Historiografi Tradisional: Pengertian, Ciri, dan Contohnya
Historiografi tradisional adalah cabang ilmu sejarah yang telah menjadi landasan utama bagi pemahaman sejarah dalam berbagai budaya dan masyarakat di seluruh dunia.
Salah satu ciri khas historiografi tradisional adalah fokusnya pada narasi berurutan peristiwa sejarah yang memungkinkan pembaca untuk mengikuti perkembangan sejarah secara kronologis.
Sumber-sumber tertulis seperti catatan harian, dokumen resmi, dan kronik sering digunakan sebagai basis utama dalam penyusunan narasi ini.
Metode ini juga sering memusatkan perhatian pada peristiwa besar, tokoh-tokoh penting, dan negara atau kerajaan sebagai aktor utama dalam perjalanan sejarah.
Baca Juga: 14 Tradisi Jawa Tengah yang Masih Dilakukan hingga Kini
Pengertian Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman kerajaan Hindu-Buddha hingga kerajaan Islam di Indonesia.
Mengutip dari buku Historiografi Islam (2018), historiografi tradisional adalah karya tulis sejarah yang dibuat oleh para pujangga dari suatu kerajaan, baik kerajaan Hindu-Buddha, hingga kesultanan bercorak Islam tempo dulu yang pernah ada di Indonesia.
Melansir dari Culturahistorica, dalam pengertian ini, historiografi secara langsung terletak pada bagaimana sejarawan telah memilih, menangkap, dan mewakili beberapa peristiwa dan proses masa lalu dalam pekerjaan mereka.
Dalam setiap kerajaan, akan selalu ada orang yang ditugaskan untuk menjadi pujangga atau sejarawan. Mereka bertugas mencatat semua peristiwa yang terjadi selama masa kerajaan.
Hasil karya tulis ini yang kemudian kita kenal sebagai historiografi.
Ciri khas utama dari historiografi tradisional adalah fokusnya pada kronologi, di mana peristiwa-peristiwa sejarah disajikan dalam urutan waktu yang kronologis.
Selain itu, pendekatan ini sering mengadopsi narasi berurutan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa tersebut, memungkinkan pembaca untuk mengikuti perkembangan sejarah dari masa ke masa.
Meskipun telah ada perkembangan dan variasi dalam cara sejarah ditulis, historiografi tetap memberikan wawasan penting.
Hal ini tentang bagaimana manusia mencatat dan memahami masa lalu, dengan fokus pada negara atau kerajaan sebagai aktor utama dalam perjalanan sejarah.
Baca Juga: Kisah Kerajaan Perlak, Kesultanan Islam Tertua di Nusantara
Ciri-Ciri Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional di Indonesia memiliki beberapa ciri khas yang mencakup:
- Subyektif: Historiografi tradisional cenderung bersifat subyektif karena sering kali dibentuk oleh penulis atau penguasa dengan mempertimbangkan kepentingan mereka sendiri.
- Media Tulisan Alami: Sumber-sumber historiografi tradisional menggunakan media tulisan alami seperti prasasti batu, daun lontar, kulit binatang, kertas, dan lainnya.
- Penekanan pada Silsilah dan Garis Keturunan: Ciri khas lainnya adalah penekanan kuat pada silsilah dan garis keturunan penguasa sebagai aspek penting dalam narasi sejarah.
- Kurangnya Struktur Kronologis dan Elemen Biografi: Struktur kronologis yang kuat sering kali kurang dalam historiografi tradisional, dan elemen biografi sering diabaikan.
- Fokus pada Kerajaan dan Kehidupan Penguasa: Historiografi tradisional cenderung fokus pada kerajaan, kehidupan penguasa, dan sering kali memiliki tendensi untuk membesar-besarkan kualitas penguasa dan pengikut mereka.
- Dibuat oleh Penyair Istana: Banyak dari sejarah ini diciptakan oleh penyair istana dengan tujuan untuk melegitimasi penguasa atau raja yang berkuasa pada waktu itu.
- Unsur Religius atau Magis: Sumber-sumber ini sering kali mencakup unsur religius atau magis, seperti mitos atau kepercayaan, yang digunakan untuk memperkuat klaim atau status penguasa.
- Fokus Regional atau Lokal: Historiografi tradisional cenderung memiliki fokus regional atau lokal, menekankan pentingnya area atau wilayah tertentu dalam sejarahnya.
Dengan ini, historiografi tradisional Indonesia memberikan pandangan yang unik tentang cara sejarah direkam, dipahami, dan disajikan dalam konteks budaya dan masyarakat tradisional di Indonesia.
Baca Juga: Candi Cetho, Candi Bercorak Agama Hindu di Jawa Tengah Peninggalan Kerajaan Majapahit
Kelebihan dan Kelemahan Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional memiliki sejumlah kelebihan dan kelemahan yang perlu kita ketahui:
Kelebihan:
- Merekam dan Mewariskan Sejarah Dinasti
Salah satu kelebihan utama historiografi tradisional adalah kemampuannya untuk merekam dan mewariskan sejarah dinasti atau penguasa yang berkuasa kepada generasi berikutnya.
Ini berarti informasi tentang garis keturunan, prestasi, dan periode pemerintahan dapat dilestarikan.
- Memberikan Legitimasi
Karya-karya historiografi tradisional sering digunakan untuk memberikan legitimasi kepada raja atau penguasa yang sedang bertahta.
Mereka menciptakan narasi yang mendukung klaim atas tahta dan memperkuat status penguasa.
Kelemahan:
- Tidak Objektif
Historiografi tradisional sering kali tidak objektif karena diciptakan oleh para pujangga di kalangan kerajaan. Mereka memiliki kepentingan untuk memuji penguasa yang berkuasa, sehingga sejarah yang mereka tulis sering memiliki bias.
- Keterbatasan Sumber
Pendekatan ini cenderung mengandalkan satu sumber atau perspektif tunggal dalam penulisan sejarah. Ini berarti informasi yang diberikan mungkin tidak lengkap atau bahkan bias.
- Ignoransi terhadap Fakta yang Tidak Sesuai
Historiografi tradisional sering mengabaikan fakta-fakta atau peristiwa yang tidak sesuai dengan kepentingan raja atau penguasa yang berkuasa saat itu.
Hal ini dapat menghasilkan narasi yang tidak lengkap atau menyembunyikan sisi-sisi gelap sejarah.
- Ketidaksetaraan Perhatian pada Kelas Sosial
Historiografi tradisional cenderung lebih fokus pada kehidupan bangsawan dan penguasa daripada pada kehidupan rakyat biasa.
Ini menghasilkan ketidakseimbangan dalam pemahaman sejarah sosial dan ekonomi.
Dengan memahami kelebihan dan kelemahan historiografi tradisional, kita dapat menghargai sifatnya yang bersifat subjektif.
Ini sekaligus memahami pentingnya melibatkan berbagai sumber dan perspektif dalam penulisan sejarah yang lebih komprehensif.
Baca Juga: Patung GWK di Bali: Sejarah, Makna, dan Keunikannya
Contoh Historiografi Tradisional
Berikut beberapa contoh historiografi tradisional, yakni:
1. Negarakertagama oleh Mpu Prapanca
Salah satu karya terkenal dalam historiografi tradisional Indonesia.
Negarakertagama ditulis oleh Mpu Prapanca dan merupakan sebuah naskah sastra yang menggambarkan kerajaan Majapahit dan wilayah-wilayah sekitarnya pada abad ke-14.
Karya ini memberikan pandangan yang berharga tentang sejarah dan budaya Majapahit.
2. Babad Tanah Jawi
Babad Tanah Jawi adalah sejenis kronik sejarah yang mengisahkan perkembangan dan peristiwa di Jawa.
Karya ini sering kali berfokus pada aspek-aspek sejarah Jawa, termasuk peristiwa-peristiwa penting dan garis keturunan penguasa.
3. Serat Centhini
Serat Centhini adalah sebuah naskah sastra yang menggambarkan kehidupan dan budaya Jawa.
Selain sebagai sumber sejarah, karya ini juga mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari dan kepercayaan tradisional masyarakat Jawa.
4. Bustanussalatin
Bustanussalatin atau Bustan al-Salatin adalah sebuah karya sejarah yang berasal dari abad ke-17 yang menggambarkan sejarah dan peristiwa-peristiwa di Kesultanan Aceh.
Karya ini memberikan wawasan yang berharga tentang perkembangan Aceh sebagai kerajaan maritim yang kuat.
Karya-karya ini merupakan bagian penting dari warisan budaya Indonesia yang mencerminkan cara sejarah dipahami, diceritakan, dan dilestarikan dalam konteks budaya dan masyarakat tradisional.
Baca Juga: Intip Sejarah Nusa Penida yang Jarang Diketahui Orang
Demikian penjelasan tentang historiografi tradisional. Semoga dapat menambah wawasan, ya!
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.