30 Oktober 2024

Mengenal Roasting dalam Stand Up Comedy, Begini Caranya!

Ada etikanya agar tidak menyinggung orang lain

Bagi Moms yang suka menonton Stand Up Comedy, pasti Moms tidak asing dengan istilah roasting.  

Beberapa komika, atau sebutan bagi orang yang melawak tunggal, kerap melakukan roasting saat membawakan materi untuk bisa memancing tawa penonton.

Lantas, apa yang dimaksud dengan me-roasting? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

Apa Itu Roasting?

Ilustrasi Standup Comedy Sedang Lakukan Roasting
Foto: Ilustrasi Standup Comedy Sedang Lakukan Roasting (gqindia.com)

Roasting berasal dari kata roast yang artinya memanggang.

Roasting sering digunakan sebagai salah satu istilah dalam komedi.

Dalam praktiknya, teknik  Stand Up Comedy ini dilakukan dengan mengolok-olok atau mengejek seseorang, namun dengan cara unik. 

Biasanya, komika akan mengeluarkan lelucon yang tujuannya “menyerang” seseorang.

Kendati begitu, lelucon yang ditujukan tidak bersifat kasar atau merendahkan orang lain. 

Ketika mengejek seseorang dalam me-roasting, komika biasanya akan membuat lelucon di awal sesi dan kemudian memperkenalkan setiap tamu. 

Setiap tamu kehormatan yang hadir dan mendapat izin untuk di-roasting akan duduk di mimbar atau bangku penonton paling depan.

Para komika kemudian bergiliran melakukan lelucon yang topiknya membahas para tamu kehormatan.

Setelah itu, komika biasanya  mengakhiri olokan tersebut dalam bentuk penghormatan kepada para tamu kehormatan. 

Di samping itu,  banyak yang menggunakan teknik roasting sebagai protes atau mengkritik suatu hal.

Sebagai contoh, di Indonesia terdapat komika Kiky Saputri yang kerap menyindir dalam balutan komedi terhadap pemerintah dan pejabat yang menjadi bintang tamu di acara Stand Up Comedy. 

Asal-Usul Roasting

Ilustrasi Standup Comedy Sedang Lakukan Roasting
Foto: Ilustrasi Standup Comedy Sedang Lakukan Roasting (emerging-europe.com)

Roasting bukan teknik yang baru dalam dunia Stand Up Comedy.

Dilansir dari Liveabout, komedi roasting pertama kali muncul di sebuah klub bernama New York Friars Club pada tahun 1920-an. 

Kemudian pada 1949, pertama kali teknik ini dilakukan secara publik oleh Maurice Chevalier.

Semenjak itulah, popularitas teknik ini semakin meningkat di kota New York.  

Hal ini menjadi semakin mendapatkan nama setelah pada 1970-an, banyak komikan melakukannya pada bintang terkenal, seperti Muhammad Ali, Frank Sinatra, dan lainnya.

Proses Kreatif dalam Roasting

Ilustrasi Wanita Menyiapkan Materi untuk Roasting (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Wanita Menyiapkan Materi untuk Roasting (Orami Photo Stock)

Proses kreatif dalam roasting secara singkat meliputi langkah-langkah berikut:

1. Persiapan dan Riset

Komedian melakukan riset tentang target roasting mereka, baik melalui observasi langsung atau dengan mencari informasi tentang mereka.

Mereka mencari tahu karakteristik unik, kelemahan, atau kejadian terkenal yang bisa menjadi bahan materi teknik ini.

2. Penentuan Target dan Pembuatan Materi

Setelah melakukan riset, komedian memilih target yang ingin mereka sasar.

Mereka kemudian menciptakan materi roasting yang mengandung lelucon-lucu dan sindiran yang tajam terkait dengan target tersebut.

3. Latihan dan Improvisasi

Komedian melakukan latihan berulang-ulang untuk memperbaiki penyampaian dan timing roasting mereka.

Mereka mencoba berbagai variasi dan improvisasi untuk melihat respons yang diperoleh dari audiens dan memperbaiki materi jika diperlukan.

Proses kreatif dalam teknik ini memerlukan pemahaman yang baik tentang audiens, target, serta kemampuan komedian dalam menggabungkan lelucon dan sindiran dengan baik.

Fleksibilitas dan improvisasi juga penting untuk menghadapi situasi yang berubah-ubah saat berinteraksi dengan audiens.


Hal yang Boleh dan Tidak Boleh di-Roasting

Berikut batasan roasting yang wajib kamu pahami:

  1. Kesalahan Masa Lalu: Komika dapat menggunakan kesalahan atau momen lucu dari masa lalu target sebagai bahan lelucon, selama hal tersebut tidak menyakiti perasaan target secara berlebihan.
  2. Karakteristik Unik: Ciri khas atau kebiasaan unik dari target juga sering dijadikan bahan roasting, asalkan disampaikan dengan cara yang ringan dan humoris.
  3. Fenomena Sosial: Roasting bisa juga digunakan untuk mengkritik fenomena sosial atau kebijakan publik, menjadikannya sebagai sarana untuk menyampaikan kritik dengan cara yang menghibur.
  4. Mantan Pacar: Membahas mantan pacar diperbolehkan, selama tidak menyakiti perasaan orang lain yang terlibat.
  5. Obrolan Ringan: Komika dapat membuat lelucon tentang hobi atau minat target, selama tetap dalam batasan kesepakatan.

Hal yang Tidak Boleh Di-Roasting

  1. Keluarga dan Masalah Pribadi: Menggali isu-isu sensitif terkait keluarga atau masalah pribadi lainnya sangat tidak dianjurkan, karena dapat menimbulkan konflik.
  2. Topik Sensitif: Komika harus menghindari topik-topik yang dapat dianggap menghina atau merendahkan, seperti isu kesehatan mental atau fisik yang serius.
  3. Pelecehan dan Penghinaan: Roasting tidak boleh berujung pada penghinaan atau pelecehan, baik secara verbal maupun emosional.
  4. Durasi yang Terlalu Lama: Melakukan roasting dalam waktu lama bisa berisiko menimbulkan salah ucap atau ketersinggungan, sehingga disarankan untuk menjaga durasi agar tetap singkat dan padat.
  5. Ketidaksetujuan Target: Sebelum roasting, penting untuk mendapatkan persetujuan dari target mengenai apa saja yang boleh dan tidak boleh dibahas. Tanpa kesepakatan tersebut, roasting bisa menjadi masalah.

Etika sebelum Roasting 

Ilustrasi Standup Comedy Sedang Lakukan Roasting
Foto: Ilustrasi Standup Comedy Sedang Lakukan Roasting (cosmopolitan.com)

Kendati ini adalah bagian dari komedi, tetapi tetap ada aturan dan etika saat melakukannya di atas panggung, ya.

Pasalnya, sembarangan me-roasting dapat membuat  seseorang tersebut tersinggung dan memicu konflik.  

Di antaranya, aturannya seseorang adalah dengan memastikan bahwa seseorang yang akan di-roasting setuju bahwa dirinya akan diolok-olok depan umum.

Komika juga harus tahu batasan sampai mana ia bisa melakukannya orang tersebut.

Sebelumnya, komika bisa berkonsultasi dulu kepada tamu kehormatan dan berdiskusi hal apa saja yang tidak boleh di-roasting.

Sebagai contoh, komedi yang dilontarkan tidak menyinggung masa lalu atau keluarganya.

Perlu diperhatikan, meski tujuannya mengejek, tapi hal ini dilakukan dengan tetap menghormati dengan baik tamu atau orang yang diperolok.  

Terkadang, komika atau orang yang melakukannya akan memberikan selipan pujian di tengah-tengah sesinya.

Untuk tahu bagaimana cara melakukan teknik yang benar, simak ulasan berikut ini.

1. Buat Dalam Durasi Singkat 

Me-roasting seseorang dalam waktu lama tidak dianjurkan. Selain akan melelahkan, dikhawatirkan komika akan mengalami salah ucap.

Risikonya, hal ini bisa mendatangkan kritik dan konflik setelah Stand Up Comedy. 

Oleh sebab itu, tidak dianjurkan berlama-lama melakukan cara ini di atas panggung.

Perlu diingat kembali bahwa komika perlu menyisipkan unsur komedi ketika sedang “mengolok-olok” tamu kehormatan.

2. Buat Jokes Terstruktur

Umumnya, komika akan membuat materi mengenai candaan apa yang akan dilontarkan saat di atas panggung.

Apabila ingin menggunakan teknik ini, komika disarankan untuk menulis leluconnya secara terstruktur.

Tujuannya agar candaan yang dilontarkan tidak keluar batas dari hal-hal yang telah disepakati dengan tamu kehormatan. 

3. Patuhi Batasan

Selain membuat materi secara terstruktur, komika juga perlu mengingat batasan yang akan dibawakan saat melakukan teknik ini pada seseorang. 

Ketahuilah batasan topik yang boleh diungkap saat di atas panggung.

Lagi-lagi, komika harus berdiskusi dengan tamu yang akan di-roasting.

Hal ini dapat mencegah terjadinya konflik di kemudian hari. 

4. Roasting Beberapa Orang

Roasting dalam Stand Up Comedy ternyata tidak harus ditujukan kepada satu orang, lho!

Supaya tidak terkesan berlebih karena dilakukan pada satu orang terus menerus, komika dapat memperolok orang lain juga. 

Salah satu tamu mungkin sudah familiar dengan teknik ini di atas panggung.

Bila topiknya diulang terus-menerus, melontarkan hal ini di atas panggung mungkin akan terasa membosankan bagi penonton yang lain. 

Bila hal tersebut dialami, sebaiknya jangan panik dan tetap tenang.

Komika bisa mencari sudut pandang lain untuk membuat cara ini jadi lebih menarik. 

Misalnya, membawakan lelucon yang lama sambil mengaitkannya dengan kondisi yang terbaru mungkin bisa membantu membuat komedi menjadi lebih berwarna.

Komika juga dapat mencari sudut pandang baru terhadap topik yang akan digoreng di atas panggung. 

Terakhir, bila menggoreng topik tentang orang lain, Moms dan Dads mesti tahu konsekuensinya.

Konsekuensi tersebut di antaranya bisa menimbulkan konflik antara komika dan tamu, meski sudah berdiskusi sebelumnya. 

Bila demikian, komika bisa meminta maaf usai acara dan jangan lupa untuk menampilkan sisi seperti prestasi atau kebaikan dari tamu yang di-roasting agar materinya berimbang, ya!

Ketahui juga cara menjadi komika sukses agar kamu dapat membangun portofolio yang positif.

Semoga bermanfaat, ya!

  • https://www.liveabout.com/roast-in-comedy-definition-801515
  • https://psmag.com/social-justice/why-we-love-to-make-fun-of-justin-bieber

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.