Ini Dampak Melarang Anak Menangis, Jangan Lakukan ya Moms!
Mendengar tangisan Si Kecil mungkin bisa membuat Moms dan Dads ikut merasa jengkel, sehingga secara otomatis melarang anak menangis.
Mendidik anak memanglah tidak mudah. Perkataan yang kelihatannya sepele pun bisa berdampak negatif pada psikologis anak.
Contohnya, saat Si Kecil asyik bermain kejar-kejaran, kakinya tidak sengaja menendang sesuatu yang membuatnya kesakitan dan menangis.
Lantas, Moms mengatakan “Jangan menangis, Sayang...” untuk meredakan tangisan Si Kecil. Berhasilkah? Atau malah membuatnya semakin memperkeras tangisannya?
Melarang anak menangis sebenarnya tidak diperbolehkan karena beberapa alasan. Apa saja? Simak ulasannya pada artikel ini Moms.
Baca Juga: 5 Cara Mendidik Anak Agar Selalu Berpikir Positif
Kenapa Tidak Boleh Melarang Anak Menangis?
Melihat anak menangis dan menjerit sepanjang hari, meski Moms sudah mencoba berbicara dengannya, mengalihkan perhatiannya, hingga menenangkannya, namun semua usaha tersebut tidak memberikan hasil.
Hal tersebut akan membuat Moms terpaksa dan memberitahu mereka untuk berhenti menangis.
Namun ketika anak menangis, sebagai orang tua tidak seharusnya mengatakan pada mereka untuk berhenti
Hal tersebut bukan bertujuan agar anak-anak dapat menikmati perasaan sedih dalam waktu yang lama.
Tetapi melarang anak menangis atau menyuruh mereka untuk berhenti menangis bukanlah pilihan terbaik, betapapun besar keinginan orang untuk menghentikannya.
Berikut beberapa alasan mengapa tidak boleh melarang anak menangis.
1. Membatasi Emosi Anak
Melarang anak menangis dapat membatasi emosi anak dalam mengekspresikan diri.
Cobalah membayangkan ketika sedang mengalami hari yang buruk yang memicu rasa sedih hingga menangis, namun seseorang mengatakan untuk tidak menangis.
Rasanya pasti tidak menyenangkan. Begitulah yang juga dirasakan oleh Si Kecil.
Emosinya sama nyata seperti emosi orang lain pada umumnya.
Membiarkan anak menangis dapat memberi mereka ruang aman yang dia butuhkan untuk memilah-milah perasaannya.
Dilansir Psychology Today, ketika orang tua terus-menerus memberi tahu anak-anak mereka untuk berhenti menangis, hal tersebut dapat menekan emosi mereka dan secara tidak langsung memberi tahu mereka untuk tidak memiliki perasaan.
Selain itu, menangis dapat membuat perasaan menjadi lebih baik daripada menahan emosi.
2. Tidak Efektif
Pada kebanyakan kasus, melarang anak menangis atau meneriaki anak untuk berhenti menangis tidak akan membuat anak dapat berhenti.
"Hindari dorongan untuk menyuruh anak berhenti menangis, sebab hal tersebut tidak memberikan hasil dan bahkan dapat membuat anak menangis lebih lama," jelas dr. Michele Borba, Ed.D., penulis buku The Big Book of Parenting Solutions.
Baca Juga: 5 Hadist Tentang Kehidupan, Bikin Hidup Lebih Tenang dan Damai
3. Membingungkan Anak
Ketika Si Kecil merasa sedih atau marah akan sesuatu, mereka belum mampu untuk mengungkapkannya secara benar, sehingga mereka mengeluarkannya dalam bentuk tangisan agar dapat dimengerti.
Diberitahu untuk tidak menangis tentunya membingungkan bagi anak-anak, sebab mereka belum mampu untuk mengelola emosi dengan benar.
Di situlah peran orang tua dalam membimbing anak mengetahui emosi apa yang dimiliki, dan membiarkan anak mengeluarkan semua emosinya melalui tangisan agar perasaan mereka dapat lebih baik daripada harus memendamnya.
4. Kesulitan Berkomunikasi
Menangis merupakan bentuk komunikasi yang penting bagi anak-anak.
Ketika mereka merasa sedih, marah, atau kesal, menangis dapat menjadi cara mereka menyampaikan perasaan mereka kepada orang dewasa di sekitarnya.
Jika orang tua melarang anak menangis, mereka mungkin akan kesulitan dalam mengekspresikan dan mengkomunikasikan emosi dengan cara yang lebih efektif.
Padahal, tangisan adalah salah satu cara utama bagi anak untuk mengekspresikan emosi, terutama saat mereka belum sepenuhnya mengembangkan kemampuan verbal.
Ke depannya, hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk berkomunikasi secara efektif dan mengungkapkan kebutuhan atau masalah yang mendasarinya.
Baca Juga: 5 Cara Melakukan Afirmasi Positif, Kunci Pikiran Tenang dan Perasaan Bahagia
5. Memengaruhi Kepercayaan Diri Anak
Dampak lain yang bisa ditimbulkan orang tua ketika mereka melarang anak menangis, yakni kepercayaan diri Si Kecil dapat terpengaruh.
Hal ini karena saat anak-anak tidak diizinkan untuk menangis, mereka mungkin merasa bahwa emosinya diabaikan atau tidak penting.
Bahkan, dapat membuat anak merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan mereka, malu, dan perasaan tidak berharga ketika merasa sedih atau kesal.
Tanpa Moms dan Dads sadari, ini dapat menyebabkan rendahnya kepercayaan diri dan merusak hubungan interpersonal mereka.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan mereka merasa tidak percaya diri dalam mengenali dan mengelola emosi mereka sendiri.
Akibatnya, Si Kecil tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri dalam mengekspresikan emosi mereka dengan jujur dan terbuka.
Jadi sebaiknya, orang tua bisa membuat anak-anak merasa didukung dan diterima dalam mengekspresikan emosi mereka.
Termasuk untuk tidak melarangnya menangis agar dapat mengembangkan kepercayaan diri yang sehat.
6. Menghambat Perkembangan Sosial-Emosional
Proses pembangunan sosial-emosional anak melibatkan pemahaman dan pengaturan emosi, membangun hubungan sosial yang sehat, dan berkomunikasi dengan efektif.
Namun jika Moms atau Dads melarang anak menangis, kita dapat menghambat perkembangan keterampilan-keterampilan tersebut.
Terhambatnya perkembangan sosial-emosional Si Kecil tentu dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain dan mengelola emosi secara sehat di masa depan.
Ketika anak menangis, itu juga merupakan kesempatan bagi orang dewasa dan anak-anak lain di sekitarnya untuk merespons dengan empati dan perhatian.
Dengan melarang anak menangis, Moms dan Dads dapat melewatkan kesempatan ini untuk mengembangkan keterampilan empati dan hubungan sosial yang lebih dalam.
Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk memahami dan merespons emosi orang lain dengan empati dan mendukung perkembangan keterampilan sosial mereka.
Baca Juga: 13 Cara Menenangkan Anak Rewel, Jangan Terbawa Emosi!
7. Memengaruhi Kesehatan Mental
Membatasi atau melarang anak menangis secara terus-menerus dapat menyebabkan penekanan emosional dan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental anak.
Sebab, melarang anak menangis secara terus-menerus dapat menyebabkan penekanan emosional yang tidak sehat.
Emosi yang tertekan dan tidak diungkapkan dengan baik dapat menumpuk dan mengakibatkan stres emosional yang berkepanjangan.
Ini bisa meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan masalah perilaku pada anak.
Selain itu, melarang anak menangis dapat membuat mereka merasa tidak didukung, tidak dihargai, atau bahwa emosi mereka tidak penting.
Hal ini dapat menyebabkan penurunan kesejahteraan emosional dan merusak harga diri mereka.
Anak-anak yang tidak merasa dapat mengekspresikan emosi secara sehat cenderung mengalami kesulitan dalam menjaga keseimbangan emosi dan kesehatan mental yang baik.
Efek Menahan Tangis
Dilansir dari The Sydney Morning Herald, memendam perasaan dan menahan tangis dapat membuat seseorang menjadi sulit menangis, apatis, dan tidak merasa tidak memiliki tempat aman untuk mengekspresikan diri.
"Terkadang ketika kita menyingkirkan pikiran dan perasaan yang dimiliki, hal-hal tersebut dapat kembali dengan lebih kuat.
Ketika kita mencoba menghindari kesedihan, seseorang dapat menjadi lebih frustasi dan marah," jelas Howard Todd-Collins, ahli psikoterapi, dan direktur di Men and Relationships Counselling, Melbourne.
Baca Juga: 9 Dampak Buruk Membentak Anak, Bisa Merusak Otak dan Bikin Trauma!
Perkataan yang Tidak Boleh Dikatakan Kepada Anak
Selain tidak memberi tahu anak untuk tidak menangis, beberapa perkataan di bawah ini juga sebaiknya dihindari diucapkan kepada Si Kecil.
1. Pergi sana! Jangan ganggu Mama!
Ketika sedang sibuk, Si Kecil datang menghampiri Moms untuk mengajak bermain.
Tanpa memberikan penjelasan, Moms langsung menyuruhnya pergi dan mengatakan bahwa kehadirannya mengganggu Moms saat itu.
Ketahuilah bahwa Moms telah menyakiti hatinya dengan perkataan itu. Si Kecil mungkin akan pergi menjauh dari Moms dengan rasa kecewa dan kesal.
Hentikan mengatakan ini. Lebih baik Moms berusaha menjelaskan mengapa Moms tidak dapat menemaninya bermain saat ini dan meminta waktu untuk menyelesaikan pekerjaan Moms.
2. Kamu sangat…
Memberikan label pada anak-anak akan membuat mereka berpikir demikian.
Misalnya, saat orang tua memberikan label negatif pada anaknya, mereka akan berpikir bahwa seperti itulah dirinya dan tak jarang membuatnya jadi tidak percaya diri.
Misalnya, “Kamu sangat nakal!” atau “Si Pemalu”. Dua hal ini secara tidak langsung akan menempel pada diri anak.
Si Kecil yang diberikan label nakal oleh orang tuanya merasa itu adalah hal yang wajar jika dia melakukan kenakalan lagi.
Sementara itu, Si Kecil yang diberikan label pemalu oleh orang tuanya akan sulit mengembangkan dirinya karena orang lain akan mengenalnya sebagai pemalu.
Jadi, saat dia melakukan sesuatu yang mengagumkan, orang akan berkata “Enggak disangka, si pemalu ini ternyata…”.
Hal ini justru akan membuat kepercayaan dirinya sulit berkembang karena ekspektasi orang-orang menganggap dirinya tidak akan bisa.
Baca Juga: 14 Rekomendasi Buku Parenting, Bantu Orang Tua Mendidik Anak
3. Anak pintar!
Sama halnya seperti memberi label negatif, terlalu sering memuji anak dengan melabelinya anak paling pintar, paling cantik, dan sebagainya akan membuatnya haus akan pujian dan secara tidak sadar akan berpengaruh buruk bagi perkembangan mental anak kelak.
Tidak ada salahnya memuji anak, hal itu memang perlu, namun jangan terlalu sering memberikan pujian untuk hal-hal kecil.
Ketika anak berhasil menghabiskan makanannya, jangan katakan “Anak pintar...”.
Moms dapat mengucapkan terima kasih atau mengangkat ibu jari Moms sebagai simbol positif bahwa dia telah menyelesaikan apa yang harus dia selesaikan sewajarnya.
4. Kenapa kamu tidak bisa seperti kakakmu?
Sadarkah Moms, hal ini sering dilakukan orang tua? Hal ini sama seperti membandingkan diri anak dengan teman sebayanya.
Misalnya, “Nak, lihat deh, dia saja sudah bisa memakai baju sendiri,” atau “Raka bisa dapat ranking di kelas. Kenapa kamu tidak?”.
Tidak salah jika orang tua berharap anaknya cepat mempelajari suatu hal dengan baik. Akan tetapi, membanding-bandingkan anak tidaklah baik.
Jangan biarkan anak Moms tumbuh menjadi anak yang iri dan tertekan atas perkataan Moms.
Lebih baik, ganti kalimat tersebut dengan “Wah, kamu sudah bisa memakai baju sendiri!”.
Memuji atau menyinggung perasaan anak secara berlebihan dapat mengganggu perkembangan mental mereka.
Berhati-hatilah setiap berucap kepada anak Moms karena mereka akan bertumbuh sesuai apa yang Moms ajarkan.
Baca Juga: Kenali Peaceful Parenting, Asuh Anak Tanpa Marah dan Bentak
Sebagai gantinya, ciptakanlah ruang yang aman dan nyaman bagi Si Kecil dalam mengeluarkan emosi.
Jangan langsung melarang anak menangis, karena ini termasuk cara mengelola emosi yang wajar bagi anak-anak.
Moms dan Dads pasti tidak mau bukan, dampak melarang anak menangis di atas memengaruhi proses tumbuh kembangnya?
- https://sleepingshouldbeeasy.com/stop-crying/
- https://www.psychologytoday.com/ca/blog/the-minds-boys-and-girls/202002/is-it-always-wrong-tell-child-stop-crying
- https://happinessishereblog.com/10-things-say-instead-stop-crying/
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-minds-boys-and-girls/202002/is-it-always-wrong-tell-child-stop-crying
- https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/development/behavioral/how-to-help-your-highly-sensitive-child/
- https://www.moms.com/why-you-shouldnt-tell-your-child-to-stop-crying/
- https://www.smh.com.au/lifestyle/health-and-wellness/why-holding-back-tears-could-be-harming-your-health-20180517-p4zfw5.html
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.