Jadwal Imunisasi Dasar Usia 0-18 Tahun Menurut Kemenkes
Melakukan imunisasi dasar adalah hal penting bagi bayi, karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum terbentuk sempurna.
Terdapat imunisasi lengkap yang dianjurkan oleh Kemenkes (Kementerian Kesehatan Indonesia) untuk bayi di usia tertentu.
Waktu dan cara pemberiannya pun berbeda. Ada yang dimulai dari baru lahir, atau setelah berusia beberapa bulan.
Nah, agar tidak salah jadwal pemberian vaksin dasar, mari cari tahu lebih lanjut di bawah ini, Moms!
Baca Juga: Hari Polio Sedunia 2022: Yuk, Berikan Imunisasi Polio pada Anak Sesuai Jadwalnya!
Apa Itu Imunisasi Dasar?
Terdapat imunisasi dasar yang wajib diberikan kepada anak ketika usianya sudah mencukupi.
Imunisasi dasar yang dimaksud, yaitu campak, MMR (Measles, Mumps, Rubella), polio, BCG, DTP, dan Hepatitis B.
Adanya program ini tidak serta-merta berarti bahwa Moms tak perlu memberikan Si Kecil imunisasi untuk penyakit lainnya.
Pada dasarnya, imunisasi dasar adalah tindakan yang berdasar pada komitmen seluruh dunia untuk memberantas penyakit-penyakit tersebut.
Oleh karena itu, imunisasi dasar diberlakukan di hampir setiap negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Vaksin HPV untuk Cegah Kanker Serviks jadi Vaksin Wajib, Seberapa Penting?
Perbedaan Imunisasi dan Vaksinasi
Apakah ada perbedaan antara imunisasi dan vaksinasi?
Sebenarnya, imunisasi merujuk pada proses saat seseorang menjadi kebal terhadap suatu infeksi atau penyakit tertentu.
Salah satu cara imunisasi adalah dengan melakukan vaksinasi atau pemberian vaksin.
Namun, imunisasi tidak hanya dapat dilakukan dengan vaksinasi, tetapi juga dari paparan terhadap penyakit atau infeksi terkait.
Terlepas dari itu, istilah imunisasi dan vaksinasi memiliki pengertian yang serupa. Mulai saat ini, tidak perlu bingung lagi, ya, Moms.
Meski menggunakan kata yang berbeda, vaksinasi dan imunisasi sama-sama bertujuan untuk membuat Si Kecil kebal terhadap penyakit atau infeksi tertentu.
Baca Juga: 7 Cara Mencegah Penyakit Polio Sejak Dini Selain dengan Vaksinasi
Jadwal Imunisasi Dasar
Tidak sedikit Moms yang bertanya-tanya tentang imunisasi lengkap yang wajib diberikan kepada Si Kecil dan jadwalnya.
Dr. dr. Matheus Tatang Puspanjono, Sp.A, Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya menjelaskan bahwa sebenarnya semua imunisasi itu penting.
"Tetapi, memang ada beberapa yang dianggap sebagai imunisasi wajib dan bisa diperoleh di fasilitas-fasilitas kesehatan, seperti Posyandu dan Puskesmas," jelasnya.
"Jenis vaksinasi di luar imunisasi dasar yang sebaiknya diberikan, misalnya varisela, influenza, hepatitis A, tifoid, dan Japanese Encephalitis (khusus penduduk daerah endemis, seperti Pulau Jawa dan Bali)," katanya.
Berikut jadwal imunisasi dasar yang perlu dilengkapi menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI):
- Bayi berusia kurang dari 24 jam: Imunisasi Hepatitis B (HB-0)
- Bayi usia 1 bulan: BCG dan Polio 1
- Bayi usia 2 bulan: DPT-HB-Hib 1, Polio 2, dan Rotavirus
- Bayi usia 3 bulan: DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3
- Bayi usia 4 bulan: DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV atau Polio suntik, dan Rotavirus
- Bayi usia 9 bulan: Campak atau MR
Jadwal imunisasi di atas menjadi yang perlu diberikan untuk anak guna meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya agar mampu melawan penyakit.
Namun, menurut dr. Matheus, Kemenkes dan IDAI mengingatkan bahwa memberikan imunisasi dasar lengkap saja tidaklah cukup.
Anak juga harus sangat dianjurkan untuk melakukan imunisasi rutin. Hal ini dilakukan dengan melanjutkan jadwal imunisasi dasar dengan imunisasi lanjutan.
Baca Juga: Anak di Aceh Mengidap Polio, Yuk Ketahui Pentingnya Vaksin Polio untuk Pencegahan Moms!
Jenis-Jenis Imunisasi Dasar untuk Si Kecil
Ada beberapa jenis imunisasi dasar yang perlu dilengkapi anak usia 0-18 tahun.
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2020, berikut jadwal dan aturan lengkap dari imunisasi dasar:
1. Campak
Jadwal imunisasi campak adalah sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berusia 9 bulan, 18 bulan, dan antara 6 -7 tahun.
Namun, perlu diketahui bahwa anak tidak perlu imunisasi campak yang kedua (saat berusia 18 bulan), jika sebelumnya telah mendapatkan imunisasi MMR.
Vaksin campak ini mengandung virus hidup yang dilemahkan.
Diberikan dengan dosis sebanyak 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atau paha pada usia 9-11 bulan.
2. MMR (Measles, Mumps, Rubella)
MMR adalah imunisasi yang digunakan untuk penyakit campak (measles), penyakit gondok (mumps), dan rubella.
Jadwal imunisasi MMR adalah sebanyak 2 kali, yaitu pada saat anak berusia 15 bulan dan 5 tahun.
Anak yang belum mendapatkan imunisasi campak pada usia 12 bulan dapat diberikan imunisasi MMR.
Jika anak telah diberikan imunisasi campak pada usia 9 bulan, anak dapat diberikan imunisasi MMR saat anak berusia 15 bulan (dengan minimal interval 6 bulan).
3. Polio
Jadwal imunisasi polio adalah sebanyak 5 kali, yaitu pada saat anak baru lahir sampai berusia 1, 2, 3, 4, dan 18 bulan.
Untuk imunisasi polio, terdapat 2 jenis vaksin, yaitu vaksin oral dan vaksin suntik.
Cara pemberian vaksin oral diteteskan ke dalam mulut dan vaksin suntik disuntikkan pada anak.
Apabila diberikan secara minum, yakni berupa 1 dosis (dua tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Vaksin polio ini mengandung suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 yang sudah dilemahkan.
Sementara itu, vaksin suntik akan diberikan di lengan dan diberikan dengan dosis 0,5 ml.
Baca Juga: Vaksin Prevenar Untuk Bayi, Apa Fungsinya?
4. BCG (Bacillus Calmette-Guérin)
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin).
Jadwal imunisasi BCG adalah 1 kali, yaitu saat anak baru lahir sampai berusia sebelum 3 bulan.
Termasuk dalam imunisasi dasar, ini optimal diberikan pada usia 2 bulan.
Jika anak ingin diberikan imunisasi BCG di atas 3 bulan, maka anak perlu melakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.
Uji tuberkulin digunakan untuk mengetahui apakah ada infeksi kuman TB (Tuberkulosis) atau tidak.
Dosis pemberian vaksin BCG adalah 0,5 ml sebanyak 1 kali.
Cara pemberiannya dengan disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
5. DTP (Diphtheria, Tetanus, Pertussis)
Vaksin DTP digunakan untuk penyakit difteri, tetanus, dan pertusis.
Jadwal imunisasi DTP adalah sebanyak 7 kali, yaitu saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, 5 tahun, 10 sampai 12 tahun, dan 18 tahun.
Dosis pemberiannya berupa 0,5 ml dan disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas.
6. Hepatitis B
Seperti dengan namanya, vaksin ini berfungsi untuk mencegah penyakit hepatitis B.
Jenis vaksin ini mengandung virus recombinant yang sudah tidak aktif dan bersifat non-infectious.
Melansir dari Buku Ajar Imunisasi yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ada tata cara pemberian vaksin dasar untuk anak.
Jadwal imunisasi hepatitis B adalah sebanyak 4 kali, yaitu saat anak baru lahir, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Vaksin hepatitis B pertama efektif diberikan 12 jam setelah anak lahir.
Pemberian dosisnya sebesar 0,5 ml dan diberikan secara suntik pada anterolateral paha.
Baca Juga: 7 Fakta Vaksin Johnson & Johnson, Cukup Sekali Suntik!
Efek Samping Imunisasi
Secara umum efek samping dari imunisasi hanya bersifat ringan, bahkan beberapa orang tidak merasakan efek sedikit pun.
Timbulnya efek samping sangat jarang terjadi.
Namun, bagi beberapa orang mungkin akan mengalami beberapa gejala berikut ini:
- Kelemahan otot
- Demam ringan hingga demam tinggi
- Gangguan tidur
- Nyeri, kemerahan, atau bengkak di bekas suntikan
- Kelelahan
- Hilang ingatan
- Kelumpuhan otot total pada area tubuh tertentu
- Kehilangan pendengaran atau penglihatan
- Kejang
- Nyeri sendi di dekat tempat suntikan
Baca Juga: 45 Lokasi Vaksin COVID-19 di Tangerang Raya Mei 2022, Tersedia Vaksin Booster!
Pentingnya Pemberian Imunisasi Dasar
Pada awal kehidupan anak, sebenarnya terdapat tameng pelindung terhadap serangan penyakit yaitu antibodi.
Antibodi adalah protein yang dibuat oleh tubuh untuk melawan penyakit yang diberikan oleh sang ibu sebelum lahir.
Saat bayi diberi ASI (Air Susu Ibu), saat itu juga antibodi diberikan kepada Si Kecil.
Namun, perlindungan ini bersifat sementara, untuk itulah imunisasi dibutuhkan.
Imunisasi memiliki manfaat penting yang berperan untuk memberikan kekebalan tubuh lebih kepada Si Kecil guna melawan penyakit-penyakit.
Berdasarkan penelitian di jurnal Pharmacy and Therapeutics, anak yang diimunisasi dapat menurunkan risiko terkena campak hingga 99%.
Di Indonesia sendiri, sosialisasi mengenai pentingnya imunisasi untuk anak gencar dilakukan.
Dengan melakukan imunisasi, anak bukannya tidak akan terjangkit penyakit tersebut, namun gejala yang dialami atau efeknya akan lebih ringan.
Baca Juga: Imunisasi BCG untuk Bayi: Usia Ideal, Efek Samping, dan Biayanya
Di tengah kondisi pandemi COVID-19, banyak orang tua khawatir jika harus membawa anaknya melakukan imunisasi di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Padahal, di tengah situasi seperti ini, penting bagi anak mendapatkan vaksin yang dibutuhkan.
Hal tersebut untuk menjaga fungsi kekebalan tubuh, sehingga lebih optimal dalam menangkal virus maupun bakteri penyebab penyakit.
Namun, sayang, masih banyak pendapat yang salah mengenai imunisasi anak di masa pandemi.
Akibatnya, sebagian orang tua memilih untuk melewatkan jadwal vaksinasi si buah hati.
Padahal, perilaku tersebut bisa membuat Si Kecil lebih rentan terserang penyakit berbahaya, lho, Moms!
Mitos dan Fakta Seputar Vaksinasi Anak
Moms khawatir vaksinasi pada anak dapat menyebabkan efek samping berbahaya?
Jangan lagi, ya. Hal tersebut akan diluruskan oleh dr. Caessar Pronocitro, Dokter Spesialis Anak dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, dalam webinar “Pentingnya Vaksinasi untuk Anak”.
Berikut ini fakta dan mitos seputar vaksinasi untuk anak:
1. Vaksinasi Dapat Menyebabkan Autisme
Masih banyak masyarakat yang percaya bahwa vaksinasi dapat menyebabkan autisme. Padahal, pernyataan tersebut hanyalah mitos belaka.
“Berbagai penelitian lain yang lebih akurat dan melibatkan sampel lebih besar membuktikan bahwa tidak ada kaitan vaksin MMR dengan autisme,” jelas dr. Caessar.
Menurutnya, kemungkinan yang terjadi adalah usia pemberian vaksin MMR (sekitar 1 tahun) bertepatan dengan usia di mana gejala-gejala autisme mulai tampak.
Oleh karena itu, kedua hal tersebut seolah-olah tersebut berkaitan. Padahal, kenyataannya, tidak demikian.
2. Hanya Beberapa Vaksin yang Penting Diberikan pada Anak
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa anak tidak wajib menerima semua vaksin dan hanya beberapa vaksin untuk penyakit umum saja yang harus diberikan.
Padahal menurut dr. Caessar, masing-masing vaksin memiliki kemampuan untuk mencegah penyakit yang berbeda.
“Contohnya ada vaksin untuk Hepatitis B, BCG, polio, DPT kombo, dan campak. Namun, bukan berarti vaksin lain tidak penting,” jelas dr. Caessar.
Adapun vaksin lainnya, yaitu vaksin rotavirus yang bermanfaat dalam mencegah diare akibat rotavirus.
Ini dapat membantu meringankan diare pada anak, di mana diare adalah penyebab kematian balita nomor 2 di Indonesia.
3. Vaksin Tidak Boleh Diberikan pada Anak dengan Kondisi Tertentu
Kondisi yang dimaksud di sini adalah saat anak sedang mengalami batuk, pilek, atau sedang mengonsumsi obat tertentu.
Dokter Caessar menjelaskan bahwa kondisi batuk pilek ringan tanpa demam bukanlah kontraindikasi untuk vaksinasi.
Begitu juga dengan sebagian besar obat-obatan, termasuk antibiotik, tidak mempengaruhi potensi vaksin.
Terlebih lagi, sebelum melakukan vaksinasi, dokter pasti akan melakukan pemeriksaan terhadap kondisi anak guna memastikan keamanan.
Baca Juga: 6 Tips Efektif Mengatasi Demam Setelah Imunisasi pada Anak
4. Vaksin Tidak Boleh Diberikan Jika Sudah Lewat Jadwalnya
Mitos tentang vaksin inilah yang sering menghampiri para orang tua.
Disebutkan bahwa vaksin tidak dapat diberikan apabila sudah terlambat dari jadwal.
Vaksin tetap dapat diberikan apabila terlambat. Terlebih jika anak belum memiliki kekebalan dari vaksin tersebut.
"Lalu pemberian vaksin yang sifatnya serial tidak perlu mengulang dari awal apabila ada yang terlambat,” tutupnya.
Baca Juga: Sudah Imunisasi di Luar Negeri, Perlukah Anak Imunisasi Ulang Ketika Pulang ke Indonesia?
Sangat penting untuk memenuhi imunisasi dasar kepada Si Kecil guna mendukung tumbuh kembang optimalnya.
Selain imunisasi dasar, Moms juga bisa memberikan Si Kecil imunisasi pelengkap agar Si Kecil tumbuh sehat dan kuat, serta tidak rentan terserang penyakit.
Jadi, sudahkah Moms mencatat jadwalnya? Jangan sampai terlewat, ya, Moms!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4927017/
- https://www.healthline.com/health/vaccinations#if-we-stopped
- https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
- http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.