29 April 2024

Neurotransmitter, Zat Pengantar Pesan antara Sel-Sel Tubuh

Membantu organ-organ tubuh menjalankan fungsinya

Kerja sistem saraf di setiap bagian tubuh tidak lepas dari peran neurotransmitter.

Tubuh membutuhkan neurotransmitter untuk menjalankan berbagai fungsi, seperti:

  • Bernapas
  • Mencerna makanan
  • Mengontrol nafsu makan
  • Menggerakan otot
  • Mendetakkan jantung
  • Mengontrol konsentrasi

Jika Si Kecil bertanya mengenai berbagai kerja tubuh tersebut, Moms bisa menjelaskan juga kaitannya dengan neurotransmitter.

Supaya lebih paham dan bisa menyampaikan informasi yang lengkap untuk Si Kecil, gali lebih banyak soal neurotransmitter melalui pembahasan berikut, yuk, Moms!

Baca Juga: 11 Kandungan Gizi Susu UHT, Banyak Nutrisi Penting untuk Anak!

Mengenal Neurotransmitter

Neurotransmitter
Foto: Neurotransmitter (Qbi.uq.edu.au)

Neurotransmitter adalah molekul atau zat kimia pembawa pesan dalam tubuh yang mengirimkan sinyal atau pesan antar neuron dari sel saraf ke sel target.

Sel target ini bisa berada di otot, kelenjar, maupun saraf lainnya.

Sistem saraf yang menghantarkan sinyal bekerja untuk mengontrol organ tubuh, fungsi psikologis, dan fungsi fisik.

Dalam hal ini, sel saraf yang juga dikenal sebagai neuron, beserta neurotransmitter berperan penting dalam menjalankan fungsi sistem saraf.

Secara rincinya, sel saraf memicu rangsangan atau impuls saraf dengan melepaskan neurotransmitter agar bisa membawa sinyal ke sel tubuh sasaran.

Selanjutnya, neurotransmitter atau molekul pembawa pesan kimia tersebut melakukan perjalanan antar sel dan menempel pada sel target.

Proses ini yang kemudian memicu tindakan di sel target sehingga organ atau bagian tubuh tertentu dapat melakukan fungsinya.

Baca Juga: 20+ Rekomendasi Susu Bernutrisi Terbaik untuk Anak dan Dewasa

Fungsi dan Jenis Neurotransmitter

Ilustrasi Neurotransmitters
Foto: Ilustrasi Neurotransmitters (Chemistrytalk.org)

Fungsi neurotransmitter tidak hanya satu.

Molekul pembawa pesan kimia antar sel tubuh ini punya berbagai fungsi tergantung dari jenis reseptor yang terhubung.

Berikut beberapa jenis neurotransmitter yang umum diketahui.

1. Asetilkolin

Asetilkolin (acetylcholine) adalah molekul neurotransmitter kecil yang memiliki peran utama dalam sistem saraf perifer (tepi).

Neurotransmitter jenis asetilkolin ini dilepaskan oleh neuron motorik dan neuron sistem saraf otonom.

Sebagai neurotransmitter, asetilkolin berfungsi untuk memicu kontraksi otot, merangsang kerja beberapa hormon, hingga mengontrol detak jantung.

Selain itu, asetilkolin penting dalam sistem saraf pusat, menjaga fungsi kognitif otak, dan mengoptimalkan kerja memori.

Itu sebabnya, jika jumlah asetilkolin dalam tubuh rendah, seseorang bisa mengalami masalah dengan ingatan dan pikiran, seperti yang dialami pasien penyakit Alzheimer.

Moms, asetilkolin juga disebut sebagai neurotransmitter rangsang.

2. Glutamat

Glutamat adalah pengantar rangsang utama pada sistem saraf pusat.

Itu sebabnya, glutamat merupakan neurotransmitter yang jumlahnya paling banyak di sistem saraf.

Tugas neurotransmitter yang satu ini adalah untuk mengoptimalkan fungsi kognitif.

Sayangnya, jika jumlahnya terlalu banyak, glutamat bisa menyebabkan stimulasi terus menerus (eksitotoksisitas) sehingga akhirnya menimbulkan kematian sel.

Eksitotoksisitas yang disebabkan oleh penumpukan glutamat ini dikaitkan dengan berbagai penyakit, seperti Alzheimer, stroke, dan epilepsi.

3. Gamma-Aminobutyric Acid (GABA)

Gamma-aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmitter yang bertugas mengatur suasana hati.

GABA bisa menghambat aliran neuron yang bekerja terlalu berlebihan.

Itulah mengapa bila tingkat GABA rendah, Moms, Dads, maupun Si Kecil bisa mengalami kecemasan, mudah marah, dan gelisah.

Sebaliknya, jumlah GABA yang tinggi dapat memberikan efek yang menenangkan bagi tubuh.

Baca Juga: 10 Sumber Protein Terbaik untuk Mendukung Pertumbuhan Anak

4. Dopamin

Dopamin adalah jenis neurotransmitter yang terlibat dalam banyak fungsi, termasuk mengontrol kerja sistem motorik tubuh, memori, kognitif otak, perilaku, serta koordinasi gerakan tubuh.

Moms mungkin tidak asing dengan jenis neurotransmitter ini karena dopamin kerap dikaitkan dengan rasa senang dan bahagia.

Ini karena otak melepaskan dopamin selama Moms, Dads, dan Si Kecil melakukan aktivitas yang menyenangkan.

Perlu dipahami juga bahwa dopamin berkaitan dengan pergerakan otot.

Jadi, tubuh yang kekurangan dopamin bisa menyebabkan berbagai masalah, salah satunya penyakit Parkinson.

Agar jumlah dopamin dalam tubuh senantiasa tercukupi, penuhi asupan asam amino dari makanan sumber protein harian, ya, Moms!

Contoh makanan sumber protein meliputi telur, ikan, daging ayam, daging merah, biji-bijian, kacang-kacangan, tahu, tempe, dan lainnya.

5. Serotonin

Terkait neurotransmitter, serotonin bertugas membantu mengatur suasana hati, nafsu makan, pembekuan darah, waktu tidur, dan ritme sirkadian tubuh.

Sirkadian merupakan proses di dalam tubuh yang mengatur waktu tidur dan bangun.

Selain itu, serotonin turut berperan dalam depresi dan kecemasan yang Moms, Dads, dan Si Kecil alami.

6. Efinefrin

Efinefrin adalah hormon sekaligus neurotransmitter yang aktif ketika seseorang sedang merasa stres dan takut.

Neurotransmitter ini dapat meningkatkan detak jantung, laju pernapasan, dan menyuplai energi bagi otot.

Bukan hanya itu, efinefrin mampu membantu otak membuat keputusan cepat saat berhadapan dengan bahaya.

Namun, di sisi lain, jumlah efinefrin bisa meningkat saat Moms, Dads, atau Si Kecil mengalami stres kronis.


Bagaimana Cara Kerja Neurotransmitter?

Cara Kerja Otak (Orami Photo Stock)
Foto: Cara Kerja Otak (Orami Photo Stock)

Agar neuron (sel saraf) dapat mengirim pesan atau sinyal melalui neurotransmitter, perlu ada komunikasi yang dilakukan dengan bantuan sinapsis.

Ketika sinyal atau pesan berjalan melalui neuron hingga mencapai bagian ujungnya, sinyal ini tidak bisa langsung melanjutkan perjalanan ke neuron berikutnya.

Sel saraf atau neuron ini harus melepaskan neurotransmitter terlebih dahulu agar bisa membawa pesan melalui sinapsis sampai bisa tiba di neuron selanjutnya.

Nah, Moms, neuron yang melepaskan neurotransmitter ini disebut dengan neuron prasinapsis, mengutip dari Simply Psychology.

Sementara neuron yang menerima neurotransmitter bernama neuron pascasinapsis.

Lebih rincinya, ujung setiap neuron memiliki prasinapsis dan vesikel yang berupa kantong berisi neurotransmitter.

Jadi, ketika rangsangan saraf memicu pelepasan neurotransmitter, molekul pengantar pesan ini kemudian dilepaskan ke sinapsis hingga nantinya diambil oleh reseptor di neuron berikut.

Keseluruhan proses ini dikenal sebagai neurotransmisi.

Baca Juga: 16 Makanan agar Bayi Cerdas Sejak dalam Kandungan, Catat!

Klasifikasi Neurotransmitter

Anak Cerdas (Orami Photo Stock)
Foto: Anak Cerdas (Orami Photo Stock)

Neuron atau sel saraf dapat terpengaruh oleh neurotransmitter dalam salah satu dari beberapa cara berikut.

1. Rangsang (Excitatory Neurotransmitters)

Cara kerja neurotransmitter memiliki efek rangsang pada neuron atau sel saraf.

Contoh klasifikasi neurotransmitter ini adalah epinefrin dan norepinefrin.

2. Penghambat (Inhibitory Neurotransmitters)

Kebalikan dari neurotransmitter rangsang, neurotransmitter penghambat justru menghambat kerja sel saraf.

Contoh jenis ini adalah GABA dan endorfin.

3. Modulasi (Modulatory Neurotransmitters)

Klasifikasi molekul pembawa pesan kimia ini juga dikenal dengan nama neuromodulator.

Artinya, neurotransmitter dapat memengaruhi kerja neuron sekaligus menimbulkan efek bagi molekul pembawa pesan lainnya.

Neuromodulator tidak secara langsung mengaktifkan reseptor neuron.

Melainkan bekerja sama dengan neurotransmitter untuk meningkatkan respons rangsang.

Contoh klasifikasi molekul pengantar sinyal ini adalah serotonin dan dopamin.

Setelah membaca mengenai neurotransmitter, Moms mungkin bisa mengambil kesimpulan bahwa beberapa molekul pembawa pesan ini bisa merangsang maupun menghambat sinyal atau pesan tergantung dari kondisinya.

Baca Juga: 10 Doa agar Pintar dalam Semua Pelajaran, Yuk Ajarkan Anak!

Bisakah Kerja Neurotransmitter Tidak Tepat?

Kerja molekul pembawa pesan tidak selalu benar, kadang ia bisa saja salah.

Nah, Moms, beberapa kesalahan yang mungkin dilakukan neurotransmitter yakni sebagai berikut.

  • Sel saraf (neuron) tidak memproduksi cukup jenis neurotransmitter tertentu
  • Neurotransmitter diserap kembali terlalu cepat sebelum waktunya
  • Terlalu banyak neurotransmitter yang dinonaktifkan oleh enzim
  • Terlalu banyak neurotransmitter yang dilepaskan

Adanya penyakit atau minum obat-obatan tertentu bisa menimbulkan efek samping yang berbeda pada tubuh, termasuk untuk mendukung kerja neurotransmitter.

Itu sebabnya, beberapa penyakit seperti Alzheimer, epilepsi, dan Parkinson, berhubungan dengan kekurangan jenis neurotransmiter tertentu.

  • https://qbi.uq.edu.au/brain/brain-physiology/what-are-neurotransmitters
  • https://www.verywellmind.com/what-is-a-neurotransmitter-2795394
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/326649
  • https://www.simplypsychology.org/neurotransmitter.html
  • https://www.sciencenewsforstudents.org/article/explainer-what-neurotransmission

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.