Mengenal Erphaflam, Obat Nyeri Ampuh untuk Berbagai Keperluan
Pernahkah mengalami nyeri yang tak tertahankan? Moms mungkin akan diresepkan Erphaflam oleh dokter.
Jika ditanya Erphaflam obat untuk sakit apa, maka jawabannya bisa beragam.
Secara umum, Erphaflam adalah obat jenis OAINS (obat antiinflamasi non steroid) atau dikenal sebagai obat pereda nyeri.
Obat ini memiliki kandungan bahan aktif berupa diklofenak, ia pun tersedia dalam bentuk tablet serta gel.
Kandungan senyawa diklofenak ini bisa meredakan nyeri pada beberapa kondisi.
Misalnya, seperti nyeri haid, nyeri pascaoperasi, atau nyeri sendi akibat radang sendi (arthritis).
Yuk, ketahui lebih dalam mengenai obat Erphaflam melalui ulasan singkat berikut ini!
Baca Juga: 8 Makanan Penyebab Nyeri Sendi, Catat!
Manfaat Erphaflam
Foto: Orami Photo Stock
Diclofenac bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin, yakni zat yang memicu reaksi peradangan saat tubuh mengalami cedera atau luka.
Oleh karena itu, usai mengonsumsi obat ini, kita akan mengalami pengurangan gejala nyeri atau bengkak.
Erphaflam juga bisa digunakan untuk atasi gusi bengkak.
Ada beberapa kondisi yang dapat diobati dengan Erphaflam, di antaranya:
- Rheumatoid arthritis akut maupun kronis.
- Spondilitis ankilosa.
- Osteoarthritis.
- Nyeri dismenore (nyeri haid) primer.
- Nyeri sakit gigi.
- Nyeri pasca operasi.
- Nyeri dan peradangan pada kulit (digunakan dalam bentuk gel).
Selain itu, senyawa diklofenak yang ada di dalam obat ini memiliki efek analgesik (meredakan nyeri dan peradangan) dan antipiretik (meredakan demam).
Efek ini muncul akibat kemampuan diklofenak menghambat migrasi leukosit dan enzim siklooksigenase (COX-1 dan COX-2).
Kemudian, ini akan menyebabkan berkurangnya produksi prostaglandin sehingga mampu meredakan nyeri dan peradangan.
Baca Juga: 10 Obat Nyeri Saat Berhubungan, Bisa Dicoba Moms
Dosis dan Aturan Pakai Erphaflam
Foto: Orami Photo Stock
Berikut ini adalah dosis Erphaflam berdasarkan bentuk obat, usia pasien, dan kondisi yang akan diobati:
1. Bentuk Tablet (Oral)
Jika digunakan untuk meredakan nyeri akut dan peradangan akibat osteoarthritis, rheumatoid arthritis, atau nyeri haid, maka dosisnya:
- Dewasa: 50 mg, 2–3 kali sehari.
- Anak-anak usia >14 tahun: 25 mg, 3 kali sehari atau 50 mg, 2 kali sehari.
Jika digunakan untuk meredakan migrain akut, maka dosisnya:
- Dewasa: Dosis awal 50 mg pada serangan pertama. Namun jika migrain masih terasa setelah 2 jam, konsumsi lagi sebanyak 50 mg. Selama gejala masih ada, konsumsi obat 50 mg tiap 4–6 jam. Namun ingat, dosis maksimal hanya 200 mg per hari.
2. Bentuk Gel
Jika digunakan untuk meredakan nyeri dan peradangan, nyeri otot, nyeri sendi, keseleo,atau osteoarthritis, maka dosisnya:
- Dewasa: Oleskan 2–4 gram pada bagian yang sakit 2–4 kali sehari. Dosis maksimal 8 gram per hari. Lama pengobatan maksimal hanya 7 hari.
Untuk tablet, terdapat kandungan diclofenac potassium sebanyak 50 mg.
Sementara untuk gel, terdapat kandungan diclofenac diethylamin sebanyak 10 mg/gr.
Baca Juga: Kenali Fargetix, Obat untuk Atasi Beragam Nyeri di Tubuh
Aturan Pakai
Ada beberapa aturan yang harus diikuti agar tidak mengalami efek samping, yaitu:
- Jika mendapatkannya dalam bentuk tablet, gunakanlah obat ini setelah atau bersamaan dengan makanan untuk menghindari efek samping pada pencernaan.
- Pastikan untuk selalu mengikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
- Gunakan antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Pastikan mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.
- Jika ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya. Namun, ini diperbolehkan jika dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih.
- Moms tidak boleh menggandakan dosis Erphaflam pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.
- Jika digunakan dalam bentuk gel, gunakan pada area yang sakit dan meradang dan segera cuci tangan setelah menggunakan obat ini.
Efek Samping Erphaflam
Foto: Orami Photo Stock
Secara umum, obat ini bisa ditoleransi dengan baik oleh tubuh.
Namun, ada efek samping yang perlu diperhatikan, antara lain:
- Sangat mungkin terjadi retensi cairan dan natrium yang ditandai pembengkakan pada tungkai atau lengan atau wajah.
- Meningkatnya tekanan darah.
- Meningkatkan risiko hiperkalemia.
- Diskrasia darah atau kelainan pada plasma darah.
- Nyeri dada.
- Kreatitis pada mata.
- Sakit kepala dan pusing.
- Mengantuk.
- Nyeri perut, mual, dan muntah.
Selain itu, penggunaan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan overdosis.
Gejalanya dapat berupa:
- Peningkatan tekanan intrakarnial.
- Depresi pernapasan.
- Kehilangan kesadaran.
Apabila terjadi, segera bawa pengidapnya ke unit kesehatan terdekat agar mendapatkan pertolongan tepat sesegera mungkin.
Baca Juga: Pregabalin, Obat untuk Mengatasi Berbagai Nyeri Saraf
Hal Lain yang Perlu Diperhatikan
Ingat ya Moms, tidak semua orang boleh menggunakan obat ini.
Ada beberapa kondisi yang tidak diperbolehkan menggunakan obat ini, yaitu:
- Orang dengan riwayat hipersensitivitas/alergi terhadap diklofenak atau jenis OAINS lainnya.
- Pengidap tekanan darah tinggi, asma, stroke, tukak lambung, anemia, gangguan fungsi ginjal dan hati, masalah pembekuan darah serta ibu hamil.
Selain itu, sebelum dan selama menggunakan obat ini, perhatikan hal-hal dibawah ini:
- Sampaikan pada dokter atau apoteker jika mengalami reaksi alergi saat menggunakan obat ini atau jenis obat OAINS.
- Hati-hati penggunaan obat ini pada pengidap tukak lambung, perforasi dan pendarahan saluran cerna, dehidrasi, asma, PPOK, gangguan fungsi ginjal dan hati ringan, serta menderita infeksi pada mata.
- Hindari juga penggunaan jangka panjang untuk meredakan nyeri migrain.
Penggunaan untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Foto: Orami Photo Stock
Bahan aktif Erphaflam ini berupa diclofenac yang telah digolongkan dalam obat kategori C untuk ibu hamil.
Sementara untuk sediaan topikal (gel), ia masuk kategori B untuk sediaan diclofenac 3%.
Nah, untuk obat kategori C berarti studi pada hewan percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin dan belum ada studi terkontrol pada wanita, atau studi terhadap wanita dan hewan percobaan tidak dapat dilakukan.
Oleh karena itu, penggunaan sediaan tablet Erphaflam selama masa kehamilan sebaiknya dihindari.
Sementara untuk penggunaan gel, ia dianggap cukup aman asalkan tidak digunakan dalam area kulit yang luas dan dalam jangka waktu yang lama.
Selain itu, bahan aktif dalam obat ini juga diketahui dapat masuk dan mengontaminasi ibu menyusui dan berpotensi mengganggu kesehatan bayi yang menyusu.
Oleh karena itu penggunaannya selama masa menyusui sebaiknya dihindari.
Itulah beberapa informasi terkait Erphaflam.
Jadi, pastikan mendiskusikannya dengan dokter sebelum mengonsumsinya, ya!
- https://www.drugs.com/diclofenac.html
- http://www.mims.com/indonesia/drug/info/diclofenac?mtype=generic
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.