7 Cara Hidup Stoicism untuk Jiwa yang Damai dan Bahagia
Dalam filsafat, ada prinsip hidup yang dikenal dengan sebutan stoicism.
Melansir Orion Philosophy, stoicism merupakan prinsip hidup menyelaraskan diri dengan alam untuk mengarah pada kehidupan yang bahagia.
Kebahagiaan ini dapat ditemukan dengan menerima dunia secara apa adanya, sehingga membuat kita bertahan dari rasa sakit akibat keinginan atau ketakutan.
Ini berarti hidup dengan kebajikan yang diwujudkan melalui kesederhanaan, keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan.
Baca Juga: 19 Manfaat Sauna untuk Kesehatan Tubuh, Bisa Tingkatkan Kebahagiaan!
Apa Itu Stoicism?
Stoicism, stoic, atau stoisisme, berasal dari bahasa Yunani yaitu “stoikos” yang memiliki arti dari stoa (beranda atau serambi).
Stoicism dimulai di Athena, Yunani oleh Zeno pada awal abad ke-3 SM, tetapi baru dikenal setelah dipraktikkan oleh Epictetus.
Dia merupakan seorang mantan budak. Selain Epictetus, ada juga Seneca, politisi di era Kaisar Nero, dan juga Marcus Aurelius, seorang kaisar yang menerapkan stoicism.
Stoicism mengajarkan bahwa manusia harus bebas dari hasrat, tidak tergerak oleh sukacita atau kesedihan, serta tidak mengeluh atas apapun yang terjadi yang tidak bisa dihindari.
Stoicism juga menyatakan bahwa kebajikan adalah kebahagiaan dan nilai kehidupan didasari oleh perilaku, bukan hanya kata-kata saja.
Kebahagiaan juga bukan untuk dikejar, menurut para Stoik.
Mereka lebih menekankan untuk mengurangi emosi negatif. Sebab, keputusan yang salah bisa menghasilkan emosi negatif yang dapat menghancurkan manusia.
Dikutip dari Stanford Encyclopedia of Philosophy para Sophis atau orang yang memilik kesempurnaan intelektual dan moral bisa mengendalikan perilaku dalam mengalami emosi itu, misalnya:
- Marah
- Galau
- Stres
- Takut
Semua yang terjadi dalam kehidupan manusia itu bersifat netral. Tidak ada yang berperan negatif atau positif Moms.
Jadi tidak ada hal yang baik atau buruk.
Hal tersebut bisa negatif atau positif karena pandangan manusia itu sendiri.
Baca Juga: 22 Cara Menjadi Dewasa dan Memiliki Kematangan Emosional
Prinsip Utama Stoicism
Melansir Internet Encyclopedia of Philosophy, berikut ini 4 pilar utama dalam pandangan stoicism dan cakupannya.
- Kebijaksanaan: akal sehat dan kecerdasan yang tepat.
- Keadilan: kejujuran, kesetaraan, dan kesepakatan yang adil.
- Keberanian: daya tahan, kepercayaan diri, keceriaan, dan ketekunan.
- Moderasi: disiplin dan pengendalian diri.
Empat hal ini saling terkait dan merupakan satu kesatuan.
Konsep Kebahagiaan Stoicism
Menurut konsep stoicism, jalan termudah dalam meraih kebahagiaan adalah didasarkan pada beberapa hal, seperti:
- Kemampuan dalam melihat diri sendiri, dunia, serta manusia lain secara objektif dan menerima sifat mereka dengan apa adanya.
- Secara disiplin mengendalikan diri sendiri dari keinginan untuk bahagia atau takut terhadap rasa sakit dan juga penderitaan.
- Memahami perbedaan antara apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan.
Filosofi stoicism meminta kita untuk bertanggung jawab terhadap sesuatu. Konsep ini menganggap bahwa penderitaan yang kita alami disebabkan oleh diri sendiri.
Kita sebenarnya yang bisa menentukan apa yang igin dirasakan, baik itu penderitaan atau kebahagiaan.
Selain itu, manusia juga perlu melihat hal-hal yang bisa dikendalikan dan yang berada di luar kendalinya.
Banyak akhirnya orang menjadi tidak bahagia, Moms karena mereka mencoba mengendalikan hal-hal yang memang tidak bisa dikendalkan.
Hal ini sering kali membuat manusia merasa tidak berdaya, tidak berguna, dan marah.
Jadi, konsep kebahagiaan stoicism meletakan kebahagiaan hanya pada hal-hal yang memang bisa dikendalikan.
Saat fokus pada hal itu, manusia akan merasa berguna, efektif, dan bisa memecahkan sebuah masalah dengan mudah.
Bahagia itu mudah Moms, hanya perlu hal-hal sederhana dan besyukur terhadap apa yang sudah dimiliki.
Baca Juga: Manfaat Pelukan bagi Kesehatan, Apa Saja Ya?
Cara Hidup Stoicism
Untuk mencapai ketenangan hidup, konsep filosofi stoicism sangat patut untuk dicoba.
Ada beberapa cara yang bisa Moms terapkan dalam kehdupan sehari-hari.
1. Menyadari Bahwa Manusia itu Terbatas
Praktik paling penting dalam filosofi stoicism adalah mengetahui apa saja yang bisa Moms miliki dan tidak.
Banyak orang yang stres dan terlalu fokus pada apa yang tidak bisa mereka ubah dalam diri mereka, seperti:
- Tinggi badan
- Warna kulit
- Bentuk tubuh
- Cuaca
- Tanah kelahiran
Tidak peduli seberapa keras usaha untuk berubah, yang tetap membenci akan tetap membenci.
Jad, lebih baik bersyukur dan fokus saja terhadap apa pun yang sudah dimiliki.
Lalu, apa saja yang bisa Moms kendalikan?
Epictetus mengungkapkan bahwa manusia bisa mengontrol dirinya sendiri.
Ketika seseorang menyakiti atau melakukan sesuatu hal yang buruk, hal itu memang tidak bisa dikendalikan.
Namun, Moms bisa mengendalkan emosi yang ada dalam diri Moms. Misalnya, untuk tidak membalas kejahatan itu.
Jadi, dasarnya ada pada bagaimana cara berpikir terhadap berbagai hal yang terjadi.
Kalau sering merasa insecure atau khawatir berlebih, maka rasa takut, cemas, dan sedih akan melanda secara otomatis.
Begitu pula saat kita menilai bahwa kita adalah manusia yang paling sial, maka kita akan merasa kesal, kecewa, marah, dan sedih.
Konsep stoicism mengajarkan kalau semua rasa emosi itu merupakan hasil penilaian kita terhadap sesuatu.
Jadi, jangan cepat menilai ya, Moms. Apa yang mungkin terlihat mengerikan bagi kita mungkin saja terlihat sepele bagi orang lain.
Moms tidak bisa mengendalikan lingkungan sekitar, tetapi Moms bisa menentukan mau bahagia atau tidak hari ini.
2. Pahami Apa yang Bisa dan Tidak Bisa Dikendalikan
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak situasi yang di luar kendali kita, seperti cuaca, opini orang lain, atau hasil dari suatu kejadian.
Sebaliknya, cara kita merespons, persepsi kita, dan tindakan kita berada dalam kendali kita.
Mengakui hal ini dapat mengurangi stres dan kekecewaan.
Baca Juga: 10 Cara agar Percaya Diri, Buat Hidup Lebih Bahagia!
3. Punya Penilaian terhadap Diri Sendiri
Kalau dalam filosofi stoicism, seni menulis jurnal adalah hal yang penting.
Jadi, bukan hanya menceritakan kisah keseharian, Moms bisa menilai kehidupan di sebelumnya dan mempersiapkan masa yang akan datang.
Istilahnya, jurnal ini bisa dijadikan sebagai cermin diri pada waktu-waktu yang sudah pergi meninggalkan.
4. Mengamati Pikiran dan Meningkatkan Kesadaran
Dengan melatih kesadaran, kita bisa menangkap pikiran negatif atau tidak produktif dan memilih untuk tidak bereaksi terhadapnya secara impulsif.
Ini mengajarkan kita untuk merespons dengan bijak daripada bereaksi tanpa berpikir.
Kesadaran akan diri sendiri memungkinkan kita untuk mengenali kebiasaan, pola pikir, dan respons kita, sehingga kita dapat membuat perubahan positif dalam hidup kita.
5. Tidak Membuat Masalah Tambah Rumit
Prinsip lainnya yang dipegang oleh aliran stoicism adalah menyederhanakan suatu masalah.
Ingatlah bahwa hidup tidak selamanya berisi tentang keindahan dan penuh warna. Ada kalanya Moms terjatuh dan terluka.
Jadi, sepanjang proses kehidupan, jika itu baik dan bermanfaat, maka lakukanlah.
Memperumit suatu masalah adalah sumber penderitaan. Rasanya, prinsip ini perlu diterapkan zaman sekarang ya, Moms.
Banyak sekali orang yang lebih senang berdebat, padahal menyederhanakannya akan lebih membuat bahagia.
Sebaiknya jangan tunggu orang lain untuk melakukan kebaikan, tapi mulailah dari diri sendiri ya, Moms.
Daripada membalas keburukan orang lain, cobalah membalasnya dengan kebaikan.
Kalau dunia jahat kepadamu, maka jadilah baik. Sebab kebahagiaan adalah sesuatu yang diciptakan sendiri, bukan untuk ditunggu.
Baca Juga: Yuk Simak 10 Tips Menjadi Keluarga Bahagia!
6. Hidup Sesuai dengan Alam
Ini berarti menerima dan memahami hukum alam dan keterbatasan kita sebagai manusia.
Sebagai contoh, penerimaan atas proses penuaan dan kematian dapat membantu kita hidup dengan lebih damai.
7. Amor Fati: Cintai Segala Sesuatu yang Terjadi
Hal lain dari konsep stoicism untuk kehidupan adalah mengingatkan bahwa dunia tidak hanya berputar di sekitar kita saja.
Seperti yang dikatakan Epictetus, jika kita mengharapkan bahwa semesta akan memberikan hal-hal yang diinginkan, maka yang kita dapatkan justru kekecewaan.
Namun, saat kita menerima segala sesuatunya yang diberikan alam semesta, maka hidup akan jauh lebih damai dan bahagia.
Amor fati adalah latihan dan pola pikir yang perlu digunakan untuk mendapatkan yang terbaik dari apa pun yang terjadi.
Baik itu baik atau buruk, hal itu tidak untuk dihindari.
Sehingga seperti oksigen ke api, dimana hambatan dan kesulitan menjadi bahan bakar untuk potensi diri.
Inti dari stoicism sebenarnya sangatlah sederhana yaitu betapa kecilnya kita semua.
Demikian pula dengan segala sesuatu yang dihadapi, rintangan dan kesedihan itu semua hanyalah debu.
Pencapaian juga bisa bersifat sementara dan bisa hilang dalam sekejap.
Yuk, segera hapus segala yang berbau keburukan dan ganti dengan kebaikan, Moms! Dunia butuh lebih banyak orang baik.
Jadi, bagaimana? Moms pasti siap menjalani hidup yang lebih bahagia dengan berpegang pada stoicism ini?
- https://plato.stanford.edu/entries/stoicism/
- https://galihwicaksono.com/pengertian-stoic/
- https://www.gramedia.com/best-seller/filosofi-stoicism/#Apa_itu_Filosofi_Stoicism_dan_Sejarahnya
- https://www.orionphilosophy.com/stoic-blog/stoicism-beliefs
- https://iep.utm.edu/stoiceth/
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.