Ketahui Dampak Negatif Mainan Bersuara Keras Bagi Balita
Bukan cuma berisik, dampak negatif mainan bersuara keras ternyata tidak baik untuk balita lho, Moms.
Ya, termasuk juga terompet, petasan, pistol mainan, dan berbagai jenis mainan bervolume keras lain yang biasanya disukai oleh balita.
Di Kanada bahkan sudah ada aturan khusus untuk melindungi balita dan anak dari dampak negatif mainan bersuara keras.
Sebagaimana disebutkan dalam Canadian Consumer Product Safety Act, mainan tidak boleh mengeluarkan suara lebih dari 100 dB (desibel).
Coba Moms bandingkan dengan ukuran volume berbagai suara yang sering ditemui dalam keseharian, seperti:
- 30 dB: Suara orang berbisik
- 50-60 dB: Suara hujan turun dan orang mengobrol.
- 80 dB: Suara pengering rambut
- 100 dB: Suara kereta api , knalpot motor balap, dan alat industri
- 120 dB: Konser musik rock
Padahal menurut National Institute on Deafness and Other Communication Disorders, anak maupun orang dewasa sebaiknya tidak mendengar suara lebih dari 70 dB secara terus menerus dalam jangka waktu panjang.
Lalu apa saja dampak negatif mainan bersuara keras bagi balita? Dan adakah cara untuk mencegahnya? Baca sampai selesai untuk tahu jawabannya ya, Moms.
Bisa Menyebabkan Kehilangan Pendengaran
Stuff.co.nz
Semakin sering balita menggunakan mainan bersuara keras, maka semakin besar pula resiko mengalami noise-induced hearing loss (NIHL) atau kehilangan pendengaran akibat paparan kebisingan.
Seperti dijelaskan dokter osteopati dan direktur The Family Practice Residency, Dr. Rob Danoff, kehilangan pendengaran akan terjadi secara perlahan akibat rusak dan matinya sel rambut penghantar suara dalam telinga.
Sebagai salah satu indra yang vital, gangguan atau kehilangan pendengaran akibat paparan suara bising tentu akan menghambat tumbuh kembang dan proses belajar Si Kecil di masa depan ya, Moms.
Baca Juga : 4 Jenis Permainan yang Mama Bisa Lakukan Bersama Balita 24-36 Bulan
Mengganggu Perkembangan Bahasa
Consumeraffairs.com
Sebuah studi yang dilakukan oleh patologis bahasa-bicara Anna Sosa dari Northern Arizona University, menemukan kalau mainan elektronik yang bersuara keras mengurangi intensitas komunikasi antara orang tua dengan balita.
Padahal, sering mengobrol dengan bayi atau balita yang baru belajar bicara itu sangat penting untuk mendukung perkembangan bahasanya.
Dalam studi tersebut juga ditemukan perbedaan jumlah kata yang digunakan saat bayi atau balita beraktivitas bersama orang tua dengan media yang berbeda.
Saat bermain bersama balita dengan mainan elektronik bersuara, orang tua rata-rata hanya mengucapkan 40 kata per menit.
Sedangkan saat bermain dengan mainan tradisional atau membaca buku, orang tua akan mengucapkan rata-rata 56-67 kata per menitnya.
Ternyata perbedaan yang cukup drastis tersebut terjadi karena suara keras dari mainan cenderung membuat orang tua merasa tidak perlu banyak bicara pada buah hatinya.
Jadi kalau merasa Si Kecil lambat bisa bicara, coba perhatikan lagi mainan yang sering digunakan di rumah ya, Moms.
Baca Juga : 5 Hal Mudah dan Sederhana Untuk Persiapan Balita Masuk Preschool
Mencegah Dampak Negatif Mainan Bersuara Keras
Todaysparent.com
Sudah terlanjur punya mainan bersuara keras di rumah dan tidak mungkin membuang atau menyembunyikannya?
Tenang Moms, coba siasati dengan beberapa langkah yang direkomendasikan oleh dokter otolaringologis Dr. Hamid Djalilian dari UCI Health berikut ini:
- Tutup area speaker dengan selotip tahan air atau lem super untuk meredam volumenya.
- Bila ada tombol pengatur volume suara, setel agar volumenya nyaman di telinga. Lalu amankan tombol pengaturnya dengan selotip agar tidak bisa diubah lagi.
- Ajarkan Si Kecil untuk tidak menempelkan mainan bersuara keras ke telinga.
Setelah tahu dampak negatif mainan bersuara keras, sebaiknya hindari membelinya lagi di masa depan ya, Moms. Lebih baik ganti dengan mainan kayu atau mainan tradisional yang aman untuk pendengaran balita.
Bagaimana Moms, setujukah kalau balita sebaiknya tidak bermain dengan mainan bersuara keras?
(WA/CAR)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.