

Baca Juga: Ini Penyebab Sakit Kepala pada Bayi, Moms Perlu Catat!

Orang tua perlu memberikan perhatian ekstra terhadap kebersihan dan sanitasi lingkungan agar risiko penularan penyakit disentri pada bayi dapat dicegah.

Selain itu, selalu konsultasikan dengan tenaga medis untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Dengan penanganan yang cepat dan tepat, bayi yang terkena disentri dapat pulih dengan baik dan terhindar dari risiko dehidrasi serta komplikasi lainnya.

  • https://www.nhs.uk/conditions/dysentery/
  • https://www.cdc.gov/shigella/general-information.html
  • https://www.healthline.com/health/digestive-health/dysentery
  • https://rehydrate.org/diarrhoea/tmsdd/6med.htm
  • https://sites.kowsarpub.com/iji/articles/14703.html
  • https://parenting.firstcry.com/articles/15-easy-home-remedies-for-loose-motion-diarrhea-in-infants/
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/171193
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8542808/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.