23 Oktober 2023

Cerita Sejarah Sunan Kudus dengan Toleransi Beragama yang Tinggi

Dikenal sebagai tokoh yang memiliki toleransi beragama sangat tinggi

Sunan Kudus menjadi salah satu anggota Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, tepatnya di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya.

Beliau lahir di Kudus pada tahun 1400 Masehi.

Sunan Kudus hidup di era kerajaan Hindu-Jawa sedang runtuh dan agama Islam baru mulai menyebar di daerah Jawa.

Sunan Kudus adalah anak dari Habib Utsman Haji atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Ngudung.

Ayahnya ini merupakan seorang menantu dari Sunan Ampel. Sedangkan ibunya bernama Syarifah Ruhul atau Dewi Ruhil, yang merupakan adik dari Sunan Bonang.

Menurut silsilah dari keluarga Sunan Kudus, beliau merupakan keturunan ke-10 lewat jalur Husein, yaitu putra dari pernikahan putri Nabi Muhammad, yakni Siti Fatimah, dengan Sayyidina Ali Ra.

Baca Juga: Mengenal Sunan Gresik, Wali Songo Pertama di Tanah Jawa

Nama Asli Sunan Kudus

Sunan Kudus
Foto: Sunan Kudus (lazada.co.id)

Sunan Kudus memiliki nama asli Ja'far Shadiq.

Beliau mendapatkan gelar raden, karena ayahnya merupakan senopati atau panglima pada masa pemerintahan Kesultanan Demak.

Beliau juga mendapat julukan sebagai Raden Amir Haji.

Hal ini dikarenakan sewaktu naik haji, Sunan Kudus selalu mendapat peran sebagai pemimpin rombongan atau amir.

Perjalanan naik hajinya ini cukup sering, sehingga nama Raden Amir Haji sangat dikenal oleh masyarakat.

Sebutan nama Sunan Kudus disematkan karena beliau memilih daerah Kudus sebagai tempat berdakwahnya.

Sunan Kudus menetap dan berdakwah di daerah ini selama bertahun-tahun lamanya, sehingga masyarakat setempat kemudian memanggilnya dengan sebutan Sunan Kudus.

Baca Juga: Mengenal Sunan Bonang yang Berdakwah dengan Gamelan

Berdakwah dengan Ajaran Toleransi Beragama

Sapi Sunan Kudus
Foto: Sapi Sunan Kudus (metrojateng.com)

Diketahui kalau Sunan Kudus memiliki toleransi beragama yang sangat tinggi.

Beliau sangat menghargai agama lain yang ada di Pulau Jawa, seperti Buddha dan Hindu.

Pernah diceritakan kalau di masa awal berdakwah Sunan Kudus, ada sebuah kejadian yang hingga saat ini masih sangat diingat oleh masyarakat kota Kudus.

Jadi, suatu hari beliau membeli sapi yang disebut dengan kebo gumarang.

Sapi ini ukurannya sangat besar dan didatangkan langsung dari India menggunakan kapal.

Sapi yang ukurannya besar ini tentu saja menarik perhatian masyarakat, karena kandangnya tepat berada di pekarangan rumah yang bisa terlihat dari jalanan.

Di masa itu, masyarakat kota Kudus mayoritas beragama Hindu, karena ajaran Islam baru mulai masuk pada saat Sunan Kudus datang ke sana.

Masyarakat yang melihat Sunan Kudus memelihara sapi berukuran besar itu pun penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh sang pemilik.

Baca Juga: Mengenal Sunan Kalijaga yang Berdakwah Lewat Wayang

Dalam ajaran Hindu, sapi adalah hewan suci karena dianggap sebagai kendaraan yang digunakan oleh para dewa.

Oleh karena itu, rasa penasaran mereka sangat tinggi dan membuat banyak orang berkerumun di depan pekarangan rumah Sunan Kudus setiap harinya.

Sunan Kudus yang melihat hal tersebut akhirnya keluar dari rumah dan mengatakan kalau sapi yang ada di pekarangannya ini adalah peliharaannya.

Tidak ada yang boleh menyakiti peliharaannya tersebut, apalagi membunuhnya.

Beliau pun menceritakan kalau di masa kecil dirinya pernah ditolong oleh seekor sapi saat sedang dalam keadaan bahaya.

Oleh karena itu, sebagai ucapan rasa terima kasihnya, Sunan Kudus melarang pengikutnya untuk menyakiti dan membunuh sapi.

Beliau juga mengatakan kalau di Al-Quran terdapat salah satu surat yang bernama Surat Al-Baqarah. Surat ini memiliki arti sapi dalam bahasa Arab.

Mendengar hal tersebut, tentu saja masyarakat pemeluk agama Hindu menjadi terkagum-kagum dengan sosok Sunan Kudus.

Mereka pun mulai bersedia untuk mendengarkan ceramah serta dakwah dari Sunan Kudus.

Sebagian dari masyarakat tersebut bahkan mempercayai kalau Sunan Kudus adalah titisan Dewa Wisnu.

Berangkat dari hal itu, larangan untuk membunuh sapi masih diterapkan oleh masyarakat Kudus.

Karenanya, setiap hari raya Iduladha, mereka lebih memilih untuk berkurban kerbau.

Baca Juga: Hari Potong Kuku yang Baik Menurut Ajaran Islam, Sudah Tahu?

Menarik Perhatian Masyarakat Hindu dengan Arsitektur Bangunan

Menara Kudus
Foto: Menara Kudus (indonesiakaya.com)

Pendekatan dakwah Sunan Kudus juga mengambil jalur arsitektur.

Saat beliau akan membangun sarana dan prasarana untuk digunakan oleh masyarakat setempat, Sunan Kudus menggabungkan corak dari agama Islam dan Hindu.

Salah satu bangunan yang memiliki unsur arsitektur Islam dan Hindu adalah menara Kudus.

Meski Sunan Kudus berdakwah ajaran Islam, tapi beliau masih menghormati orang-orang yang memiliki kepercayaan lain dan tidak mau memaksa mereka untuk masuk Islam.

Sikapnya inilah yang membuat orang-orang setempat merasa segan dan sangat menghormati Sunan Kudus, sehingga lambat laun mereka akhirnya bisa menerima ajaran beliau, yakni ajaran Islam.

Meski membutuhkan waktu yang cukup lama dalam membantun kepercayaan masyarakat setempat, Sunan Kudus tetap berusaha dan tidak menyerah untuk menyebarkan ajaran Islam di Kudus.

Selain menggabungkan unsur Hindu ke dalam arsitektur bangunan, Sunan Kudus juga menyempurnakan alat-alat pertukangan yang berhubungan dengan teknik pandai besi, kerajinan emas, dan keris pusaka dengan unsur Islami.

Jadi, di dalam kerajinan-kerajinan tersebut akan diselipkan ukiran berupa ayat-ayat Al-Quran.

Baca Juga: Mengenal 9 Wali Songo, Para Tokoh Penyebaran Ajaran Islam di Pulau Jawa

Karier Berpolitik Sunan Kudus

Kesultanan Demak
Foto: Kesultanan Demak (kompasiana.com)

Selain berdakwah dengan cara toleransi beragama, Sunan Kudus juga berdakwah melalui jalur politik.

Setelah ayahnya wafat, beliau kemudian menggantikan posisinya untuk memperluas wilayah kekuasaan Kesultanan Demak.

Mendapat posisi sebagai senopati membuat Sunan Kudus memanfaatkannya untuk menyebarkan ajaran Islam dan berdakwah di setiap kesempatan.

Saat menjabat sebagai senopati, Sunan Kudus juga sempat diangkat sebagai imam besar Masjid Agung Demak, serta menjadi hakim di Kesultanan Demak.

Hal ini dikarenakan Sunan Kudus dinilai sebagai orang yang adil dalam memutuskan suatu perkara dalam masyarakat dan tidak memihak suatu golongan tertentu.

Baca Juga: Curug Putri Kencana, Air Terjun yang Asri dan Indah di Bogor

Inilah kisah dari Sunan Kudus yang mengajarkan kepada kita bahwa toleransi antar umat beragama itu sangat penting untuk menjaga kedamaian suatu bangsa.

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Kudus
  • https://jateng.inews.id/berita/sunan-kudus
  • https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/21/155037769/sunan-kudus-menghormati-ajaran-hindu?page=all
  • https://tirto.id/sejarah-profil-sunan-kudus-wali-songo-bernama-asli-jafar-shadiq-gbBk
  • https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5550941/kisah-wali-songo-sunan-kudus-dakwah-dengan-cara-jalan-damai
  • https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210428181106-20-636076/dakwah-kompromistis-ala-sunan-kudus
  • https://m.merdeka.com/jateng/5-fakta-menarik-masjid-sunan-muria-di-kudus-lokasinya-berada-di-puncak-gunung.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.