Wanita Rentan Alami Gangguan Stres Pasca Trauma, ini Penjelasannya!
Trauma terjadi akibat peristiwa traumatis seperti, pelecehan fisik, psikologis, seksual, terorisme, perang, kekerasan, kecelakaan dan bencana alam.
Semua peristiwa traumatis itu bisa menyebabkan stres serius dan konsekuensi yang merugikan bagi para penyintas dan keluarganya
Sekitar 50 persen dari semua individu dilansir oleh American Pregnancy Associations, pasti memiliki satu peristiwa traumatis di hidupnya.
Meskipun sebagian besar individu bisa menyerap trauma dari waktu ke waktu, banyak pula yang selama tapi akan mengalami masalah jangka panjang.
Sebanyak 8 persen dari orang yang melalui peristiwa traumatis akan mengalami gangguan stres pasca trauma (PTSD).
Banyak orang hidup dengan PTSD akan mengalami gejala kronis dan parah, seperti mimpi buruk, insomnia, gangguan somatik, kesulitan berhubungan intim, ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa malu, agresi, perilaku bunuh diri, kehilangan kepercayaan dan isolasi.
Baca Juga: Mengenal Post-Engagement Anxiety, Keraguan untuk Menikah setelah Bertunangan
Wanita Paling Berisiko PTSD
Foto: shutterstock.com
Penelitian yang dilansir oleh womenshealth.com, menunjukkan wanita dua kali lebih berisiko mengembangkan PTSD, mengalami gejala pasca trauma yang lebih lama dan lebih banyak mengalami rangsangan yang mengingatkan peristiwa traumatis.
Meskipun wanita berisiko lebih besar dengan konsekuensi negatif setelah kejadian traumatis. Tapi, banyak pulang yang ragu mencari perawatan kesehatan mental.
Kebanyakan orang yang selamat justru menunggu bertahun-tahun untuk mendapat bantuan mental. Sedangkan yang lain tidak pernah menerima perawatan mental sama sekali.
Padahal gejala pasca trauma yang tidak diobati bisa menyebabkan masalah kesehatan mental luar biasa dan berdampak buruk pada kesehatan fisik.
Perempuan yang selamat mungkin mengalami gejala fisik termasuk sakit kepala, masalah pencernaan dan disfungsi seksual.
Adapun pengobatan yang efektif untuk wanita dengan PTSD termasuk terapi kognitif-perilaku, perawatan kelompok, farmakoterapi dan intervensi psikodinamik.
Baca Juga: Kardiomiopati Postpartum, Penyakit Jantung Setelah Melahirkan
Penyebab PTSD Besar pada Wanita
Foto: shutterstock.com
Sejumlah penelitian mengenai gangguan pasca-trauma dilansir oleh Nami.Org, telah menunjukkan perempuan dua kali lebih mungkin mengalami PTSD daripada laki-laki. Hal ini mungkin dipicu oleh beberapa faktor penyebab.
Jenis Trauma
Wanita lebih rentan mengalami gangguan stres pasca-trauma, karena wanita mengalami jenis trauma tertentu dengan risiko PTSD jauh lebih tinggi.
Pria cenderung menghadapi trauma seperti serangan fisik, kecelakaan, bencana, pertempuran atau melihat kematian dan cedera. Sedangkan, perempuan lebih rentan mengalami peristiwa traumatis sepeti pemerkosaan, kekerasan seksual dan pelecehan seksual.
Sebuah studi menemukan efek kekerasan seksual sangat merusak mental, sehingga 94 persen perempuan yang menjadi korban mengalami gejala PTSD dalam dua minggu pertama setelah kejadian.
Budaya dan Peran Gender
Selain jenis trauma, peran budaya dan gender juga termasuk faktor yang berkontribusi terhadap tingginya prevalensi PTSD di kalangan perempuan.
Studi menemukan bahwa kejadian PTSD lebih jelas di masyarakat yang menekankan peran gender tradisional (pria memiliki lebih banyak kekuatan sosial daripada wanita), karena wanita dalam jenis budaya ini merasa lebih rentan secara emosional.
Baca Juga: Trauma Setelah Hadapi Perceraian, Mungkinkah Mengalami PTSDS?
Gejala PTSD pada Wanita Berbeda dengan Pria
Foto: shutterstock.com
Wanita dengan PTSD cenderung mengalami banyak gejala daripada pria. Berikut ini gejala yang mungkin dialami wanita seperti yang dilansir oleh Women's Health.
- Mudah kaget
- Memiliki lebih banyak kesulitan merasakan emosi atau merasa mati rasa
- Merasa tertekan dan cemas
Wanita biasanya juga memiliki gejala PTSD lebih lama daripada pria (rata-rata, 4 tahun vs 1 tahun) sebelum diagnosis dan pengobatan.
Sebanyak 5 wanita dengan PTSD cenderung memiliki masalah dengan alkohol atau obat-obatan setelah trauma.
Wanita maupun pria yang menderita PTSD juga bisa mengalami masalah kesehatan fisik.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.