Kenapa Bayi Suka Membenturkan Kepala Sendiri? Cari Tahu Moms

Daftar isi artikel
Pernahkah Moms melihat bayi suka membenturkan kepala sendiri?
Tentunya, perilaku ini dapat menimbulkan rasa cemas bagi orang tua.
Meski fenomena ini mungkin terlihat mengkhawatirkan, tetapi cukup umum terjadi di kalangan bayi dan balita, lho.
Lantas, bagaimana Moms harus menyikapinya? Simak penjelasan berikut, yuk.
Apakah Normal Jika Bayi Suka Membenturkan Kepala Sendiri?

Melihat Si Kecil membenturkan kepalanya ke dinding atau bahkan ke tangannya sendiri bisa sangat mengkhawatirkan orang tua.
Moms mungkin cemas bahwa perilaku ini akan menyebabkan memar fisik atau kerusakan neurologis.
Selain itu, Moms juga mungkin bertanya-tanya apakah membenturkan kepala adalah tanda bahwa anak mereka akan tumbuh menjadi agresif, depresi, atau mengalami gangguan lainnya.
Melansir laman The Bump, dalam kebanyakan kasus, membenturkan kepala adalah perilaku yang normal pada anak-anak.
Dalam studi Journal of Developmental Behavioral Pediatrics tahun 2022 pun dijelaskan bahwa, tantrum yang khas dapat menyebabkan teriakan, tangisan, tendangan, dorongan, pukulan, membenturkan kepala, dan perilaku lainnya.
Studi tersebut menemukan bahwa sebanyak 42% dari balita dan anak-anak prasekolah yang mereka periksa menunjukkan perilaku membenturkan kepala.
Jadi, perilaku bayi suka membenturkan kepala sendiri wajar terjadi dan sering kali tidak menandakan adanya masalah serius.
Penyebab Bayi Suka Membenturkan Kepala Sendiri

Namun, apakah yang menyebabkan bayi suka membenturkan kepala sendiri? Berikut beberapa kemungkinan penyebabnya:
1. Bayi sedang Menenangkan Diri Sendiri
Membenturkan kepala bisa menjadi cara bayi menenangkan diri mereka sendiri, terutama saat mereka merasa lelah atau gelisah.
Gerakan ritmis yang dihasilkan dari membenturkan kepala sering kali membantu bayi merasa lebih tenang.
Bahkan, banyak bayi dan balita menggunakan membenturkan kepala sebagai cara untuk bertransisi dari kesadaran penuh ke keadaan siap tidur.
Gerakan ini mungkin memulai atau meningkatkan produksi hormon yang terkait dengan relaksasi dan kenyamanan, seperti endorfin.
Perilaku ini mirip dengan mengayun atau menggeliat yang juga dilakukan beberapa bayi untuk menenangkan diri.
2. Stimulasi Sensorik
Bayi menggunakan indra mereka untuk belajar tentang dunia.
Nah, membenturkan kepala bisa jadi cara mereka untuk memahami bagaimana tubuh mereka berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Meskipun ini bukan cara yang ideal atau aman, ini adalah bagian dari proses eksplorasi sensorik mereka.
3. Bayi Ingin Mengatasi Rasa Sakit Sendiri
Bayi yang mengalami ketidaknyamanan atau rasa sakit, seperti sakit akibat tumbuh gigi atau infeksi telinga, mungkin akan mencari cara untuk mengalihkan perhatian mereka dari rasa sakit tersebut.
Aktivitas fisik yang intens, seperti membenturkan kepala, bisa memicu tubuh bayi untuk melepaskan endorfin, yang dikenal sebagai hormon 'feel-good'.
Endorfin berfungsi sebagai analgesik alami, yang dapat membantu mengurangi persepsi rasa sakit.
Walaupun perilaku membenturkan kepala ini mungkin tampak tidak masuk akal bagi orang dewasa, bagi bayi, hal ini bisa jadi cara efektif untuk meredakan rasa sakit.
4. Ekspresi Frustrasi atau Emosi
Melansir laman What to Expect, bayi suka membenturkan kepala sendiri juga bisa jadi bentuk ekspresi dari perasaan frustasi atau emosi.
Hal ini karena pada usia muda, bayi dan balita belum memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara verbal dengan efektif.
Jadi, mereka sering menggunakan perilaku fisik untuk mengkomunikasikan perasaan dan kebutuhan mereka.
Misalnya, bayi yang merasa tidak nyaman karena terlalu lelah, lapar, atau karena popoknya basah mungkin akan menunjukkan frustrasinya dengan cara membenturkan kepala.
5. Bayi Sedang Mencari Perhatian
Seperti yang telah disebutkan, bayi dan balita belum mampu berkomunikasi secara verbal sering menggunakan perilaku fisik untuk menyampaikan kebutuhan atau keinginan mereka.
Membenturkan kepala pun bisa menjadi cara bayi mencari perhatian dari orang tua atau pengasuh, terutama jika mereka merasa kurang diperhatikan.
Jika membenturkan kepala mendapatkan reaksi cepat dari orang tua, seperti didekati, dipeluk, atau dihibur, mereka mungkin mengulang perilaku ini sebagai cara untuk mendapatkan respons tersebut.
Cara Merespons Bayi Suka Membenturkan Kepala Sendiri

Merespon bayi yang suka membenturkan kepala sendiri memerlukan pendekatan yang bijaksana dan penuh pertimbangan untuk memastikan bahwa bayi tetap aman dan mendapatkan dukungan yang tepat.
Berikut ini beberapa strategi yang dapat diikuti orang tua atau pengasuh dalam menanggapi perilaku bayi suka membenturkan kepala sendiri:
1. Tetap Tenang
Ketika melihat bayi membenturkan kepala, penting untuk tetap tenang dan tidak panik.
Sebab, reaksi yang berlebihan bisa menambah ketegangan pada situasi atau bahkan memperkuat perilaku tersebut jika bayi menyadari bahwa ia mendapat banyak perhatian ketika melakukan hal itu.
2. Sediakan Lingkungan yang Aman
Pastikan lingkungan di sekitar bayi aman untuk mengurangi risiko cedera saat bayi membenturkan kepala.
Contohnya, posisikan tempat tidur atau area bermain jauh dari dinding keras, sudut tajam, atau furnitur yang bisa menyebabkan cedera.
Moms juga dapat menggunakan bantalan pengaman pada sisi tempat tidur dan sudut-sudut meja untuk mencegah cedera saat bayi suka membenturkan kepala.
3. Alihkan Perhatian
Mencoba mengalihkan perhatian bayi dengan aktivitas lain juga bisa jadi cara yang efektif untuk menghentikan perilaku ini.
Coba tawarkan mainan favorit, bernyanyilah, atau ajak bayi bermain.
Pengalihan ini bisa mengalihkan fokus dari membenturkan kepala ke aktivitas yang lebih aman dan menyenangkan.
4. Pahami dan Atasi Pemicu
Coba Moms perhatikan kapan dan dalam situasi apa bayi cenderung membenturkan kepala.
Bayi mungkin melakukan ini karena lelah, lapar, atau merasa tidak nyaman.
Dengan mengidentifikasi dan mengatasi pemicu-pemicu ini, Moms pun dapat mengurangi frekuensi perilaku membenturkan kepala.
5. Berikan Respons yang Konsisten
Penting bagi Moms untuk memberikan respons yang konsisten jika ingin mengurangi frekuensi perilaku membenturkan kepala.
Hal ini karena bayi dan balita belajar melalui pengulangan.
Jika mereka mendapatkan respons yang tidak mereka sukai setiap kali mereka membenturkan kepala, mereka cenderung mengurangi perilaku tersebut.
Sebaliknya, jika respons Moms bervariasi, seperti kadang-kadang mereka mendapat perhatian dan di lain waktu tidak, bayi mungkin menjadi bingung dan terus mencoba perilaku tersebut untuk melihat respons apa yang akan mereka dapatkan kali ini.
Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun membenturkan kepala bisa menjadi perilaku yang relatif normal bagi beberapa bayi dan balita, ada beberapa situasi khusus di mana membawa bayi ke dokter menjadi penting untuk memastikan tidak ada masalah yang lebih serius.
Berikut adalah beberapa indikator yang harus diwaspadai orang tua:
1. Frekuensi dan Intensitas Tinggi
Jika bayi membenturkan kepala lebih sering atau dengan intensitas yang sangat keras, hal ini bisa menjadi tanda masalah yang lebih dalam, seperti stres, kecemasan, atau gangguan neurologis.
2. Tanda-Tanda Cedera
Perlu segera membawa bayi ke dokter jika ada tanda-tanda cedera yang nyata, seperti memar, luka, atau jika Moms menduga ada cedera kepala serius.
Gejala seperti kelelahan yang tidak biasa, muntah, atau perubahan perilaku setelah membenturkan kepala juga harus segera ditangani.
3. Perubahan Perilaku atau Keterlambatan Perkembangan
Jika bayi suka membenturkan kepala disertai dengan perubahan perilaku, seperti penarikan diri dari interaksi sosial, perubahan pola tidur, menangis berlebihan atau agresivitas, ini bisa menjadi tanda masalah yang lebih luas.
Demikian pula, jika Moms mencurigai keterlambatan dalam pencapaian tonggak perkembangan, seperti telat berbicara (speech delay) atau berjalan, konsultasi dengan dokter dianjurkan.
4. Jika Perilaku Terus Berlanjut atau Meningkat
Jika upaya untuk mengurangi perilaku tidak berhasil dan membenturkan kepala terus berlanjut atau bahkan meningkat, ini mungkin menandakan bahwa pendekatan yang lebih terfokus dan mungkin intervensi profesional diperlukan.
5. Ketidaknyamanan yang Jelas atau Rasa Sakit
Jika tampaknya bayi suka membenturkan kepala sebagai respons terhadap rasa sakit atau ketidaknyamanan (misalnya, selama periode tumbuh gigi atau jika mereka memiliki infeksi telinga), dan hal ini tidak membaik dengan pengobatan di rumah atau perubahan rutinitas, konsultasi dengan dokter mungkin diperlukan.
6. Jika Ada Kekhawatiran tentang Gangguan Spektrum Autis atau Masalah Neurologis
Karena membenturkan kepala dapat terkadang dikaitkan dengan gangguan spektrum autis atau masalah neurologis lainnya, Moms sebaiknya segera membawa bayi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Juga: Lesung Bokong Bayi, Normal atau Tanda Adanya Kelainan?
Itulah penjelasan mengapa bayi suka membenturkan kepala dan cara mengatasinya.
Semoga informasinya bermanfaat, ya.
- https://www.whattoexpect.com/toddler/behavior/head-banging.aspx
- https://www.thebump.com/a/baby-hit-head
- https://journals.lww.com/jrnldbp/Fulltext/2022/09000/Temper_Tantrums_in_Toddlers_and_Preschoolers_.5.aspx
- https://hellopediatrics.com/understanding-and-managing-toddler-head-banging/
- https://www.babycenter.com/toddler/behavior/head-banging-12-to-24-mo_11554
- https://www.webmd.com/parenting/why-would-a-toddler-bang-their-head
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Baca selanjutnya
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2025 Orami. All rights reserved.