Memahami Gejala dan Penyebab PTSD pada Anak di Bawah 6 Tahun
Meski diketahui lebih banyak dialami oleh orang dewasa, berbagai faktor penyebab PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma rupanya bisa juga mempengaruhi anak dan balita.
Untuk tahu lebih banyak tentang gejala dan penyebab PTSD pada anak dan balita, silakan simak informasi yang sudah kami rangkum berikut ini ya, Moms.
Baca Juga: Trauma Setelah Hadapi Perceraian, Mungkinkah Mengalami PTSDS?
Gejala PTSD Pada Anak dan Balita
Foto: Littlerockfamily.com
Seperti dijelaskan oleh Anxiety and Depression Association of America, seorang anak atau balita dapat dikatakan menderita PTSD bila menunjukkan gejala tertentu selama setidaknya satu bulan setelah mengalami kejadian traumatis.
Gangguan stres pascatrauma pada anak dan balita ditandai oleh tiga gejala utama, seperti:
- Tampak stres seolah mengalami kembali kejadian traumatis, baik melalui ingatan yang terasa nyata, night terror, atau mimpi buruk.
- Tampak mati rasa secara emosional serta menghindari tempat, orang, situasi, atau aktivitas yang mengingatkan kembali akan kejadian traumatis yang pernah dialami.
- Meningkatnya kewaspadaan, seperti sulit tidur dan berkonsentrasi, mudah kaget, serta gampang marah dan tersinggung.
Pada anak dan balita berusia di bawah usia 6 tahun, terlihat gejala lain seperti sering menangis atau berteriak, susah makan dan berat badan turun karena tidak nafsu makan, serta tampak ketakutan akan terpisah dari orang tua atau pengasuhnya.
Untuk Si Kecil yang sudah mulai preschool atau sekolah, dia juga akan tampak kesulitan berkonsentrasi, sering merasa cemas atau takut pada berbagai situasi, juga terlihat menutup diri.
Gejala PTSD biasanya tidak langsung terlihat, tapi muncul dalam jangka waktu beberapa bulan atau bahkan tahun setelah mengalami peristiwa traumatis.
Diagnosis tepat PTSD juga hanya dapat dilakukan oleh psikolog dan ahli kesehatan mental lain ya, Moms.
Baca Juga: Moms, Kenali Lebih Dekat 6 Gejala Depresi Pada Anak
Penyebab PTSD pada Anak dan Balita
Foto: Verywellmind.com
Menurut informasi dari Centers for Disease Control and Prevention, penyebab PTSD pada anak atau balita adalah karena mengalami sendiri atau menyaksikan kejadian traumatis, seperti:
- Menyaksikan kematian atau serangan yang berujung pada kematian atau luka fatal pada orang lain.
- Kecelakaan atau bencana alam serius.
- Kekerasan fisik, seksual, ataupun emosional.
- Masalah kesehatan serius dalam jangka panjang.
- Diabaikan.
Yang harus diingat, PTSD tidak terjadi akibat hanya menyaksikan kejadian traumatis melalui media elektronik, televisi, maupun gambar.
Dikutip dari situs KidsHealth.org, dalam beberapa kasus PTSD bisa terjadi setelah mengalami kejadian traumatis secara berulang, maupun karena mengalami survivor guilt atau rasa bersalah karena menjadi korban selamat sementara korban lainnya meninggal dunia.
Mengatasi PTSD pada Anak dan Balita
Foto: Pyschcentral.com
Supaya anak bisa melanjutkan hidup dengan bahagia dan berkualitas di masa depan, PTSD harus segera ditangani secara profesional.
Setelah positif didiagnosis menderita PTSD, Si Kecil akan diajak mengikuti proses konseling serta terapi untuk mengurangi gejala pikiran negatif yang mengganggu, penghindaran, juga mood yang negatif dan cenderung depresif.
Berbagai terapi yang baik untuk mengatasi PTSD pada anak dan balita diantaranya adalah:
- Terapi kognitif perilaku. Dalam terapi ini anak dibiasakan untuk menggantikan pikiran dan perasaan negatif dengan yang positif, sekaligus mengurangi sensitivitas terhadapi ingatan traumatis.
- Eye Movement Desensitization and Reprocessing Therapy (EMDR), gabungan terapi kognitif dan pengarahan gerakan mata.
- Terapi bermain. Dikatakan paling efektif untuk menangani PTSD pada anak dan balita yang belum bisa menghadapi trauma secara langsung.
Baca Juga: Ternyata Balita Bisa Stress Juga! Coba 4 Cara Ini Untuk Mengatasinya
Di luar terapi oleh profesional, orang tua juga bisa mendukung pemulihan anak dan balita dengan PTSD dengan cara:
- Memberikan dukungan, empati, dan kasih sayang.
- Memastikan Si kecil menjalankan kehidupan dan rutinitas yang sama seperti sebelum kejadian traumatis, meski akan sulit pada awalnya.
- Tidak memaksa anak berbicara soal trauma yang dirasakan atau penyebabnya. Dan memberikan pujian karena sudah menunjukkan keberanian dan kekuatan saat mereka siap untuk membicarakannya.
- Yakinkan bahwa apa yang dirasakannya adalah hal normal dan akan hilang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan terapi.
- Tumbuhkan rasa percaya dirinya dengan sesekali membiarkannya mengambil keputusan.
Setelah membaca paparan tentang gejala dan penyebab PTSD pada anak tadi, apa Moms tahu perbedaan antara PTSD dengan gangguan stres akut?
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.