Kilas Perjuangan Pangeran Diponegoro, Pahlawan di Tanah Jawa
Sudahkah Moms mengenal sosok Pangeran Diponegoro?
Menyambut Hari Pahlawan, penting untuk mengenal sosok pahlawan Tanah Air yang satu ini.
Pangeran Diponegoro dikenal sebagai pahlawan yang melawan penjajah di Tanah Jawa.
Beliau telah melalui banyak cobaan dalam berperang melawan penjajah sehingga perjuangannya ini harus selalu kita kenang.
Dengan mengenang jasa dari Pangeran Diponegoro, tandanya kita menghargai apa yang telah diperjuangkan oleh beliau semasa hidupnya.
Baca Juga: 10+ Tokoh Sumpah Pemuda yang Berjasa, Kenali Yuk!
Profil Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro adalah putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono III dan memiliki nama asli Raden Mas Ontowiryo.
Melansir Kemdikbud RI, Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta pada 11 November 1785.
Raden Mas Ontowiryo dipanggil dengan sebutan Diponegoro karena perjuangannya dalam memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa.
Beliau memimpin perang Jawa yang berlangsung dari tahun 1825-1830 atau sekitar 5 tahun perjuangan.
Perang yang terjadi di Tanah Jawa itu menjadi salah satu peristiwa besar yang pernah dialami Belanda selama menjajah Indonesia.
Perang Jawa juga merupakan bagian dari perubahan besar di dunia, tepatnya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19.
Diketahui, Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan demi para petani di Tegalrejo agar bisa membeli senjata dan makanan.
Amarahnya memuncak setelah Patih Danureja atas perintah Belanda memasang tonggak untuk membuat rel kereta api di atas makam leluhurnya.
Baca Juga: 25+ Nama Pahlawan Nasional Indonesia dan Kisah Perjuangannya
Fakta-Fakta Menarik Perang Diponegoro
Masa perlawanan saat itu menjadi salah satu peristiwa merosotnya tatanan budaya Jawa di dalam keraton.
Perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro terhadap pemerintah Belanda dinilai pantas mendapatkan apresiasi yang tinggi.
Berikut beberapa fakta menarik dan penyebab terjadinya perang Diponegoro dalam melawan kolonial Belanda:
1. Berawal dari Campur Tangan Belanda
Penyebab perang Diponegoro adalah karena campur tangan dari pihak kolonial dalam urusan kerajaan yang ada di Pulau Jawa.
Pangeran Diponegoro merasa tidak setuju atas keterlibatan yang cukup besar dari pihak Belanda.
Perlawanan tersebut mendapat dukungan dari rakyat setempat.
Di kala itu, Pangeran Diponegoro diberikan kepercayaan lantaran memiliki pengaruh yang cukup besar.
Tak hanya itu, pemicu lainnya terjadi pada tahun 1821 yang juga menjadi tahun kelam para petani lokal.
Hal ini akibat penyalahgunaan penyewaan tanah oleh warga Belanda, Inggris, Prancis, dan Jerman.
2. Perebutan Hak Sewa Tanah
Van der Capellen mengeluarkan dekrit pada tanggal 6 Mei 1823 sebagai bagian dari perang Diponegoro.
Ia menyatakan bahwa semua tanah yang disewa orang Eropa dan Tionghoa wajib dikembalikan kepada pemiliknya per 31 Januari 1824.
Namun, pemilik lahan diwajibkan memberikan kompensasi kepada penyewa lahan asal Eropa.
Karenanya, Pangeran Diponegoro membuat keputusan untuk melakukan perlawanan dengan membatalkan pajak Puwasa.
Tak lain, tujuannya agar para petani di Tegalrejo dapat membeli senjata dan makanan dengan lebih leluasa.
Perlu diketahui kalau pada masa itu, pembelian senjata dan makanan oleh warga pribumi sangatlah sulit.
Semua proses jual beli tersebut haruslah melalui pihak Belanda.
Baca Juga: 35+ Pakaian Adat dari Semua Provinsi di Indonesia, Unik!
3. Perjalanan Pangeran Diponegoro Lolos dari Kolonial
Berlanjut hingga adanya perencanaan penculikan terhadap Pangeran Diponegoro kala itu.
Pada 20 Juli 1825, bupati keraton senior yang memimpin pasukan Jawa-Belanda berencana menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi.
Meski tempat kediamannya hampir lenyap, beliau berhasil lolos karena lebih mengenal medan perlawanannya.
Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pasukannya bergerak ke barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo.
Beliau kemudian pindah ke Selarong, sebuah daerah berbukit-bukit yang dijadikan markas besarnya.
Baca Juga: Sinopsis Film Tjokroaminoto: Guru Bangsa dan para Pemainnya
4. Menetap di Goa Persembunyian
Perjuangan Pangeran Diponegoro berlanjut sampai ia menjadikan goa sebagai tempat persembunyiannya.
Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai markasnya.
Pangeran menempati goa sebelah barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaannya.
Sementara itu, Raden Ayu Retnaningsih atau selirnya, menempati Goa Putri di sebelah Timur.
Istrinya telah wafat terlebih dahulu sebelum perang terjadi, dan Raden Ayu Retnaningsih adalah yang menemani hidupnya.
Baca Juga: Biografi Pattimura Singkat, Pahlawan dari Tanah Maluku!
5. Perang Diponegoro Menelan Banyak Korban
Penyerangan di Tegalrejo merupakan cikal bakal perang Diponegoro yang nantinya akan berlangsung selama 5 tahun lamanya tanpa henti.
Perang Diponegoro diketahui telah menelan korban sebanyak 200.000 jiwa penduduk Jawa.
Sementara itu, korban tewas di pihak lawan berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 prajurit pribumi.
Selain melawan kolonial, perang Diponegoro juga memicu perang antar saudara yang berpihak pada antek-antek Belanda.
Akhir dari perang ini menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.
Ada satu fakta unik yang menjadi distorsi sejarah dari cerita Pangeran Diponegoro ini.
Di beberapa literatur yang ditulis oleh Hindia Belanda, dituliskan kalau penyebab perlawanan Pangeran Diponegoro adalah karena beliau merasa sakit hati terhadap pemerintahan kolonial Belanda dan keraton yang menolaknya menjadi raja.
Padahal perlawanan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro kepada kolonial Belanda adalah karena ingin melepaskan penderitaan rakyat dari sistem pajak dan perlakuan kolonial Belanda yang semakin menjadi-jadi.
Untungnya distorsi sejarah ini bisa diketahui sehingga kisah dari Pangeran Diponegoro bisa diluruskan dengan baik seperti yang kita kenal sekarang ini.
6. Taktik Belanda dalam Perang Diponegoro
Kolonial Belanda berhasil memenangkan perang Diponegoro karena taktik perang yang mereka gunakan.
Perang Diponegoro merupakan perang terbuka dengan mengerahkan semua jenis pasukan, mulai dari pasukan infanteri, kavaleri, dan artileri yang selalu menjadi senjata andalan dalam perang yang dilakukan Belanda.
Perang Diponegoro ini sangatlah sengit karena perebutan wilayah selalu silih berganti.
Jadi kalau siang ini ada suatu wilayah berhasil dikuasai Belanda, malamnya wilayah tersebut bisa saja sudah direbut oleh pasukan Pangeran Diponegoro.
Puncak peperangan ini terjadi pada tahun 1827, saat itu Belanda berhasil mengerahkan lebih dari 23.000 orang pasukan serdadu.
Pasukan pribumi pada saat itu memang kalah jumlah karena perang ini terjadi di wilayah yang tidak terlalu luas yakni di Jawa Tengah dan sebagian perbatasan Jawa Timur.
Perang Diponegoro ini juga menerapkan teknik telik sandi (spionase) dengan kedua belah pihak yang saling mematai-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawan.
Di tahun 1829, Belanda mengubah strategi dengan menerapkan strategi perbentengan (benteng stelsel).
Jadi pihak Belanda membuat benteng dengan kawat berduri sehingga mempersempit ruang gerak dari pihak Pangeran Diponegoro.
Berhubung perang ini berlangsung lama, pasukan Pangeran Diponegoro lama-lama kehabisan makanan dan biaya untuk berperang.
7. Perubahan Keresidenan Pulau Jawa
Setelah perang Diponegoro usai, seluruh raja dan bupati di Jawa tunduk kepada Belanda, kecuali bupati Ponorogo Warok Brotodiningrat III.
Mengulik sejarah, beliau justru ingin menyerang seluruh kantor belanda yang berada di kota-kota keresidenan Madiun.
Termasuk perkantoran kolonial di Jawa Tengah, seperti Wonogiri dan Karanganyar yang banyak dihuni oleh Warok.
Terlepas dari itu, perang ini akhirnya mengubah wajah Jawa secara keseluruhan dari berbagi aspek.
Perubahan-perubahan tersebut, termasuk sistem pemerintahan, kependudukan, hingga penguasaan.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Buku Biografi untuk Membangkitkan Motivasi
8. Peristiwa yang Menumbuhkan Nasionalisme dan Persatuan
Pangeran Diponegoro dianggap oleh masyarakat Jawa sebagai sosok yang memimpin mereka, tidak hanya bagi kalangan petani, tapi juga kaum bangsawan.
Hal ini dikarenakan Pangeran Diponegoro tidak hanya memperjuangkan hak dari rakyat miskin, tapi juga memperjuangkan adat istiadat Jawa.
Adanya slogan semangat perjuangan yang berbunyi “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati” yang memiliki arti, "satu sentuhan kening, satu jari luasnya bumi bertaruh nyawa."
Slogan tersebut bisa diartikan bahwa prinsip orang Jawa dalam menghadapi masalah adalah kehormatan dan tanah akan dibela mati-matian hingga titik darah penghabisan.
Jadi wajar saja kalau slogan ini sangat cocok untuk meningkatkan semangat juang masyarakat Indonesia dalam melawan penjajahan yang ada di Indonesia.
Perjuangan dalam perang Diponegoro berhasil menumbuhkan semangat persatuan dan nasionalisme dalam diri masyarakat Jawa.
Tak heran jika sosok Pangeran Diponegoro berhasil membuat para penduduk Indonesia menghargai pengorbanan yang dilakukannya hingga saat ini.
Wafatnya Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro adalah tokoh yang memimpin perlawanan terhadap Belanda dalam Perang Diponegoro atau Perang Jawa.
Setelah perlawanan tersebut, pahlawan kemerdekaan ini diasingkan selama 25 tahun hingga akhirnya wafat dan dimakamkan di Makassar, Sulawesi Selatan.
Sebelumnya, Pangeran Diponegoro sempat memimpin pertempuran besar melawan Belanda pada tahun 1825.
Namun, pada tahun 1827, Belanda melancarkan serangan yang semakin mempersempit pergerakan pasukan Diponegoro.
Pada akhirnya, pada tahun 1830, Jenderal De Kock berhasil mengepung pasukan Diponegoro di Magelang.
Saat itu, Pangeran Diponegoro menyatakan kesediaannya untuk menyerahkan diri dengan syarat sisa pasukannya dibebaskan.
Pangeran Diponegoro kemudian ditangkap dan diasingkan ke Manado, sebelum akhirnya dipindahkan ke Makassar.
Dia menetap di Benteng Rotterdam, Makassar, sejak tahun 1833 hingga akhir hayatnya pada tahun 1855.
Baca Juga: 9 Ide Baju Pahlawan Indonesia Si Kecil, Langsung Check Out!
Itulah kilas balik perjuangan Pangeran Diponegoro yang bisa diambil nilai-nilai positifnya untuk diajarkan kepada Si Kecil!
- https://ditsmp.kemdikbud.go.id/pangeran-diponegoro-dalam-melawan-penjajahan-di-tanah-jawa/
- https://www.gramedia.com/literasi/biografi-pangeran-diponegoro/
- https://id.wikipedia.org/wiki/Diponegoro
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.