Arti Sarkasme, Perkataan yang Menyakiti Orang Lewat Sindiran
Istilah sarkasme kerap muncul di media sosial rupanya memiliki makna yang bisa melukai perasaan orang lain.
Tanpa sadar, Moms dan Dads juga mungkin sering menggunakannya. Lalu, sebenarnya apa artinya sarkasme?
Pengertian Sarkasme
Media sosial banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai media eksistensi ataupun untuk mengeluarkan pendapat.
Seringkali, kata-kata yang dilontarkan pun cukup pedas dan bisa menyinggung perasaan orang lain.
Perilaku ini dapat disebut sebagai sarkasme. Namun, tidak semua perkataan menyakitkan bisa digolongkan sebagai sarkasme.
Dilihat dari etimologinya kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata "sark" adalah daging dan "asmos" artinya merobek. Jadi, secara harfiah sarkasme adalah "merobek daging".
Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarkasme artinya penggunaan kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain yang berupa cemoohan atau ejekan kasar.
Sarkasme adalah salah satu jenis majas yang menggunakan kata-kata tajam untuk menyakiti perasaan orang lain. Biasanya bisa berupa kata-kata pedas, ejekan, atau cemooh terhadap orang lain.
Sayangnya, banyak orang yang menggunakan kata-kata sarkastik karena dirinya merasa superior atau lebih hebat dari orang yang disindirnya.
Di dalam sarkasme sendiri, Moms dan Dads bisa mengatakan kebalikan dari apa yang dimaksud (ironi verbal) dan melakukannya dengan nada yang mengejek.
Biasanya hal ini sering ditemui pada komentar-komentar di media sosial.
Netizen Indonesia sering menggunakan kalimat sarkastik untuk mengkritik seseorang, peristiwa, aturan, produk, bahkan kebijakan pemerintah yang sedang berlaku.
Baca Juga: 47+ Kumpulan Kata-kata Sedih yang Menyentuh Hati Dikutip dari Novel
Beda Sarkasme dengan Satire
Sebenarnya, gaya bahasa sarkasme ini mirip dengan majas ironi dan satire.
Namun, ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok untuk membedakan sarkasme, yaitu dari karakteristiknya yang seperti berikut ini:
- Memiliki tujuan untuk menyakiti perasaan orang lain.
- Tidak selalu digunakan untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya karena sifatnya lebih emosional.
- Dilandasi dari kekecewaan atau emosi negatif pada suatu hal.
- Pasif agresif, artinya terlihat tidak menyerang pembacanya, tapi ternyata sebaliknya.
Meskipun terlihat kurang baik, sebenarnya tujuan utama memasukkan sarkasme ke dalam sastra adalah pengembangan karakter.
Sarkasme memberi warna dan kepribadian tersendiri dalam karya tertulis, membuatnya terlihat lebih otentik.
Jenis-jenis Sarkasme
Menurut laman SuperSummary, sarkasme dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Self-Deprecating Sarcasm
Mencela dirinya sendiri. Misalnya, jika Moms atau Dads tidak diundang ke karaoke dan merasa kurang berbakat, maka perkataannya, “Soalnya saya jago banget menyanyi, jadi enggak diajak karaoke.”
2. Brooding Sarcasm
Sama seperti dengan self-deprecating sarcasm, bedanya digunakan untuk merenungi dirinya sendiri.
3. Deadpan Sarcasm
Disampaikan tanpa ekspresi atau emosi, sehingga sangat sulit untuk dipahami.
4. Obnoxious Sarcasm
Disampaikan dengan nada suara cengeng dan bersifat mengejek atau menyinggung.
5. Manic Sarcasm
Mengekspresikan kegembiraan, tapi dengan cara yang tidak wajar.
6. Polite Sarcasm
Sarkasme tidak langsung, jadi semula terdengar sopan dan otentik. Tetapi, akhirnya menjadi jelas maksudnya.
7. Raging Sarcasm
Disampaikan secara hiperbola dan berisi ancaman kekerasan karena penyampainya berada dalam karakter yang tidak stabil secara psikologis.
Baca Juga: 4 Hal yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Mengizinkan Anak Memiliki Akun Media Sosial
Cara Mendeteksi Sarkasme
Karena gayanya yang hampir sama dengan majas ironi dan satire, untuk membedakannya, khusus sarkasme ada dua cara yang bisa Moms dan Dads lakukan.
1. Sarkasme Tertulis
Biasanya orang akan mengandalkan isyarat verbal dan wajah ketika menentukan komentar yang sarkastik.
Tak heran bahwa lebih sulit untuk memastikan kapan seorang penulis menggunakan sarkasme pada tulisannya.
Tak jarang juga, penulis akan menggambarkan wajah dalam narasi untuk menunjukkan karakter sedang menyindir.
Seperti memutar mata atau mengangkat alis. Moms dan Dads harus fokus pada konteks dan deskripsi karakter.
2. Sarkasme Visual
Pada umumnya sarkasme biasa disampaikan melalui bahasa lisan. Namun, ada beberapa seniman yang mengekspresikannya melalui karya mereka dalam bentuk kartun.
Selain itu, meme sarkastik juga bermunculan di media sosial yang seringkali disampaikan dalam bentuk gambar dan teks.
Baca Juga: Waspada Gaslighting dalam Hubungan, Tindakan Manipulasi yang Tidak Disadari
Manfaat Sarkasme
Pada dasarnya, sarkasme merupakan usaha untuk menutupi kemarahan yang disebabkan orang lain atau diri sendiri dengan berkedok humor.
Namun, rupanya ada beberapa manfaat menggunakan majas yang satu ini saat berkomunikasi dengan orang lain.
1. Meningkatkan Kreativitas
Penggunaan sarkasme pada kenyataannya bisa meningkatkan kreativitas.
Menurut Journal of Organizational Behavior and Human Decision Processes menunjukkan bahwa sarkasme yang digunakan dengan hati-hati dan tidak berlebihan, dapat digunakan secara efektif serta meningkatkan kreativitas antara pembicara dan pendengar.
2. Membuat Lebih Percaya Diri
Dalam sebuah makalah tahun 2016 yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, sarkasme dengan humor saling memiliki keterikatan.
Jadi, hal ini bisa meningkatkan kepercayaan diri saat mencobanya ke orang yang baru ditemui. Secara otomatis, hal ini juga bisa melatih komunikasi dengan orang lain.
3. Membuat Kritik Terlihat Lebih Menyenangkan
Dikutip dari Journal of Speech, Language, and Hearing Research, bahwa sarkasme bisa digunakan untuk memberi kritik ke orang lain sambil dibalut dengan humor.
Selain itu bagi sebagian orang, memberi kritik secara tidak langsung dianggap lebih sopan dibandingkan kritik secara langsung dan harfiah.
Baca Juga: Selalu Marah saat Dikritik, Apa Penyebabnya?
Contoh Sarkasme
Sebenarnya, tanpa disadari penggunaan kalimat bernada sarkastik ini sering dijumpai di berbagai media sosial. Bahkan, sudah menjadi hal yang wajar saja.
Namun, untuk lebih memahami penggunaan majas yang satu ini, berikut adalah beberapa contohnya.
- “Cermin tidak bisa bicara, beruntung untukmu, cermin juga tidak bisa tertawa.”
- “Tidak heran kalau dia gagal pada ujian kali ini. Otak udang seperti dia tidak mampu lulus tanpa menyontek.”
- “Apa kau tidak punya telinga? Dari tadi aku panggil tidak dihiraukan.”
- “Dia benar-benar tidak punya malu, sudah diberhentikan dan dihina secara tidak hormat, masih saja datang ke sini.”
- “Apa kamu tidak punya hati? Ibumu saat ini sedang terbaring di rumah sakit, tapi kamu malah asik bermain.”
- “Maaf aku menyakiti perasaanmu ketika aku menyebutmu bodoh. Aku pikir kamu sudah tahu..”
Baca Juga: Mengenal Enosimania, Kondisi Ketakutan Seseorang Akan Kritikan Orang Lain
Cara Menghadapi Sarkasme
Sebenarnya, sarkasme merupakan ungkapan rasa marah, sakit hati, atau takut yang dibalut dengan candaan dan kata-kata tajam, seringkali disampaikan dengan tawa sehingga terkesan hanya humor biasa.
Satu-satunya hal yang bisa Moms dan Dads lakukan adalah dengan tetap tenang dalam menghadapinya.
Terkadang, orang hanya ingin memancing emosi saja. Untuk itu, tetap tersenyum dan abaikan saja seperti angin lalu agar tidak ikut terpancing emosi.
Itulah tadi penjelasan singkat tentang sarkasme. Semoga Moms dan Dads sudah bisa menempatkannya di waktu yang tepat.
Sebenarnya, penggunaan majas yang satu ini tidak terlalu berdampak buruk. Selain bisa membuat humor lebih berkualitas, Moms dan Dads juga bisa mengoreksi diri dari candaan tersebut.
Ada baiknya ketika tidak setuju dengan pendapat orang lain, lebih baik disampaikan secara langsung daripada harus saling sindir menyindir yang justru dapat memicu konflik dan membuat hubungan jadi tidak baik.
- https://kbbi.web.id/sarkasme
- https://www.scientificamerican.com/article/the-surprising-benefits-of-sarcasm/
- https://www.researchgate.net/publication/309891658_Risky_Business_When_Humor_Increases_and_Decreases_Status
- https://www.sciencedirect.com/science/journal/07495978
- https://www.supersummary.com/sarcasm/
- https://pubs.asha.org/doi/abs/10.1044/2017_JSLHR-L-17-0058
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.