Pahlawan Sultan Hasanuddin: Sang Ayam Jantan dari Timur
Sultan Hasanuddin adalah salah satu pahlawan dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam perlawanan melawan Belanda.
Ia dikenal karena daya juangnya yang sangat tinggi, seperti menolak monopoli perdagangan yang dilakukan VOC.
Sejak muda, ia telah menunjukkan bakat kepemimpinan yang luar biasa, Moms. Kisahnya bisa jadi inspirasi Si Kecil.
Peristiwa paling terkenal lainnya yang membawa nama Sultan Hasanuddin adalah Pertempuran Makassar.
Pertempuran itu berlangsung pada 1667, dia berhasil mempertahankan kota Makassar dari serangan pasukan Belanda.
Untuk mengenang jasanya yang dikenal juga sebagai Ayam Jantan dari Timur, yuk simak biografinya di bawah ini.
Latar Belakang Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang terkenal karena perjuangannya melawan penjajah Belanda.
Lahir pada 12 Januari 1631 di Makassar, Sulawesi Selatan, ia merupakan Sultan Gowa ke-16.
Sultan Hasanuddin lahir dari pasangan Sultan Malikussaid, Sultan Gowa ke-XV, dan I Sabbe Lokmo Daeng Takuntu.
Sejak kecil, Hasanuddin sudah menunjukkan bakat kepemimpinan dan kecerdasannya, terutama dalam bidang perdagangan.
Ia memiliki jaringan dagang yang luas hingga ke luar negeri, membuatnya dikenal sebagai sosok yang cerdas dan pandai berdagang.
Pendidikan keagamaan Hasanuddin dimulai di Masjid Bontoala.
Dia sering diajak ayahnya untuk menghadiri pertemuan penting, dengan harapan bisa menyerap ilmu diplomasi dan strategi perang.
Pada usia 21 tahun, ia diamanatkan jabatan urusan pertahanan Gowa.
Saat berusia 24 tahun, atau pada 1655, ia diangkat menjadi Sultan Gowa, menggantikan ayahnya.
Dalam masa kepemimpinannya, Sultan Hasanuddin dikenal sebagai pemimpin yang gigih melawan penjajah Belanda.
Dinamai sebagai Sultan Hasanuddin
Saat lahir, Sultan Hasanuddin diberi nama Muhammad Baqir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape.
Nama tersebut dianugerahkan oleh Alhabib Syaikh Alwi Jalaluddin Bafagih, Qadi Kesultanan Gowa sekaligus kakak ipar Sultan Hasanuddin.
Ketika ia menempati posisi sebagai Sultan, ia lebih dikenal dengan gelar Sultan Hasanuddin.
Untuk menghormati jasanya, banyak tempat dan institusi di Indonesia yang dinamai Sultan Hasanuddin, seperti Universitas Hasanuddin, Kodam XIV/Hasanuddin, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar, dan Jl. Sultan Hasanuddin di berbagai kota di Indonesia.
Masa Kepemimpinan Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin memerintah Kesultanan Gowa dari tahun 1653 hingga 1669.
Ia memimpin Kesultanan Gowa-Tallo di ujung selatan Pulau Sulawesi dengan ibukota Somba Opu yang terletak di pantai Selat Makassar.
Dalam masa kepemimpinannya, Sultan Hasanuddin dikenal gigih melawan penjajah Belanda dalam Perang Makassar yang berlangsung dari tahun 1666 hingga 1669. Bersama beberapa kerajaan kecil, Sultan Hasanuddin berhasil memberikan perlawanan sengit terhadap Belanda.
Namun, setelah perang berkecamuk selama dua tahun, ia terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.
Setelah tidak lagi menjadi Sultan, Sultan Hasanuddin mencurahkan waktunya untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar dan menanamkan rasa kebangsaan serta persatuan.
Sultan Hasanuddin meninggal dunia pada 12 Juni 1670 di usia 39 tahun akibat penyakit ari-ari.
Perjuangannya sangat dikenang, terutama dalam Perang Makassar.
Melalui Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, pada tanggal 6 November 1973, Sultan Hasanuddin diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Perang Makassar
Perang Makassar adalah perang antara Kesultanan Makassar yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin melawan Belanda pada abad ke-17.
Perang ini terjadi karena persaingan kepentingan antara Makassar dan Belanda dalam menguasai jalur perdagangan rempah-rempah di wilayah timur Nusantara.
Perang ini tercatat sebagai perang terbesar dan terberat yang pernah dihadapi VOC Belanda di Asia Tenggara pada abad ke-17.
Meskipun Sultan Hasanuddin dan pasukannya berhasil melakukan perlawanan sengit, mereka akhirnya mengalami kekalahan.
Akibatnya, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667.
Dikenal sebagai Ayam Jantan dari Timur
Sultan Hasanuddin dijuluki Ayam Jantan dari Timur oleh Belanda karena keberaniannya yang luar biasa dalam melawan penjajah.
Julukan ini menggambarkan semangat juang dan ketangguhan Sultan Hasanuddin dalam mempertahankan kedaulatan Makassar dari monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan Belanda.
Julukan Ayam Jantan dari Timur menjadi simbol keberanian dan semangat juang Hasanuddin dalam mempertahankan harga diri bangsa.
Wafatnya Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin, Raja Gowa ke-16, wafat pada 12 Juni 1670 di usia 39 tahun. Ia meninggal setahun setelah turun tahta, akibat penyakit yang dideritanya.
Ia dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Gowa di Katangka.
Meskipun mengalami kekalahan, Sultan Hasanuddin tetap dikenang sebagai pahlawan nasional Indonesia yang berjuang gigih melawan kolonialisme Belanda hingga akhir hayatnya
Itulah biografi Sultan Hasanuddin, seorang pahlawan nasional yang dikenal dengan keberanian dan ketangguhannya dalam melawan penjajah.
Selain Sultan Hasanuddin, ada banyak pahlawan nasional lain yang menunjukkan perjuangan yang luar biasa dan menarik untuk dibahas.
Seperti biografi Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan perjuangan RA Kartini.
Semoga kisahnya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua, terutama bagi generasi muda untuk terus menghargai dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan susah payah oleh para pahlawan kita.
- https://balaibahasasulsel.kemdikbud.go.id/duta-bahasa/pindai-pandai-pin-pan/bahasa-makassar/sultan-hasanuddin/
- http://digilib.uinsa.ac.id/53974/1/Husni%20Firmansyah_A92217111.pdf
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.