Kenali Perbedaan Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa
Apa Moms sering merasa kembung setelah minum susu? Atau mungkin ada efek lain seperti ruam, muntah-muntah, dan keram perut?
Banyak orang mengira, jika mereka tidak cocok mengonsumsi produk olahan susu, mereka lantas memiliki alergi susu.
Padahal sebenarnya, tidak cocok bukan berarti alergi lho, Moms. Bisa jadi Moms mengalami intoleransi laktosa.
"Intoleransi laktosa dan alergi susu adalah dua hal yang sangat berbeda," ungkap Amy E. Barto, MD, ahli gastroenterologi di Klinik Lahey di Burlington, Amerika.
"Alergi susu biasanya terjadi sejak bayi. Sedangkan intoleransi laktosa membutuhkan waktu lebih lama untuk berkembang, dan dapat terjadi kapan saja dalam kehidupan. Intoleransi laktosa dapat bersifat genetik, atau dapat disebabkan oleh kerusakan usus kecil karena infeksi virus atau bakteri,” jelasnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut, mari kita lihat perbedaan alergi susu dan intoleransi laktosa.
Baca Juga: Hal yang Perlu Moms Ketahui Seputar Alergi Susu Sapi
Perbedaan Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa
Alergi susu adalah alergi makanan yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap protein dalam susu.
Jika Moms mengonsumsi susu, biasanya tubuh akan bereaksi seolah-olah protein adalah suatu zat yang berbahaya sehingga tubuh melawannya.
Hal itu yang menyebabkan gejala alergi. Reaksi alergi bisa ringan (ruam) hingga parah (kesulitan bernapas, kehilangan kesadaran).
Sedangkan, intoleransi laktosa disebabkan karena tubuh tidak memproduksi enzim laktase, padahal enzim ini diperlukan untuk memecah laktosa, gula yang ditemukan dalam susu dan produk susu lainnya.
Jadi laktosa susu yang harusnya dicerna secara normal di perut dan usus kecil, tidak dapat tercerna dan langsung bergerak ke dalam usus besar.
Hal ini yang biasanya menyebabkan rasa kembung dan bergas pada perut. Meski terasa tidak nyaman, tetapi kasus ini tidak berbahaya.
Seperti dikutip dari WebMD, alergi susu memang salah satu alergi yang paling umum terjadi, terutama pada anak-anak. Tercatat 2 dari 100 anak di bawah 4 tahun alergi terhadap susu.
Kasus alergi paling banyak ditemukan terjadi pada bayi. Bayi atau anak yang memiliki alergi susu, ada kemungkinan bisa sembuh di atas umur 5 tahun, tapi bisa juga terus memiliki alergi tersebut hingga dewasa.
Baca Juga: 3 Resep Sorbet Tanpa Susu untuk Balita dengan Intoleransi Laktosa
Sedangkan intoleransi laktosa dinyatakan sangat umum terjadi pada orang dewasa.
"Sekitar 80 hingga 90 persen orang Afrika-Amerika memiliki intoleransi laktosa, dan itu juga sangat umum terjadi pada orang Asia. Penting diingat bahwa intoleransi laktosa meningkat dengan bertambahnya usia dan cukup umum terjadi pada orang tua,” papar Dr. Barto.
Gejala Alergi Susu
Seperti dilansir dari Mayo Clinic, berikut tanda-tanda alergi susu yang paling sering terjadi dan dirasakan:
- Perasaan gatal atau kesemutan di sekitar bibir atau mulut
- Pembengkakan pada bibir, lidah atau tenggorokan
- Batuk atau sesak napas
- Muntah
Tanda dan gejala yang mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk berkembang meliputi:
- Diare (jika parah, bisa sampai mengeluarkan darah)
- Kram perut
- Hidung berair
- Mata berair
- Kolik ( pada bayi )
Gejala alergi susu, dirasakan berbeda tiap-tiap orang. Ada yang merasakan reaksinya langsung setelah mereka meminum susu, ada juga yang merasakannya setelah beberapa jam. Tingkat keparahan akan alergi pun berbeda-beda.
Bagi sebagian orang, alergi susu dapat menyebabkan anafilaksis, reaksi yang mengancam jiwa yang mempersempit saluran udara dan dapat menghambat pernapasan sehingga menyebabkan seseorang sulit bernapas.
Baca Juga: Tidak Bisa Minum Susu Sapi? Ini 4 Alternatif Susu yang Juga Menyehatkan
Ciri-ciri Intoleransi Laktosa
Karena intoleransi laktosa dan alergi susu memiliki gejala yang rata-rata hampir sama, banyak orang yang kemudian tidak dapat membedakan keduanya.
Dilansir dari Better Health Channel, gejala yang dirasakan orang yang mengalami intoleransi biasanya meliputi:
- Sakit perut
- Perut terasa bergas dan kembung
- Mual
- Diare
Gejala intoleransi laktosa ini biasa dirasakan antara 30 menit hingga dua jam setelah mengonsumsi susu atau makanan yang mengandung susu.
Yang membedakan antara intoleransi laktosa dengan alergi susu biasanya efek yang terjadi setelah meminum susu.
Orang yang memiliki alergi biasanya memiliki gejala yang lebih parah dibandingkan intoleransi laktosa.
Namun dokter sekalipun terkadang tidak bisa membedakan keduanya. "Dokter Anda mungkin meminta Anda membuat buku harian makanan, menghindari produk susu untuk sementara waktu, dan kemudian memperkenalkannya kembali," ungkap Dr. Barto. "Jika ragu, ada tes laboratorium yang dapat membantu membuat diagnosis."
Cara Mengatasi Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa
Ada sedikit perbedaan antara cara menangani alergi susu dengan intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa lebih mudah ditangani, yaitu dengan cara membatasi jumlah makanan dan minuman yang mengandung susu.
Moms dapat mencoba es krim dan susu yang dikurangi laktosa, atau mengonsumsi suplemen enzim laktase ketika Moms ingin mengonsumsi produk susu. Hal itu berguna untuk membantu tubuh mencerna laktosa.
Tapi jika Moms memiliki alergi susu, Moms benar-benar harus menghindari semua makanan yang mengandung produk susu.
Karena sampai saat ini masih belum ada cara pasti untuk mengobati alergi makanan selain menghindarinya.
Baca Juga: Susu Kedelai Bisa jadi Alternatif Pengganti Susu Sapi untuk Bayi?
Beberapa makanan yang memiliki label aman sekalipun belum tentu benar-benar terbebas dari kandungan susu.
Moms perlu lebih teliti membaca label makanan untuk melihat apakah ada bahan-bahan yang mengandung susu maupun turunannya.
Protein susu ditemukan dalam banyak makanan bahkan yang tidak Moms sangka sekalipun. Contohnya beberapa tuna kaleng, minuman berenergi, dan bahkan permen karet.
Setelah mengetahui perbedaanya tapi Moms masih ragu, Moms bisa melakukan tes alergi susu dan mengonsultasikannya pada dokter.
(DH)
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.