26 November 2024

Imunisasi IPV: Jenis, Aturan, Manfaat, dan Efek Sampingnya

Simak juga siapa yang tidak boleh mendapatkan vaksin ini

Polio adalah penyakit menular yang dulu sempat menggemparkan dunia, tetapi kini Moms dapat mencegahnya dengan imunisasi IPV.

Penyakit ini berbahaya karena dapat menyebabkan kelumpuhan hingga mengancam nyawa penderitanya. Pencegahan adalah langkah terbaik untuk melindungi Si Kecil dari risiko polio.

"Inilah mengapa vaksin polio termasuk dalam imunisasi wajib untuk anak," jelas Dr. Matheus Tatang Puspanjono, Sp.A, Dokter Spesialis Anak RS Pondok Indah – Pondok Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Yuk, cari tahu lebih lanjut serba-serbi vaksinasi IPV untuk mencegah polio pada anak dan orang dewasa!

Baca Juga: Bahayakah Minum Susu setelah Minum Obat? Ini Kata Dokter!

Sejarah Penyakit Polio

Vaksin Anak
Foto: Vaksin Anak (Freepik.com/freepik)

Polio telah ada sejak zaman kuno dan sempat menjadi penyakit berbahaya yang mematikan di masa itu.

Wabahnya yang paling luas terjadi pada paruh pertama tahun 1900-an, sampai akhirnya vaksin polio diperkenalkan pada tahun 1955.

Pada puncak epidemi polio di tahun 1952, hampir 60.000 kasus dengan lebih dari 3.000 kematian terjadi di Amerika Serikat.

Namun, dengan dikeluarkannya anjuran vaksinasi IPV, penyakit polio telah dieliminasi di Amerika Serikat sejak tahun 1979.

Kondisi tersebut diikuti oleh negara-negara lainnya di seluruh belahan dunia.

Polio itu sendiri merupakan penyakit akibat infeksi virus yang menyerang otak dan sumsum tulang belakang.

Penyakit tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan pada orang-orang yang mengalaminya.

Oleh karena itu, cara terbaik untuk mengobati polio adalah dengan mencegahnya sejak dini.

Nah, berkat kemajuan teknologi, penyakit polio dapat dicegah dengan melakukan imunisasi IPV sejak bayi.

Baca Juga: 13 Daftar Imunisasi yang Perlu Diulang, Jangan Sampai Terlewat!

Gejala dan Penyebab Penyakit Polio

Ini Imunisasi IPV pada Anak Berdasarkan Jenisnya
Foto: Ini Imunisasi IPV pada Anak Berdasarkan Jenisnya (Webmd.com)

Seperti yang sudah dijelaskan, polio atau poliomyelitis adalah penyakit yang menyebabkan kelumpuhan dan mengancam nyawa penderitanya.

Virus penyebab polio juga dikategorikan sangat berbahaya, karena dapat menyebar dari satu orang ke orang lainnya.

Mengutip Center for Disease Control and Prevention, kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio (sekitar 72 dari 100) tidak akan menunjukkan gejala apa pun.

Namun, apabila terjadi, bejala polio sekilas seperti penyakit flu, seperti:

Gejala penyakit polio tersebut biasanya berlangsung selama 2-5 hari, kemudian hilang dengan sendirinya.

Akan tetapi, anak yang tampaknya pulih sepenuhnya dari penyakit polio dapat mengalami nyeri otot, kelemahan, atau kelumpuhan saat dewasa, tepatnya di usia 15 hingga 40 tahun.

Efek yang terus-menerus terjadi itu disebut juga dengan sindrom pasca polio.

Baca Juga: Tanya Jawab Dokter tentang Kadar Asam Urat Normal Wanita

Jenis Imunisasi IPV

Anak Divaksin
Foto: Anak Divaksin (Freepik.com/freepik)

Vaksin polio ada dua jenis, yaitu vaksin tetes dan vaksin suntik.

Vaksin tetes atau vaksin oral dikenal sebagai oral poliovirus vaccine (OPV), sementara vaksin suntik dikenal sebagai imunisasi IPV atau inactivated poliovirus vaccine (IPV).

Kedua vaksin ini sama-sama ampuh menjaga kekebalan tubuh anak.

Perlu diketahui, vaksin polio boleh diberikan bersamaan dengan vaksin lainnya dan harus diberikan sejak usia anak-anak.

Jadwal iImunisasi IPV biasanya dianjurkan pada anak-anak sejak usia 2 bulan, 4 bulan, 6-18 bulan serta 4-6 tahun.

1. Imunisasi Suntik IPV

Mengutip Kids Health, imunisasi IPV menawarkan perlindungan terhadap penyakit polio, yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian.

Tak hanya untuk mengikuti jadwal imunisasi IPV, anak-anak yang akan bepergian ke negara di mana risiko terkena polio lebih besar harus menyelesaikan rangkaian imunisasi sebelum berangkat untuk perjalanan mereka.

Imunisasi IPV bekerja dengan cara menghasilkan antibodi di dalam darah untuk menangkal virus polio.

Tujuannya, untuk melindungi tubuh dari kondisi paralytic poliomyelitis.

Paralisis adalah gejala paling parah yang terkait dengan polio, karena dapat menyebabkan kecacatan permanen dan kematian.

Sekitar 2 dan 10 dari 100 orang yang mengalami kelumpuhan akibat infeksi virus polio meninggal, karena virus memengaruhi otot yang membantu mereka bernapas.

Cara kerja imunisasi IPV adalah, antibodi yang telah terbentuk dapat melawan virus tersebut dan mencegah ke sistem saraf pusat.

Oleh karena itu, tubuh pun terlindung dari kelumpuhan akibat polio. 

2. Imunisasi Minum

Selain imunisasi IPV melalui jarum suntik, ada imunisasi oral atau OPV yang mengandung virus yang dilemahkan.

Virus ini mampu menggandakan diri di dalam usus. Namun, ukuran virus di dalam vaksin ini 10 ribu lebih sedikit daripada virus polio liar.

Karena jumlahnya yang sedikit, virus tak mampu berkembang ke sistem saraf.

Oleh karena itu, hal ini membuat kekebalan tubuh mampu menangkal virus polio.

Baca Juga: Ibu Hamil Sering Gerah dan Berkeringat, Ini Kata Dokter!

Perbedaan Imunisasi IPV vs OPV

Vaksin Polio
Foto: Vaksin Polio (Unicef.org)

Lantas, apa bedanya vaksin tetes dan imunisasi IPV?

Berikut beberapa poin penting dari perbedaan imunisasi IPV suntik dan OPV secara oral:

1. Waktu Pemberian Vaksin

Vaksin polio tetes diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan.

Vaksin ini bisa diberikan pada saat lahir, kemudian pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan.

"Sementara, imunisasi IPV suntik diberikan 5 kali pada usia 2 bulan, 3-4 tahun sebagai booster kekebalan di masa prasekolah, 13-18 tahun sebagai booster di masa remaja,” ucap William M. Tierney, MD, seorang dokter penyakit dalam dan perawatan primer dari Dell Medical School di Austin, soal perbedaan jadwal pemberian vaksin polio.

Senada dengan Dr. Matheus Tatang dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin polio anak diberikan setidaknya 4-5 kali dengan selang waktu minimal 1 bulan.

Sementara pemberian vaksin IPV minimal dilakukan 2 kali sebelum anak berusia 1 tahun.

2. Jadwal Waktu Vaksin

Jadwal imunisasi polio adalah sebagai berikut:

  • Usia 0-1 bulan
  • Usia 2 bulan
  • Usia 4 bulan
  • Usia 6 bulan
  • Usia 18 bulan (dosis penguat)

Kemudian, vaksin oral (OPV) diberikan pertama kali pada bayi baru lahir.

Setelahnya, baru dilanjutkan dengan vaksin suntikan maupun oral pada jadwal imunisasi polio berikutnya.

3. Biaya Vaksin

Selain itu, harga pada imunisasi IPV juga menjadi hal pembeda. Vaksin oral lebih murah dari vaksin suntik.

Hal ini disebabkan vaksin tetes sudah lebih umum dan lebih lama digunakan.

"Sementara vaksin suntik atau imunisasi IPV adalah teknologi baru yang berisi komponen virus yang telah dimatikan, sehingga harganya pun jelas lebih mahal,” tambah Dr Tierney.

Namun untuk di Indonesia, ada perbedaan biaya pada imunisasi wajib dan yang tambahan.

Untuk imunisasi IPV sendiri masuk ke dalam kategori imunisasi wajib, sehingga tidak dipungut biaya atau gratis.

4. Kandungan Vaksin

Moms bisa mendapatkan jadwal imunisasi IPV di puskesmas ataupun rumah sakit.

Oh iya, Moms, kedua vaksin ini memiliki kandungan jenis virus yang berbeda.

Vaksin polio tetes berisi virus polio yang masih hidup tetapi dilemahkan. Sedangkan vaksin yang disuntikkan melalui injeksi adalah virus polio yang sudah mati.

Jenis virus yang berbeda memberikan manfaat kekebalan berbeda antara vaksin suntik dan vaksin tetes.

OPV langsung masuk ke dalam saluran cerna untuk merangsang sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi melawan penyakit.

Sementara itu, imunisasi IPV akan membentuk kekebalan langsung di dalam darah.

Dengan mekanisme ini, imunisasi IPV melindungi otak dan saraf tulang belakang dari virus polio agar tidak terjadi kelumpuhan.

Baca Juga: 14 Rekomendasi Suplemen Penambah Berat Badan Terbaik

Kenapa Imunisasi IPV Penting?

Anak Imunisasi Rutin
Foto: Anak Imunisasi Rutin (Orami Photo Stock)

Imunisasi IPV sangat penting karena melindungi anak dari penyakit polio, yang dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.

Meskipun polio telah berhasil diberantas di Indonesia, penyakit ini masih ditemukan di beberapa negara lain dan bisa menyebar melalui perjalanan internasional.

Dengan memberikan imunisasi IPV, Moms membantu melindungi Si Kecil dari risiko polio sekaligus mencegah penyebarannya di masyarakat.

Efek Samping Vaksin Polio

Imunisasi Anak
Foto: Imunisasi Anak (Freepik.com/freepik)

Setiap tindakan medis pasti memiliki risiko efek samping. Hal serupa berlaku pada imunisasi IPV, yang juga mungkin menyebabkan efek samping pada bayi.

Meskipun demikian, efek samping imunisasi IPV pada bayi bukanlah hal yang perlu Moms khawatirkan secara berlebihan.

Pasalnya, beberapa orang yang mendapat imunisasi IPV hanya mengalami luka kecil atau bintik merah di tempat suntikan vaksin.

Dalam beberapa kasus, vaksin IPV memang bisa menyebabkan efek samping berupa demam.

Tapi, demam yang dirasakan biasanya hanya berlangsung 1 atau 2 hari. Demam merupakan reaksi normal dan wajar, sehingga Moms tak perlu cemas.

Di balik risiko tersebut, kebanyakan orang justru tidak merasakan efek samping apa pun setelah imunisasi IPV.

Karena, bagaimanapun juga, semua jenis vaksin polio suntik memiliki kandungan virus yang sudah mati.

Atas dasar itu, jenis vaksin ini cukup aman di tubuh dan tidak menimbulkan efek samping yang berat.

"Vaksin IPV memiliki kandungan poliovirus yang sudah tidak aktif (mati), lalu disuntikkan pada tubuh," jelas Dr. Matheus Tatang.

Manfaat Vaksin IPV

Vaksin
Foto: Vaksin (Freepik.com/freepik)

Daripada memikirkan risiko efek samping, akan lebih baik jika Moms fokus pada manfaat imunisasi IPV.

Pasalnya, manfaat imunisasi ini jauh lebih besar ketimbang risiko efek samping yang mungkin terjadi karenanya.

Seperti yang Moms ketahui, anak-anak yang tidak divaksin, kekebalan tubuhnya tidak akan cukup untuk melawan berbagai penyakit, salah satunya polio.

Akibatnya, virus yang masuk ke tubuh bisa mengakibatkan gejala yang sangat parah, kecacatan, bahkan hingga berujung pada kematian.

Selain itu, tanpa imunisasi, anak berpotensi menyebarkan virus kepada orang-orang terdekat.

Pada intinya, manfaat imunisasi IPV sangatlah besar, karena bisa dirasakan Si Kecil hingga ia dewasa kelak.

Moms pasti tertarik untuk memberikan vaksin ini kepada Si Kecil, bukan?

Nah, dalam pemberian imunisasi IPV, Si Kecil mesti dalam kondisi fit dan sehat.

Artinya, untuk buah hati yang sedang sakit, pemberian imunisasi IPV mesti ditunda hingga kondisinya benar-benar sehat kembali.

Hal ini agar kandungan dalam vaksin dapat bekerja secara efektif dalam tubuh.

Baca Juga: Vaksin Influenza, Seberapa Perlu untuk Diberikan? Ini Kata Ahli!

Aturan Imunisasi IPV untuk Orang Dewasa

Vaksin Orang Dewasa
Foto: Vaksin Orang Dewasa (Freepik.com/tirachardz)

Imunisasi IPV tidak hanya untuk anak-anak, lho Moms. Melainkan orang dewasa juga bisa mendapatkan vaksin IPV.

Terutama bagi orang dewasa yang belum mendapatkan vaksin ini dari kecil. Namun, apabila sudah mendapatkannya, maka tidak perlu lagi.

Beberapa orang di bawah ini bisa mendapatkan imunisasi IPV jika belum pernah mendapatkannya, terlebih, yaitu:

  • Sering bepergian ke negara dengan tingkat risiko paparan polio yang tinggi.
  • Bekerja di laboratorium dan menangani spesimen yang mengandung virus polio.
  • Petugas kesehatan yang merawat pasien polio atau yang memiliki kontak erat dengan orang yang terinfeksi polio.

Dosis dari vaksin IPV yang dimaksud berupa:

  • Dosis pertama setiap saat
  • Dosis kedua 1-2 bulan kemudian
  • Dosis ketiga 6 sampai 12 bulan setelah yang kedua

Baca Juga: Gusi Belakang Bengkak dan Sakit Menelan? Ini Kata Dokter

Siapa yang Tidak Boleh Mendapatkan Vaksin IPV?

Suntik Vaksin
Foto: Suntik Vaksin (Freepik.com/jcomp)

Nah, setelah Moms mengetahui imunisasi IPV dan OPV, sebenarnya tidak semua orang bisa mendapatkan vaksin meskipun vaksin pada dasarnya baik.

Dilansir dari WebMD, beberapa orang dengan riwayat penyakit tertentu tidak disarankan mendapat imunisasi IPV.

Berikut ini penjelasannya:

  • Pernah mengalami reaksi alergi parah terhadap antibiotik, seperti streptomisin, polimiksin B, atau neomisin.
  • Tidak disarankan untuk wanita hamil. Meskipun hingga kini tidak ada efek samping yang terjadi pada wanita hamil setelah menerima vaksin, namun lebih baik konsultasikan ke dokter.
  • Pasien penderita penyakit sedang hingga parah tidak disarankan menerima vaksin hingga kondisi cukup pulih.

Setiap anak atau orang dewasa yang hendak melakukan imunisasi IPV wajib berkonsultasi dengan dokter, ya, Moms.

Hal ini untuk memastikan kondisi anak atau orang dewasa tersebut, sehingga imunisasi IPV yang diberikan bisa bermanfaat optimal.

Baca Juga: Kenali Cara Penularan DBD dan Pencegahannya, Perhatikan!

Nah, kini Moms sudah tahu pentingnya imunisasi IPV untuk melindungi Si Kecil dari penyakit polio, bukan?

Ingatlah untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum melakukan vaksinasi tersebut, ya, Moms!

  • https://kidshealth.org/en/parents/polio-vaccine.html
  • https://www.cdc.gov/polio/what-is-polio/index.htm
  • https://www.webmd.com/children/vaccines/polio-vaccine-ipv
  • https://kidshealth.org/en/parents/polio-vaccine.html
  • https://www.everydayhealth.com/drugs/ipol
  • https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/polio/public/index.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.