Leptospirosis, Infeksi yang Ditularkan Tikus selama Musim Hujan
Leptospirosis adalah salah satu penyakit yang sering terjadi di musim hujan, selain demam berdarah dan diare.
Mungkin Moms dan Dads kurang begitu mengenal penyakit ini, padahal kondisi ini cukup umum terjadi.
Terlebih, jika Moms tinggal di pemukiman yang sering kali mengalami banjir.
Lantas, seperti apa gejala dan pengobatannya?
Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Apa Itu Leptospirosis?
Foto: Orami Photo Stock
Leptospirosis adalah infeksi bakteri Leptospira interrogan yang ditularkan oleh hewan.
Mulai dari hewan ternak, anjing, hingga hewan pengerat seperti tikus.
Di antara semua jenis hewan tersebut, tikus adalah hewan yang sering menjadi media penyebaran infeksi ke manusia.
Ini dapat terjadi terutama pada musim hujan yang sering menyebabkan banjir.
Dalam banyak kasus, infeksi ini tidak mengancam jiwa, seperti halnya penyakit flu dan kurang dari seminggu biasanya tubuh sudah kembali pulih.
Pada beberapa orang, penyakit leptospirosis bisa menimbulkan beberapa gejala parah, dapat sembuh, tapi kemudian kambuh lagi.
Baca Juga: Infeksi Virus, Cari Tahu Jenis hingga Cara Mengatasinya
Apa Saja Tanda dan Gejala Leptospirosis?
Foto: Orami Photo Stock
Menurut CDC, orang yang terinfeksi bakteri Leptospira interrogans akan mengalami beberapa gejala, seperti:
- Demam tinggi.
- Sakit kepala.
- Tubuh menggigil.
- Nyeri otot.
- Muntah.
- Jaundice (bagian hitam mata dan kulit menguning).
- Mata merah.
- Sakit perut.
- Diare.
- Ruam pada kulit.
Gejala biasanya muncul dalam 2 atau 4 hari setelah terinfeksi.
Awalnya, ditandai dengan demam tinggi tiba-tiba.
Baca Juga: Tanpa Racun, Begini 13 Cara Mengusir Tikus di Rumah
Perlu diketahui bahwa leptospirosis terdiri dari 2 fase, yaitu:
- Setelah fase pertama, yakni demam menggigil, sakit kepala, nyeri otot, muntah, dan diare, orang terinfeksi dapat sembuh sementara waktu tapi akan sakit lagi.
- Jika fase kedua terjadi, gejalanya akan lebih parah, dan mungkin berisiko mengalami gagal ginjal, gangguan hati, atau meningitis.
Lamanya gejala bervariasi pada setiap orang, bisa dalam beberapa hari saja sampai 3 minggu atau lebih.
Tanpa pengobatan, proses pemulihan tubuh memakan waktu beberapa bulan.
Bisa jadi, komplikasi yang membahayakan jiwa dapat terjadi.
Baca Juga: Awas Infeksi! Ini 6 Penyebab Sakit Telinga Kiri
Apa Penyebab Leptospirosis?
Foto: Orami Photo Stock
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebut Leptospira.
Organisme ini dibawa oleh banyak hewan dan hidup di ginjal, yang dapat berpindah ke manusia setelah dikeluarkan bersama feses atau urine.
Biasanya, bakteri ini ada di sekitar tanah atau sumber air tempat hewan yang terinfeksi itu kencing.
Bakteri bisa menempel dan masuk ke kulit lewat luka terbuka, seperti goresan.
Bisa juga melalui hidung, mulut, atau alat kelamin.
Sementara penularan dari manusia ke manusia lain bisa terjadi hubungan seks atau menyusui.
Hanya saja, kasusnya jarang terjadi.
Di Indonesia, penularan penyakit leptospirosis biasanya terjadi di musim hujan.
Pada musim ini, beberapa daerah rentan mengalami banjir.
Nah, air banjir ini bercampur dengan berbagai kotoran yang ada di sekitar, termasuk kotoran atau pipis tikus yang terinfeksi.
Jika saat itu ada luka terbuka dan terendam banjir, bakteri dapat masuk ke tubuh dan mulai menginfeksi.
Baca Juga: Ini 4 Cara Menghilangkan Bau Bangkai Tikus, Wajib Coba!
Bagaimana Leptospirosis Diobati?
Foto: Orami Photo Stock
Leptopsirosis dapat diobati dengan antibiotik, seperti penicillin dan doxycycline.
Dokter mungkin juga merekomendasikan paracetamol atau ibuprofen untuk mengatasi demam dan nyeri otot.
Seiring waktu, sistem kekebalan tubuh dapat kembali melawan infeksi dan orang yang terinfeksi akan sembuh.
Akan tetapi, jika gejalanya bertambah parah, segera periksakan ke rumah sakit.
Gejala yang parah ini bisa pertanda terjadinya gagal ginjal, meningitis, atau masalah pada paru-paru.
Pada tahap ini, pemberian antibiotik tidak lagi dengan cara diminum tapi disuntikkan ke tubuh.
Bila komplikasi sudah terjadi, perawatannya akan berbeda sesuai dengan komplikasi yang dialami.
Baca Juga: Infeksi Puerperalis, Infeksi Bakteri di Rahim setelah Melahirkan
Kabar baiknya, infeksi bakteri ini bisa dicegah.
Bila Moms atau Dads, termasuk dalam kelompok orang yang berisiko, seperti sering melakukan aktivitas di peternakan atau perkebunan, selalu gunakan pelindung, seperti sarung tangan panjang dan sepatu boots.
Bila ada luka, jangan biarkan luka terkena tanah atau hewan secara langsung yang ada di peternakan.
Setelah beraktivitas, bersihkan tubuh dengan air bersih dan ganti pakaian dengan yang baru.
Kemudian, bila Moms atau keluarga di rumah menjadi korban banjir, periksa diri adakah luka di sekitar tubuh.
Jika ada, lindungi luka tersebut jangan sampai terkena air genangan banjir.
Sebisa mungkin gunakan sepatu boots, atau meminta bantuan perahu karet untuk evakuasi, ketimbang terjun langsung ke dalam genangan air.
Jangan lupa untuk menjaga luka yang ada pada tubuh.
Obati hingga sembuh dan bersihkan luka secara rutin.
Semoga informasi ini membantu Moms menjaga kesehatan dengan baik, ya!
Sumber
- https://www.cdc.gov/leptospirosis/exposure/index.html
- https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-leptospirosis
- https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20141119/5811938/musim-hujan-tiba-hati-hati-leptospirosis-dan-penyakit-lainnya/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.