Hati-Hati! Ini 7 Tanda Seseorang Kecanduan Seks
Dalam istilah medis, kecanduan seks ini dikenal dengan istilah perilaku seks kompulsif (Compulsive Sexual Behavior/CSB). Kecanduan seks berbeda dengan kegemaran menikmati hubungan seksual. Kecanduan seks biasanya tidak melibatkan keintiman.
Saat seseorang sudah kecanduan seks, sebagian besar waktunya, digunakan untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seks, hingga di luar batas dan kontrolnya. Apakah wanita juga bisa mengalami kecanduan seks?
Jawabnya, iya! Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di Sexual Addiction & Compulsivity, para peneliti dari West Chester University menemukan bahwa kecanduan seks pada wanita disebabkan karena adanya keinginan sangat dalam untuk memiliki ikatan dan hubungan dengan orang lain.
Seseorang bisa kecanduan seks karena sex drive-nya yang terlalu tinggi. Sex drive yang berakhir pada obsesi seks ini nantinya dapat membuat orang tersebut serasa tidak bisa hidup tanpa seks.
Seks diibaratkan sebagai makanan yang harus dikonsumsi setiap harinya dan tanpanya, orang tersebut tidak bisa menjalani hari-harinya dengan normal. Oleh karena itu mereka membutuhkan semacam terapi atau perawatan. Mari simak apa sajakah tanda-tandanya seseorang yang menderita kecanduan seks (sex addiction)?
Baca Juga: Hamil Muda Boleh Berhubungan Seks?
1. Sebagian Besar Waktunya Hanya Memikirkan Aktivitas Seksual
Waktu produktif pecandu seks banyak yang terbuang untuk melakukan kegiatan lain yang ada hubungannya dengan seksual. Mulai dari sekadar membicarakan seks dengan rekan kerja, browsing, menonton video porno, bahkan melakukan aktivitas seksual.
Mereka terobsesi pada sesuatu yang tertuju pada kegiatan seks mereka. Memikirkan tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya, kapan itu akan terjadi, bagaimana mereka akan menyembunyikan itu, dan sebagainya.
Bila hal-hal tersebut menjadi satu-satunya perhatiannya, bahkan pada waktu atau tempat yang tidak memungkinkan, inilah yang perlu diwaspadai.
2. Dorongan Seks yang Kuat
Mereka biasanya tidak berdaya membendung dorongan yang kuat untuk melakukan aktivitas seksual. Serta ditandai dengan adanya dorongan yang kuat untuk melakukan masturbasi diluar batas kewajaran. Mereka tidak punya kontrol atas keinginan itu. Walaupun mereka ingin menghentikannya.
3. Menjalani Dua Kehidupan
Pecandu seks biasanya seringkali menutupi aktivitasnya dengan kebohongan karena tidak dapat mengontrol keinginannya untuk mendapatkan apa yang menjadi fantasinya bila hal tersebut tidak dapat didapatkan dari pasangannya.
Misalnya sering melakukan cybersex dengan menggunakan telepon atau media online, sering datang ke tempat-tempat prostitusi, berkencan dengan banyak pasangan dan bertujuan untuk bercinta dengan mereka semua, melakukan one night stand, dll.
4. Tidak Menyukai Sesi Bercinta yang Normal
Sesi bercinta yang lazim dilakukan rata-rata pasangan tidak membuatnya puas. Ia menginginkan kehidupan seksual seperti layaknya tayangan video porno dengan berbagai genre.
Ia terpaku pada angka-angka, seperti berapa kali posisi seks yang pernah dilakukan, atau berapa kali ia ingin mencapai orgasme dalam semalam dan memiliki hasrat untuk melakukan kekerasan seksual.
Baca Juga: 3 Langkah untuk Kehidupan Seks yang Berkualitas
5. Sering Menjauhkan Diri
Ketika ingin berhubungan seksual, ia begitu mendambakan sesi yang hebat. Namun usai bercinta dengan pasangannya, ia akan dilanda rasa bersalah karena telah terlibat secara fisik dengan pasangan tersebut. Ia pun akan segera menjauhkan diri, karena khawatir dengan dorongan yang terus berulang, yang tak mampu diatasinya.
6. Tidak Peduli dengan Konsekuensi
Pecandu seks akan mengambil risiko apa pun untuk menikmati kesenangan seksual. Ia akan melakukan phone sex, melakukan hubungan dengan PSK, voyeurisme, atau eksibionisme. Seorang sex addict sadar bahwa tindakannya melanggar kesusilaan, namun dorongan untuk seks membuatnya mengabaikan kekhawatiran itu.
Menjadi seorang pecandu seks bukan berarti tidak bisa diatasi. Dengan bantuan psikolog dan terapi yang tepat, perilaku seks kompulsif ini akan bisa diredam.
(ARK)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.