12 Februari 2024

10 Jenis Pakaian Tradisional Jepang, Tak Hanya Kimono Lho!

Ada yukata, furisode hingga samue

Ada berbagai macam pakaian tradisional Jepang, namun yang paling populer adalah kimono dan yukata.

Sering dianggap sama, kedua pakaian tradisional Jepang ini berbeda, lho.

Diketahui, kimono berusia lebih tua, sangat tradisional dan dibuat dari bahan berkualitas tinggi seperti sutra atau brokat.

Kimono umumnya dikenakan sepanjang tahun, dan memiliki motif berbeda sesuai dengan musim.

Sementara yukata lebih kasual dan dibuat dari bahan seperti katun yang harganya relatif lebih murah.

Yukata pun lebih sering dikenakan pada musim panas atau sebagai jubah mandi di pemandian air panas.

Selain kedua pakaian tradisional Jepang tersebut, ternyata ada beberapa jenis pakaian tradisional Jepang lainnya.

Yuk, cari tahu lebih lanjut dalam artikel ini!

Baca Juga: 4 Perbedaan Onigiri dan Sushi, dari Bentuk hingga Isian

Jenis Pakaian Tradisional Jepang

Ini dia informasi seputar pakaian tradisional Jepang beserta keunikannya yang perlu Moms dan Dads ketahui. Beri tahu pada Si Kecil juga, ya.

1. Kimono

Kimono
Foto: Kimono (Getyourguide.com)

Kimono adalah pakaian tradisional Jepang yang terdiri dari kanji "ki" (着) yang berarti pakai, dan "mono" (物) berarti benda atau barang.

Kimono pertama kali dikenakan oleh kalangan bangsawan sekitar tahun 794-1185 yang dalam sejarah Jepang dikenal dengan periode Heian.

Seiring berjalannya waktu, pakaian ini makin populer di kalangan masyarakat, dan sering dikenakan oleh aktor kabuki saat pentas dan geisha.

Di tahun 1683 sempat terjadi pelarangan pemakaian kimono, khususnya yang mencolok dan mahal.

Namun, pakaian tradisional Jepang ini kembali mengemuka pada abad ke-19, ketika Jepang mulai membuka diri terhadap dunia modern.

Keunikan pakaian kimono salah satunya terlihat dari bentuknya yang seperti huruf T, dengan panjang hingga pergelangan kaki.

Busana kimono wanita berbentuk baju terusan, sementara busana kimono pria berbentuk setelan.

Ketika dikenakan, kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Kimono juga terdiri dari beberapa bagian.

Khusus untuk kimono wanita terdiri dari nagajuban atau lapisan paling dalam, date eri berupa kerah tambahan untuk membuat pemakainya terlihat mengenakan dua lapis nagajuban.

Lalu, kimono utama sebagai lapisan terluar dan memiliki motif yang indah.

Obi yaitu sabuk dari kain yang dililitkan pada pinggang.

Ada pula obiage berupa kain berwarna yang dililitkan di bawah obi supaya obi tidak melorot, dan obijimaje yaitu tali kecil yang berfungsi memperkuat ikatan obi.

2. Yukata

Yukata
Foto: Yukata (Sakura.co)

Pakaian tradisional Jepang selanjutnya adalah yukata yang dibuat dari bahan katun, tipis, dan tanpa lapisan dalam.

Ini membuatnya sebagai pilihan pakaian yang tepat dikenakan pada musim panas dan pesta kembang api.

Awalnya, yukana dibuat untuk dikenakan di rumah. Itulah mengapa rancangannya lebih sederhana.

Dulunya, pakaian tradisional Jepang ini hanya terdiri dari warna putih dan biru tua.

Namun karena pengaruh fashion Barat, yukata berbagai macam warna seperti hitam, hijau tua, krem, oranye dan merah muda menjadi populer.

Corak atau motif yukata pun lebih beraneka ragam dibanding kimono, seperti motif bunga, polkadot, buah-buahan dan beragam motif lainnya.

Aksesoris pada kimono dan yukata hampir serupa.

Selain memakai obi atau sabuk di pinggang, kimono dan yukata juga dikenakan dengan alas kaki yang bernama geta atau zori, dan kaus kaki atau tabi.

Sementara gadis muda yang memakai yukata juga mengenakan aksesoris berupa jepit rambut, kipas, serta tas dan dompet, yang terbuat dari kain bermotif atau berwarna sama dengan yukata.

Baca Juga: 15 Manfaat Permainan Tradisional untuk Anak, Wajib Tahu!

3. Furisode

Furisode
Foto: Furisode (Japan-clothing.com)

Furisode adalah pakaian tradisional Jepang berupa kimono formal untuk wanita yang belum menikah.

Salah satu fitur yang paling mencolok dari furisode adalah lengan panjangnya yang mencapai hingga pergelangan tangan atau bahkan hingga lantai.

Lengan-lengan ini menunjukkan status wanita yang memakainya sebagai wanita muda yang belum menikah atau baru saja masuk ke dalam dunia dewasa.

Biasanya dipakai dalam acara-acara khusus termasuk upacara kedewasaan, upacara minum teh, dan menghadiri acara pernikahan.

Furisode terbuat dari sutra dan memiliki desain yang sangat cerah dan berwarna-warni.

Pola furisode juga dapat bervariasi dari bunga-bunga hingga motif alam, serta desain tradisional seperti tsuru (bangau) atau sakura (bunga cherry blossom).

4. Jinbei

Jinbei
Foto: Jinbei (Shop.japanobjects.com)

Jinbei adalah jenis pakaian tradisional Jepang yang kebanyakan dikenakan pria dan wanita di musim panas.

Pakaian tradisional Jepang ini dibuat menggunakan kain yang nyaman, sehingga dapat membuat tubuh tetap sejuk meski suhu udara di luar meningkat.

Jinbei seringkali dibuat dalam warna dan pola cerah untuk mewakili suasana musim panas. Bagian lengannya bisa panjang atau pun pendek.

Atasan jinbei biasanya memiliki kancing atau tali pengikat di depan, dan celana pendeknya memiliki karet di pinggang untuk kenyamanan.

Meskipun jinbei lebih santai daripada kimono atau pakaian tradisional Jepang lainnya, pakaian ini masih memegang unsur-unsur desain dan gaya tradisional.

Ini adalah pilihan yang populer bagi mereka yang mencari pakaian yang nyaman namun tetap ingin menunjukkan sentuhan budaya Jepang.

Baca Juga: 11 Rekomendasi Makanan Kaleng Khas Indonesia, Praktis!

5. Haori dan Hakama

Haori Hakama
Foto: Haori Hakama (Id.bossgoo.com)

Ketika dipakai bersama, haori dan hakama adalah pakaian formal untuk pria yang biasanya dikenakan oleh pengantin pria saat pernikahan, upacara kedewasaan, atau acara besar lainnya.

Haori adalah mantel yang dikenakan di atas kimono sebagai outer.

Di masa lalu, haori dikenakan oleh pria dalam pertempuran untuk melindungi mereka dari hawa dingin.

Namun, di Jepang modern saat ini, haori juga digunakan sebagai seragam kerja bagi mereka yang bekerja di teater klasik Jepang, atau sebagai mantel untuk dikenakan di atas yukata di ryokan.

Tidak hanya pria, para wanita juga dapat mengenakan haori saat mereka mengenakan kimono.

Sementara itu, hakama adalah celana seperti rok yang dikenakan bersama dengan kimono.

Hakama Jepang awalnya hanya dikenakan oleh pria seperti samurai dan orang-orang yang berpartisipasi dalam ritual Shinto.

Namun saat ini, wanita juga memakainya pada acara-acara tertentu termasuk wisuda universitas.

Hakama juga dipakai oleh orang yang bekerja di kuil, atau saat melakukan kendo (ilmu pedang Jepang), kyudo (panahan Jepang), aikido, dan seni bela diri lainnya.


6. Samue

Samue
Foto: Samue (Shop.japanobjects.com)

Samue adalah pakaian tradisional Jepang yang umumnya digunakan oleh para biksu atau orang awam dalam kegiatan keagamaan, meditasi, atau tugas-tugas sehari-hari di kuil atau monasteri.

Samue terdiri dari atasan lengan panjang dan celana panjang yang nyaman, biasanya terbuat dari bahan katun yang ringan dan menyerap keringat.

Pakaian ini juga memiliki potongan yang longgar dan relaks sehingga memungkinkan penggunanya untuk bergerak dengan bebas.

Warna pakaian samue sering kali berupa biru tua atau hitam, tetapi saat ini ada berbagai pilihan warna yang lebih cerah dan bervariasi.

Meskipun samue awalnya dirancang untuk penggunaan dalam konteks keagamaan, dalam beberapa tahun terakhir, pakaian ini juga digunakan sebagai pakaian rumahan yang nyaman dan santai oleh masyarakat umum.

Baca Juga: 5+ Fakta Natto, Makanan Fermentasi Kedelai Khas Jepang

7. Komon

Komon
Foto: Komon (Ilovekimono.com)

Komon merupakan salah satu jenis kimono dari kain sutra dan memiliki motif yang menutupi seluruh bagian kimono.

Biasanya komon dikenakan untuk acara-acara kasual atau informal.

Konon, istilah "komon" berasal dari bahasa Jepang yang berarti "sederhana" atau "biasa," mencerminkan motif yang lebih simpel daripada kimono dengan pola besar dan mencolok.

Pola kecil yang terulang pada komon dapat mencakup berbagai elemen seperti bunga, daun, burung, atau desain geometris lainnya.

Proses pewarnaan tradisional seperti dyeing atau yuzen digunakan untuk menciptakan pola-pola ini, sehingga memberikan penampilan yang anggun dan rapi.

Meskipun komon cenderung menjadi pilihan yang lebih santai dalam dunia kimono, pakaian tradisional Jepang ini tetap memiliki nuansa budaya dan keindahan yang kental.

8. Fundoshi

Fundoshi
Foto: Fundoshi (Zenbird.media)

Fundoshi merupakan jenis pakaian dalam tradisional yang digunakan oleh pria Jepang.

Ini adalah pakaian dalam yang terbuat dari sepotong kain yang dililitkan di sekitar pinggang dan dibiarkan terbuka di bagian belakang.

Sebelum Perang Dunia II, fundoshi adalah pakaian dalam umum bagi pria di Jepang, dan ada beberapa variasi yang dikenakan untuk berbagai acara.

Namun saat ini, fundoshi umumnya hanya ditemukan dipakai dalam festival-festival tradisional.

Dalam olahraga sumo, para pegulat juga mengenakan varian fundoshi yang dikenal sebagai mawashi.

Meskipun fundoshi saat ini kurang umum digunakan sebagai pakaian dalam sehari-hari, nilai historis dan budayanya tetap membuatnya menjadi bagian penting dari warisan pakaian tradisional Jepang.

Baca Juga: 6 Wisata Sungai Aare, Lokasi Wisata di Swiss dengan Sejuta Keindahan

9. Happi

Happi
Foto: Happi (7shopai.pw)

Happi adalah jenis mantel atau jubah pendek tradisional Jepang yang sering kali memiliki lengan lebar.

Ciri khas happi adalah desain yang mencolok dan warna-warna cerah, serta pola-pola tradisional yang sering kali mencakup lambang, tulisan, atau gambar yang mewakili kelompok atau acara tertentu.

Happi awalnya digunakan oleh para pekerja atau anggota kelompok selama festival untuk mengidentifikasi dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya.

Seiring berjalannya waktu, happi juga menjadi pakaian yang digunakan dalam acara-acara festival, parade, atau perayaan lainnya.

Happi sering kali dikenakan bersama-sama dengan hakama (celana lebar) atau rok pendek tradisional dan sandal geta.

10. Uchikake

Uchikake
Foto: Uchikake (La-viephotography.com)

Uchikake adalah salah satu jenis pakaian pernikahan tradisional di Jepang.

Ini termasukl salah satu bagian penting dari pakaian pengantin wanita dalam budaya Jepang.

Pakaian ini biasanya terbuat dari kain indah dan dihiasi dengan bordir, sulaman, atau hiasan lainnya yang rumit dan elegan.

Uchikake sering dihiasi dengan motif-motif tradisional seperti bunga-bunga, burung-burung, atau desain alam lainnya.

Wanita yang mengenakan uchikake dalam upacara pernikahan tradisional biasanya juga mengenakan kimono pernikahan yang disebut "shiro-muku" atau "iro-uchikake."

Uchikake dikenakan di atas kimono pernikahan dan diikat dengan obi yang besar dan indah.

Penggunaan uchikake dalam upacara pernikahan saat ini lebih umum dalam pernikahan adat atau upacara pernikahan yang ingin mengadopsi elemen-elemen tradisional.

Uchikake adalah simbol keanggunan, keindahan, dan budaya dalam pernikahan Jepang.

Baca Juga: 10 Jenis Kain Katun dan Karakteristiknya untuk Pakaian

Itu dia beberapa jenis pakaian tradisional Jepang. Yuk, coba kenakan kalau Moms berkunjung ke negeri sakura nanti.

  • https://kyotokimono-rental.com/en/column/differences-yukata-vs-kimono.html
  • https://www.tsunagujapan.com/10-different-types-of-kimono-for-women/
  • https://web-japan.org/kidsweb/archives/cool/99-07-09/yukata.html
  • https://shop.japanobjects.com/blogs/editorial/japaneseclothing
  • https://www.japan-talk.com/jt/new/traditional-fashions
  • https://workinjapan.today/culture/japanese-traditional-clothing-a-short-guide/
  • https://blog.japanwondertravel.com/traditional-japanese-fashion-and-accessories-21478

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.