Cara Mengatasi Gangguan Perkembangan Koordinasi (GPK) pada Anak, Yuk Coba!
Moms harus tahu bahwa tiga tahun pertama kehidupan anak, tumbuh kembangnya akan sangat cepat. Jika terdapat gangguan selama fase ini, maka gangguan mungkin akan terus terjadi. Makanya Moms harus memperhatikan dengan baik tumbuh kembang Si Kecil.
Salah satu gangguan yang mungkin muncul adalah Gangguan Perkembangan Koordinasi (GPK). Mengutip Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), GPK adalah gangguan keterampilan motor (alat gerak) yang berpengaruh terhadap kemampuan untuk melakukan tugas umum sehari-hari.
Gangguan ini murni terjadi karena ketidakmampuan anak dalam melakukan koordinasi antara beberapa fungsi sensoris, gerak kasar, dan halus. Lalu bagaimana cara mengatasinya?
Tanda dan Gejala Gangguan Perkembangan Koordinasi (GPK)
Foto: Orami Photo Stock
“GPK pada anak sudah mulai bisa dideteksi pada usia masuk sekolah atau sekitar 5 atau 6 tahun,” jelas dr. Catharine Mayung Sambo, Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial RS Pondok Indah - Pondok Indah.
Namun sebelum mengetahui cara mengatasi yang tepat, kita perlu mengetahui dulu gangguan perkembangan apa yang anak alami. Beberapa gangguan yang bisa terjadi pada Si Kecil adalah:
- Kesulitan memegang dan menggunakan peralatan
- Sulit menemukan cara memegang mangkuk dan mengambil makanan
- Memiliki kesulitan belajar mengayuh atau mengarahkan sepeda roda tiga atau sepeda dengan roda pelatihan
- Kesulitan melempar bola
- Takut memainkan permainan bola, seperti melemparkan bola yang lembut atau licin bolak-balik
- Bermain terlalu kasar atau sering menabrak atau mendorong anak-anak lain secara tidak sengaja
- Kesulitan membuat gerakan tangan dan tindakan gabungan, seperti gerakan dalam lagu-lagu seperti "The Wheels on the Bus" dan "Head, Shoulders, Knees, and Toes"
- Kesulitan duduk tegak atau diam
Cara Mengatasi Gangguan Perkembangan Koordinasi
Foto: Orami Photo Stock
“Cara mengatasi Gangguan Perkembangan Koordinasi tergantung dari jenis dan kondisi apa yang dimiliki oleh anak. Namun secara umum bisa diatasi dengan terapi,” ujar dr. Catharine.
Menurutnya hal ini biasa dikerjakan case by case. Jika anaknya sudah ada diagnosis Gangguan Perkembangan Koordinasi, ini sebenarnya bukan kondisi yang fatal, karena Si Kecil masih bisa berkomunikasi dengan baik, masih mau berteman dan bersosialisasi, masih mau sekolah, dan sebagainya.
Jadi walaupun misalnya melakukan terapi, tetap ada pesan yang akan disampaikan kepada orang tua dan secara umum, bahwa modifikasi lingkungan penting untuk hal-hal yang anak bisa kerjakan secara mandiri dan bagus, jadi orang tua harus mendukung anak.
“Sedangkan hal yang kurang anak kuasai, jangan langsung dibilang kurang. Maksudnya jangan dituduh atau justru diingatkan. Tapi kekurangan inilah sesuatu yang nanti akan kita bantu lewat terapi. Namun anaknya tetap butuh dukungan yang datang dari orang tua dan lingkungan,” tambah dr. Catharine.
Menurut dr. Catharine, terapinya yang diberikan tergantung dari apa yang dibutuhkan anak. Terapinya bisa bermacam-macam. Jika tidak terlalu berat, dokter bisa memberikan latihan-latihan khusus di rumah untuk kemudian dievaluasi.
Tips Mengatasi Gangguan Perkembangan koordinasi untuk Orang Tua
Foto: Orami Photo Stock
Menurut IDAI, ada beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu mengetasi GPK yang dialami anaknya. Yang pertama adalah konsultasikan anak ke klinik tumbuh kembang bila ada kecurigaan GPK, seperti terlambat mencapai tonggak perkembangan motor (jalan, merangkak, duduk), menabrak benda, “clumsiness”, lamban, prestasi buruk dalam olahraga, tulisan tangan yang jelek.
Dalam hal ini penting deteksi dini agar dapat diberikan pelatihan yang tepat sedini mungkin untuk meminimalkan gejala , di samping untuk meningkatkan kepercayaan diri. Bila terbukti anak mengalami GPK, orang tua berperan penting dalam membantu anak baik di rumah maupun di sekolah.
Hal yang dapat dikerjakan orang tua:
- Dorong anak untuk berpartisipasi dalam olahraga yang disukainya.
- Perkenalkan kegiatan individu dahulu (misal: berenang), kemudian berkelompok.
- Dorong anak berinteraksi dengan temannya melalui kegiatan lain (misalnya musik, seni).
- Pilihkan pakaian yang mudah dipakai atau dilepas.
- Dorong anak melakukan kegiatan praktis sehari-hari terutama yang banyak menggunakan koordinasi tangan dan kaki, dan tonjolkan kelebihan anak.
- Bekerja sama dengan guru, bahas kesulitan anak dan cara mengatasinya.
Guru mungkin perlu melakukan hal berikut:
- Pastikan posisi anak sudah sesuai dengan meja kerjanya. Kaki anak harus menginjak lantai, lengan harus ditopang di atas meja dengan nyaman.
- Menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk anak.
- Menyediakan waktu ekstra bagi anak untuk menyelesaikan tugas akademik.
- Memperkenalkan komputer untuk mengurangi jumlah tulisan tangan.
- Fokus pada tujuan dari pelajaran yang diberikan.
- Metode presentasi lain agar anak dapat menunjukkan pemahaman subjek, misalnya, menggunakan gambar untuk menggambarkan ide mereka
Dalam edukasi fisik:
- Buat partisipasi, bukan kompetisi, karena partisipasi adalah tujuan utama
- Hargai usaha anak, bukan keterampilan. Beri dorongan umpan balik positif
- Gabungkan kegiatan yang memerlukan respon koordinasi lengan dan kaki
- Biarkan anak mengambil peran kepemimpinan
- Modifikasi peralatan untuk mengurangi risiko cedera.
Ingat, sebelum melakukan terapi, perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anak.
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.