Mengenal Nomophobia, Rasa Takut Berlebihan Ketika Jauh dari Ponsel
Moms, apakah masih asing dengan istilah nomophobia? Nomophobia adalah fobia yang ditandai dengan ketergantungan atau adiksi terhadap smartphone atau ponsel yang dimiliki.
Nomophobia, atau no mobile phone phobia digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi psikologi ketika seseorang begitu takut terlepas dari konektivitas ponsel.
Di era kemajuan teknologi seperti sekarang, memang tidak dapat dipungkiri bahwa peranan ponsel begitu penting, ya, Moms.
Sebagian besar anak-anak juga sudah memiliki ponsel pribadinya masing-masing. Smartphone tidak lagi hanya untuk menelepon atau mengirim pesan.
Melalui internet, ponsel bisa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain secara virtual, tanpa adanya batasan ruang dan waktu.
Berbagai informasi juga bisa didapatkan dengan mudah dan instan.
Lantas, dalam kondisi seperti apa seseorang dikatakan memiliki nomophobia? Lebih lengkapnya, simak ulasan berikut ini, ya.
Baca Juga: Punya Fobia Ketinggian? Jangan Kunjungi 6 Tempat Ini Ya!
Data tentang Nomophobia
Nomophobia sudah diberikan label sebagai fobia untuk hal yang spesifik dan dicantumkan ke dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV.
Jadi, dapat dikatakan gangguan kecemasan ini bukan hal yang bisa dianggap sepele.
Studi di Journal of Family Medicine and Primary Care mengevaluasi tentang kemungkinan terjadinya gangguan kecemasan akibat penggunaan ponsel yang berlebihan.
Hasil dari studi ini tentunya cukup mengejutkan.
Disebutkan, hampir 53% orang Inggris yang menggunakan ponsel akan merasa khawatir ketika mereka kehilangan ponsel, kehabisan baterai atau pulsa, atau sekadar tidak menemukan jaringan pada ponselnya.
Studi ini juga mengungkapkan, sekitar 58% pria dan 47% wanita menderita kecemasan jauh dari ponsel, dan 9% dari mereka merasa tegang ketika ponselnya dinonaktifkan.
Sebanyak 55% dari peserta studi tersebut mengungkapkan, mereka merasa khawatir jika tidak dapat menjaga konektivitas dengan orang-orang terdekat.
Baca Juga: Seram! Ini yang Dialami Otak dan Tubuh Jika Terlalu Sering Main Ponsel
Maka dari itu, nomophobia juga dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental lainnya, seperti fobia sosial atau kecemasan sosial, serta gangguan panik.
Masih dalam jurnal yang sama, ditemukan 23% dari 547 siswa mengidap nomophobia. Sementara itu, 64% siswa berisiko mengembangkan gangguan kecemasan ini.
Hampir 77% siswa memeriksa ponsel mereka lebih dari 35 kali per hari.
Ini menunjukkan bahwa nomophobia benar-benar terjadi dan merupakan kondisi yang perlu diperhatikan.
Tentunya Moms sering melihat atau justru mengalami sendiri, ketika terlalu sibuk dengan ponsel dan justru mengabaikan keluarga yang ada di dekat kita.
Komunikasi secara langsung adalah interaksi paling baik yang harus dilakukan oleh manusia.
Sebab, sejatinya manusia adalah makhluk sosial. Jadi, Moms sebaiknya harus mencegah terjadinya gangguan kecemasan ini sebelum terlambat.
Baca Juga: Perlukah Memantau Smartphone Pasangan?
Gejala Nomophobia
Cara agar Moms dapat mencegah terjadinya nomophobia, maka harus mengerti tentang tanda-tanda yang dialami seseorang dengan nomophobia.
Pernahkah Moms terus-menerus mengecek ponsel sepanjang waktu? Pernahkah Moms merasa tidak sabar ketika muncul notifikasi pada ponsel?
Atau pernahkah Moms merasa sangat cemas ketika lupa membawa ponsel ketika harus beraktivitas di luar ruangan?
Hati-hati, beberapa tanda tersebut dapat menjadi gejala awal dari gangguan kecemasan ini.
Waspada apabila Moms mengalami beberapa hal ini ketika tidak memegang ponsel:
- Merasa sangat gelisah dan cemas.
- Terjadinya perubahan pernapasan.
- Gemetar ketika menonaktifkan ponsel.
- Gelisah dan jengkel sendiri tanpa sebab yang jelas.
- Keringat dingin.
- Takikardia atau denyut jantung berdetak lebih cepat.
Gejala-gejala di atas mengindikasikan seseorang memiliki nomophobia. Tentunya, gangguan kecemasan ini dapat ditentukan dari diagnosis yang jelas.
Menurut studi di Indian Journal of Psychiatry, ketika seseorang menghabiskan lebih banyak waktu bermain ponsel, sangat ketakutan ketika baterai lemah, merasa cemas ketika kehilangan headset, tidur bersama ponsel, dan terlalu sering membuka layar ponsel, juga dapat menjadi gejala dari nomophobia.
Namun, perlu diketahui ada beberapa faktor psikologis yang terlibat ketika seseorang menggunakan ponsel secara berlebihan.
Misalnya, nilai diri yang rendah dan kepribadian yang ekstrover.
Gangguan kecemasan ini tidak hanya mengganggu kesehatan mental, tapi juga dapat memengaruhi kesehatan fisik.
Jika efeknya dibiarkan begitu saja, tentunya akan membahayakan diri sendiri. Simak ulasan berikutnya untuk mengetahui pengaruh fobia ini bagi kesehatan kita.
Baca Juga: 6 Manfaat Mendengarkan Musik untuk Kesehatan Fisik dan Mental
Penyebab Nomophobia
Penyebab Nomophobia sama saat ini belum dipastikan.
Namun, ada sejumlah faktor yang berkontribusi dalam munculnya kondisi ini. Berikut ini sejumlah faktor yang dapat berpotensi memicu nomophobia:
1. Selalu Menggunakan Ponsel saat Aktivitas
Kebiasaan menggunakan ponsel saat beraktivitas sehari-hari berpotensi menyebabkan nomophobia.
Menggunakan ponsel untuk menunjang kegiatan harian Moms sebenarnya wajar dilakukan, mengingat fungsinya yang sangat berguna untuk melakukan hal-hal seperti menjalankan bisnis, belajar, hingga mengelola uang.
Kondisi tersebut membuat orang tidak bisa hidup tanpa ponsel mereka.
Tanpa ponsel, orang-orang akan merasa terputus dan terisolasi dari aspek penting dalam kehidupan, termasuk teman, keluarga, pekerjaan, keuangan, dan akses informasi.
2. Bermain Ponsel Terlalu Lama
Melansir penelitian di Journal of Behavioral Addictions, mahasiswa umumnya menggunakan ponsel selama 9 jam dalam sehari.
Smartphone memang memberikan banyak manfaat positif, tapi di sisi lain juga dapat menyebabkan ketergantungan dan memicu stres.
3. Mengetahui Segala Teknologi
Menurut National Institute on Drug Abuse (NIDA), kecemasan untuk berpisah dengan ponsel ini cenderung terjadi pada remaja dan generasi milenial.
Hal ini terjadi karena kelompok usia tersebut lahir dan dibesarkan di era digital teknologi.
Oleh sebab itu, ponsel seakan sudah menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Baca Juga: 6 Manfaat Susu Kedelai untuk Ibu Hamil, Ketahui Porsi yang Tepat!
Dampak Buruk Nomophobia
Terdapat pengaruh yang signifikan ketika seseorang memiliki nomophobia, terhadap kesehatan mental, fisik, bahkan dengan hubungan sosialnya.
Menurut Profesor Gail Kinman dari University of Bedfordshire, di Inggris Raya, efek dari nomophobia ini hampir serupa dengan kecanduan lainnya.
“Nomophobia akan membuat seseorang menjadi sibuk dengan ponselnya dan menggunakan ponsel ketika mereka sedang cemas, kesepian, dan depresi.
Hal ini akan membuat mereka semakin ketergantungan pada ponsel, yang akhirnya akan berpengaruh pada kesehatan mental,” ungkap Prof. Kinman.
Ia juga mengungkapkan, nomophobia tidak hanya memengaruhi pikiran, namun juga hubungan sosial.
Hal ini terjadi di mana seseorang hadir secara fisik, tetapi tidak ada secara psikis.
Berikut ini dampak dari nomophobia dari berbagai aspek:
- Mengganggu produktivitas kerja, karena akan sangat mudah kehilangan fokus dan mengganggu konsentrasi. Jika dibiarkan, tingkat stres yang tinggi dapat terjadi.
- Memengaruhi masalah fisik, seperti nyeri pada leher, siku, dan tangan akibat penggunaan ponsel secara terus-menerus.
- Tekanan ekonomi karena penggunaan paket data dan pulsa yang berlebihan serta harganya sangat mahal.
Tingkat stres yang tinggi akan menjadi pengaruh paling besar dari nomophobia.
Hal ini akan menyebabkan kualitas hidup Moms menjadi menurun, kesehatan terganggu, dan tentunya organ tubuh dapat terganggu fungsinya.
Jika Moms mengalami gejala yang mengarah pada gangguan kecemasan ini, segera minta bantuan ahli profesional.
Dengan demikian, Moms akan mendapatkan penanganan yang tepat dan lebih terfokus.
Baca Juga: 16 Ciri-ciri Orang Depresi yang Harus Diwaspadai
Cara Mengatasi Nomophobia
Seseorang yang sudah terdiagnosis mengalami nomophobia akan mendapatkan beberapa penanganan.
Sejauh ini, penanganan memang masih sangat terbatas karena nomophobia masih relatif baru.
Namun, beberapa penanganan ini dapat dilakukan dan menunjukkan hasil yang signifikan, di antaranya:
1. Lakukan Psikoterapi
Cara mengatasi nomophobia yang pertama adalah melakukan psikoterapi.
Terapi perilaku kognitif merupakan salah jenis psikoterapi yang sangat umum dilakukan pasien pengidap fobia.
Pada terapi ini, Moms akan membantu meringankan kecemasan dan mengelola pikiran negatif yang muncul ketika ponsel tidak dalam genggaman atau tidak bisa diakses.
Jenis terapi lain yang mungkin dilakukan adalah terapi eksposur.
Terapis nantinya akan membantu Moms menghadapi ketakutan melalui pemaparan secara bertahap.
Selama terapi, Moms biasanya akan diminta untuk menjauhi ponsel dan terapis akan membantu mengatasi ketakutan tersebut.
2. Minum Obat dari Dokter atau Psikiater
Di samping menjalani terapi, Moms yang mengalami gejala mungkin juga diresepkan obat oleh psikiater.
Akan tetapi, pemberian obat juga perlu diseseuaikan dengan gejala apa saja yang ditimbulkan.
Sebagai contoh, jika Moms mengalami gejala pusing, kesulitan bernapas, dan detak jantung lebih cepat, dokter akan meresepkan beta blocker.
Obat hanya boleh diminum ketika pasien menghadapi situasi yang memicu gejala. Jika gejala tidak muncul, obat tidak perlu diminum.
Kemudian, ada juga obat benzodiazepin yang diresepkan untuk meredakan rasa cemas dan takut.
Penggunaan obat hanya dalam jangka pendek dan harus benar-benar di bawah pengawasan dokter ya.
Pasalnya, penggunaan tanpa anjuran dokter bisa meningkatkan risiko kecanduan obat
3. Perawatan di Rumah
Selanjutnya, Moms juga perlu menerapkan perubahan di rumah agar nomophobia tidak semakin bertambah parah. Berikut langkah-langkahnya:
- Matikan ponsel di malam hari untuk mendapatkan tidur yang lebih nyenyak. Jangan tidur dekat ponsel, sehingga tidak dapat dengan mudah memeriksanya di malam hari. Bila memerlukan alarm, gunakan jam beker sebagai alarm daripada menggunakan ponsel.
- Luangkan waktu setiap hari jauh dari semua teknologi. Cobalah duduk dengan tenang, menulis jurnal harian, berjalan-jalan, atau membaca buku.
- Cobalah meninggalkan ponsel di rumah untuk waktu yang singkat, seperti saat Moms berbelanja, membuat makan malam, atau berjalan-jalan ke luar rumah.
Moms mungkin merasa sangat terhubung dengan ponsel karena menjaga kontak dengan keluarga maupun teman.
Hal ini mungkin cukup sulit mengurangi waktu bermain ponsel, tetapi pertimbangkan untuk melakukan hal berikut:
- Minta teman dan orang terdekat untuk melakukan interaksi secara langsung. Bila memungkinkan, adakan acara pertemuan, jalan-jalan, atau rencanakan liburan akhir pekan bersama.
- Cobalah untuk lebih banyak berinteraksi secara langsung, ketimbang mengobrol lewat aplikasi atau media sosial. Lakukan percakapan singkat dengan rekan kerja, mengobrol dengan teman sekelas atau tetangga sebelah rumah.
- Jika keluarga atau teman tinggal di kota atau negara yang berbeda, buat jadwal untuk saling menghubungi satu sama lain. Apabila terdapat waktu luang, baiknya gunakan untuk melakukan aktivitas lain.
Baca Juga: Profil Pemain Variety Show New World, Ada Lee Seung Gi dan Kai EXO!
Nah itu dia Moms penjelasan mengenai nomophobia. Jika Moms memiliki gejala di atas, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter ya!
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6341932/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3962983/
- https://www.psychiatryadvisor.com/home/topics/anxiety/nomophobia-the-modern-day-pathology/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6510111/
- https://www.healthline.com/health/anxiety/nomophobia#symptoms
- https://medicalxpress.com/news/2021-09-smartphone-reliance-nomophobia.html
- https://www.verywellmind.com/nomophobia-the-fear-of-being-without-your-phone-4781725
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.