Apakah Penderita Kanker Payudara Boleh Menyusui? Cek yuk!
Sering menjadi perdebatan, apakah penderita kanker payudara boleh menyusui bayi?
Sebagai salah satu penyakit mematikan yang menyerang perempuan, tentu saja kondisi ini menjadi kekhawatiran setiap kaum Hawa.
Kanker yang menyerang jaringan payudara tentu akan berimbas pada proses menyusui Si Kecil.
Lantas, apakah penderita kanker payudara boleh menyusui?
Cari tahu jawabannya lewat ulasan di bawah ini, ya, Moms!
Baca Juga: 7 Penyebab Munculnya Benjolan di Ketiak dan Cara Mengatasinya
Mengenal Kanker Payudara
Setiap orang pasti ingin selalu dalam kondisi sehat dan prima.
Meski begitu, penyakit terkadang datang tanpa diundang.
Nah, salah satu masalah kesehatan yang ditakuti wanita adalah kanker payudara.
Kanker payudara merupakan salah satu penyakit keganasan dan mematikan, yang bisa dialami perempuan maupun laki-laki.
Kanker payudara adalah penyakit yang terjadi ketika sel-sel di payudara tumbuh secara tidak normal.
Ada berbagai jenis kanker payudara yang bisa terjadi. Jenis ini tergantung pada sel payudara mana yang berubah menjadi kanker.
Pada 2017, ditemukan lebih dari 250 ribu wanita yang mengalami kanker payudara di Amerika Serikat.
Mirisnya, sekitar 40 ribu pasien di antaranya meninggal dunia.
Karena bisa berdampak sangat fatal, penyakit kanker payudara tentu memberikan kekhawatiran sendiri.
Rasa khawatir tersebut semakin memuncak apabila kanker payudara terjadi berbarengan dengan proses menyusui.
Sebab, banyak muncul pertanyaan seputar apakah penderita kanker payudara boleh menyusui atau tidak.
Baca Juga: Hari Kanker Payudara Sedunia: Tingkatkan Pemahaman dan Kesadaran tentang Kanker Payudara
Apakah Penderita Kanker Payudara Boleh Menyusui?
"Penderita kanker payudara boleh menyusui bayinya," ungkap dr. Utami Roesli, Sp.A, IBCLC, FABM.
Terkait hal tersebut, ia menegaskan bahwa kanker mungkin bukan berada pada sel-sel pembuat ASI.
Akan tetapi, perlu dipertimbangkan lagi apakah ibu tersebut sedang dalam masa proses pengobatan atau tidak.
Seperti kita tahu, salah satu peran penting payudara adalah untuk menyusui.
Tak ada riset yang menyatakan bahwa perempuan yang mengalami kanker payudara tak boleh menyusui.
Berbeda halnya jika ibu penderita kanker payudara ini sedang menjalani pengobatan lumpektomi.
Obat-obatan dapat mengalir ke dalam darah dan larut dalam ASI. Alhasil, menyusui bayi mungkin akan memberikan efek obat tersebut kepada Si Kecil.
Jadi, jika ibu dengan kanker payudara sedang menjalani kemoterapi, maka tidak disarankan untuk menyusui Si Kecil.
Hal ini karena zat-zat kimia dari obat yang dikonsumsi selama kemoterapi bisa mengalir ke tubuh bayi lewat ASI.
Keadaan tersebut membuat bayi mesti menanggung efek samping obat kemoterapi.
Mengingat hal tersebut, ibu menyusui yang mengalami kanker payudara sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter.
Tindakan ini bertujuan untuk memastikan proses menyusui dapat tetap berjalan lancar, dan Si Kecil bisa menerima ASI tanpa menanggung risiko efek samping.
Baca Juga: Mengenal Fibroadenoma, Benjolan Payudara yang Tidak Nyeri
Dampak Penderita Kanker Payudara Menyusui Bayi
Studi dalam Endeavor menilai bahwa, wanita yang terkena kanker payudara boleh menyusui atau memompa tanpa rasa khawatir.
Tidak ada peningkatan risiko yang diketahui selama waktu itu, sehingga penderita kanker payudara boleh menyusui bayi.
Namun, perlu memerhatikan perubahan atau dampak dari potensi kanker yang lebih parah ke stadium lanjut.
Pada umumnya payudara ibu menyusui akan terasa 'kental' karena produksi ASI atau bahkan saluran ASI yang tersumbat.
Tapi, benjolan yang tidak mengecil atau hilang setelah sekitar satu minggu sebaiknya diperiksakan ke dokter.
Malahan, dampak dari penderita kanker payudara menyusui bayi dapat menurunkan gejalanya.
“Penelitian menunjukkan ibu yang menyusui menurunkan risiko kanker payudara sebelum dan sesudah menopause." kata Lindsey Wohlford, ahli diet kesehatan.
Menurutnya, menyusui lebih lama dari 6 bulan yang direkomendasikan dapat memberikan perlindungan tambahan.
Baca Juga: Puting Hitam pada Payudara, Normalkah? Simak Penjelasannya!
Cara Mendeteksi Kanker Sejak Dini
Perlu kita tahu Moms, keganasan kanker payudara terjadi saat sel kanker terbelah di dalam lobules.
Lobules dikenal juga sebagai saluran yang mendekati jaringan payudara. Hal itu akan memudahkan sel kanker tersebar pada area bagian tubuh lainnya.
Sementara, kanker payudara yang tidak ganas terjadi ketika sel kanker masih di dalam tempat asalnya dan belum tersebar.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi awal dari gejala kanker payudara baik pada wanita ataupun pria.
Dokter sering menggunakan tes tambahan untuk menemukan atau mendiagnosis kanker payudara.
Berikut sejumlah tes untuk mendiagnosis kanker payudara, di antaranya:
- USG payudara
Cara mendeteksi awal dari gejala kanker payudara bisa dengan menggunakan USG khusus.
USG tak hanya digunakan untuk kehamilan, namun juga pada perempuan yang mengalami tumor atau benjolan payudara.
Ini adalah sebuah mesin yang menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar, yang disebut sonogram, dari area di dalam payudara.
- Mammogram diagnostik
Jika memiliki masalah pada payudara seperti benjolan, atau jika area payudara terlihat tidak normal, diagnosis ini cukup membantu.
Mammografi merupakan salah satu bagian dari alat diagnosis atau dikenal rontgen payudara yang lebih detail.
Mammografi umumnya digunakan untuk perempuan berusia di atas 35 tahun ke atas.
- Pencitraan resonansi magnetik payudara (MRI)
Alat semacam pemindaian tubuh yang menggunakan magnet yang dihubungkan ke komputer.
Pemindaian MRI akan membuat gambar detail dari area di dalam payudara.
Tak hanya payudara, MRI juga digunakan untuk melihat gambaran detail pada tempurung otak kepala.
- Biopsi
Ini adalah tes yang menghilangkan jaringan atau cairan dari payudara untuk dilihat di bawah mikroskop.
Biopsi akan melakukan lebih banyak pengujian untuk melihat jenis-jenis kanker payudara yang diidap.
Ada berbagai jenis biopsi, misalnya, aspirasi jarum halus, biopsi inti, atau biopsi terbuka.
Baca Juga: 5 Perbedaan USG Abdominal dan USG Transvaginal, Moms Wajib Tahu!
Ragam Pengobatan Kanker Payudara
Diketahui sebelumnya, penderita kanker payudara boleh menyusui bayi dengan aman tanpa risiko besar.
Namun, beda halnya dengan penderita kanker yang sedang dalam masa pengobatan tertentu.
Ada beberapa upaya pengobatan yang dilakukan untuk mencegah penyebaran sel kanker, di antaranya:
1. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan jika kanker telah menyebar atau ada risiko yang akan terjadi.
Pengobatan ini dapat digunakan untuk menyembuhkan kanker sepenuhnya (kemoterapi kuratif).
Kemoterapi juga dapat membuat perawatan lain lebih efektif.
Misalnya, dapat dikombinasikan dengan radioterapi (kemoradiasi) atau digunakan sebelum operasi (kemoterapi neo-adjuvant).
Kemoterapi secara rutin juga bisa mengurangi risiko kanker kembali setelah radioterapi atau operasi (kemoterapi adjuvant).
Efek samping kemoterapi berbagai macam, salah satunya gangguan nafsu makan, rambut rontok, sampai anemia.
Efektivitas kemoterapi sangat bervariasi. Tanyakan kepada dokter tentang kemungkinan pengobatan yang berhasil untuk Moms.
Baca Juga: Pernapasan Dada dan Pernapasan Perut, Mana yang Lebih Baik?
2. Terapi Radiasi
Radioterapi dapat digunakan pada tahap awal kanker atau setelah kanker mulai menyebar.
Radiasi adalah upaya yang dinilai cukup ampuh untuk mematikan sel kanker.
Teknik radiasi dan kemoterapi ini dilakukan sesuai tipe dan jenis kanker payudara yang dialami.
Umumnya, pengobatan ini menimbulkan efek samping berupa rambut rontok dan sebagainya.
Radioterapi biasanya diberikan di rumah sakit. Moms biasanya dapat pulang segera setelah radioterapi eksternal.
Tetapi, Moms mungkin perlu tinggal di rumah sakit selama beberapa hari jika memiliki implan atau terapi radioisotop.
Kebanyakan orang memiliki beberapa sesi perawatan, yang biasanya tersebar selama beberapa minggu.
3. Terapi Hormon
Terapi pencegahan hormon adalah penanganan untuk mencegah kambuhnya hormon sensitif penyebab kanker payudara.
Terapi ini dilakukan terhadap pasien yang tak dapat melakukan operasi, radiasi atau kemoterapi.
Bentuk terapi hormon yang paling umum untuk kanker payudara bekerja dengan menghalangi hormon.
Khususnya hormon yang menempel pada reseptor pada sel kanker atau dengan mengurangi produksi hormon tubuh.
Terapi hormon hanya digunakan untuk kanker payudara yang ditemukan memiliki reseptor hormon estrogen atau progesteron yang terjadi secara alami.
Selain itu, pengobatan kanker payudara ini juga dapat digunakan untuk mengecilkan tumor sebelum operasi.
Artinya, kemungkinan besar kanker akan diangkat sepenuhnya.
Baca Juga: 23 Cara Mencegah Kanker Payudara, Moms Wajib Tahu!
4. Mastektomi atau Pengangkatan Payudara
Mastektomi adalah operasi untuk mengangkat payudara.
Pengobatan ini digunakan untuk mengobati kanker payudara pada wanita dan kanker payudara pada pria.
Operasi memakan waktu sekitar 90 menit, dan kebanyakan orang pulang keesokan harinya.
Diperlukan waktu 4 hingga 6 minggu untuk pulih dari mastektomi.
Mastektomi dapat direkomendasikan pada penderita kanker payudara apabila:
- Kanker ada di area payudara yang luas
- Kanker telah menyebar ke seluruh payudara
- Payudara penuh dengan sel pra-kanker
Beberapa wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara memilih untuk menjalani mastektomi, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda kanker.
Sebelum menjalani mastektomi, Moms akan memiliki kesempatan untuk mendiskusikan operasi dan efek sampingnya.
5. Operasi Lumpektomi
Ini adalah pengangkatan tumor dan sedikit jaringan sehat yang bebas kanker di sekitar tumor.
Bedanya dengan mastektomi, sebagian besar payudara tetap ada dengan operasi lumpektomi.
Untuk kanker ganas, terapi radiasi ke jaringan payudara yang tersisa sering direkomendasikan setelah operasi.
Ini terutama untuk pasien yang lebih muda, pasien dengan tumor reseptor hormon negatif, dan pasien dengan tumor yang lebih besar
Untuk jenis kanker payudara DCIS, terapi radiasi setelah operasi biasanya diberikan.
Lumpektomi juga dapat disebut operasi konservasi payudara, mastektomi parsial, kuadrantektomi, atau mastektomi segmental.
Baca Juga: Catat 17 Makanan Penyebab Kanker yang Harus Dibatasi
Demikian jawaban dari pertanyaan, apakah penderita kanker payudara boleh menyusui atau tidak.
Semoga hal ini bisa menjawab rasa khawatir Moms, ya.
Terlepas dari itu, apabila Moms merasakan gejala yang tidak biasa pada payudara, sebaiknya segera berobat ke dokter untuk memastikan diagnosis.
Semakin dini kanker payudara dideteksi, tingkat kesembuhan pun bisa semakin tinggi.
Tetap waspada, ya, Moms!
- https://moffitt.org/endeavor/archive/5-things-you-should-know-about-breastfeeding-and-breast-cancer/
- https://www.nhs.uk/conditions/chemotherapy/#:~:text=Chemotherapy%20is%20a%20cancer%20treatment,and%20spreading%20in%20the%20body.
- https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/45/menyusui-turunkan-risiko-kanker-payudara
- https://www.webmd.com/breast-cancer/breast-cancer-while-breastfeeding
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.